Ara

3 1 0
                                    

Aron POV

Malam ini aku melihat kakak dengan penuh senyuman, walau memang biasanya  begitu. Ku bolak balikan buku yang ku baca, terasa sangat bosan. Menatap televisi yang sejak tadi menyala tak ada acara yang seru, semakin membuatku bosan.

"Besok temani kakak kencan yaa.. Adikkuuuu~"

"Mm.."

"Jangan cemberut begitu.. Kali ini kau tidak akan bosan, karena akan ada yang menemanimu"

"Siapa?"

"Shandy"

Kak Shandy? Tumben mau nemenin kak Erin pacaran, biasanya juga kekeh buat gak ikut.

"Kak Shandy yang ngajar aku les?"

"Iya dooong.. Ya udah kakak ke kamar dulu yaa.. Byeeee"

Tapi aku penasaran kenapa kak Shandy luluh sama ajakan kakak. Tak ingin penasaran, akhirnya aku menemui kak Erin di kamar.

"Kak aku masuk yaa.."

Tak melihat kak Erin di kamarnya, sepertinya dia sedang di kamar mandi, terdengar gemercik air. Ceroboh sekali dia tidak mengunci pintu kamarnya.

Baru saja aku mau pergi dari sana, mataku teralihkan pada sebuah buku di atas meja.

"Trik mendapatkan  . doi?"

Judulnya aneh banget. Untuk apa menggunakan trik jika rasa sayang dan cinta saja sudah cukup.

Lagi aku ingin keluar dari kamar, rasa penasaranku semakin menjadi. "Apa ada trik?"

Ku buka bukunya dengan cepat sebelum kak Erin selesai mandi. Oke.. Sudah cukup, ku rasa aku bisa mengingat poin-poin utamanya.

Aron Pov end
-

Sesuai janjiku aku akan menemani Erin, lebih tepatnya menemani Aron. Erin memberikanku pesan kalau dia sudah ada di lokasi, karena tak ada waktu untuk mengganti pakaian alhasil aku langsung berangkat ke lokasi setelah berpamitan dengan murid-muridku, tentu saja jam belajarnya telah selesai.

Dengan tas yang penuh buku aku menemui Erin dan Aron yang sudah berada di dalam area bioskop, namun aku tak melihat Farhan, mungkin saja terlambat. Erin memberikanku tiket untuk masuk terlebih dahulu bersama Aron.

"Farhan mana?" Tanyaku, setelah melihat kegelisahan Erin.

"Telat keknya.. Aku hubungin gak diangkat sama dia"

Tak ingin membuatnya semakin khawatir, akhirnya aku mengiyakan ajakan Erin yang menyuruhku untuk masuk ke studio bioskop terlebih dahulu.

Selama di studio aku dan Aron berbicara soal ujian yang akan segera di laksanakan, ia bahkan memintaku untuk mengajar 2x seminggu sekarang. Aku sih mau saja, tapi kakaknya itu yang suka membatalkan les sesuka hatinya, tanpa memikirkan adiknya yang suka belajar.

Tak lama Erin masuk ke studio bersama dengan Farhan yang ada di belakangnya. Namun raut wajah Erin dan Farhan nampak murung, bukannya aku menyumpahi tapi aku tahu ujung dari kencan hari ini.

"Farhan ngajak putus"

Baru saja aku mengantar Erin dan Aron pulang, Erin mengajakku untuk bertemu lagi, dan yaa.. Dia berbicara sesuai dengan dugaanku.

"Ya udah.."

"Karena ayah udah tahu aku pacaran sama Farhan"

Jujur aja nih, memang ayah mereka terlalu ikut campur dalam hubungan anaknya. Walaupun itu juga demi melindungi anaknya, tapi jika terus menerus begini, psikis mereka jadi gak bagus juga. Padahal dengan kita menyukai orang lain, dapat memicu support system yang bagus untuk memotivasi kita.

"Farhan di ancam?"

"Mm.. Pas berangkat tadi, Farhan bilang kalau ayah nemuin dia, kalau gak putus nanti aku di sekolahin di luar negeri"

"Farhan iya iya aja gitu?"

Erin mengangguk dengan wajah sedihnya itu.

"Kamu gak terima?"

"Bukannya gak terima, ini kali pertama aku putus dengan cowok belum dari seminggu pacaran"

Astaga ku kira dia sedih karena gak bisa pacaran lagi dengan pacarnya itu. Tapi ternyata..

"Ini rekor buat ku.. Aku harus lebih waspada dengan mata ayah"

"Udahlah.. Aku pulang"

"Eiiitzzz bentar Shan"

Ku lihat dia dengan malas.

"Ini.. Tanda makasih udah nemenin"

Ku ambil gantungan kunci yang ada di tangannya.

"Aku tahu kau baru beli motor, pakek ini buat mainan kuncinya yaa.."

Gambar beruang coklat. Lucu juga.

"Norak!"

"Sialan"

"Dah aku pulang.. Balik sendiri yaa.. Aku gak nganter" Ucapku sambil menyebrangi jalan dengan melambaikan tangan.

-

Aron POV

Hari ada jadwal seni, karena kelas seni menggunakan ruangan yang berbeda jadinya kami semua mulai membereskan barang kami untuk dibawa ke ruangan seni yang ada di lantai atas.

Sebenarnya aku cukup populer di kalangan sekolahku, tentu saja karena aku tampan, aku baik, aku pintar terlebih aku sangat pandai dalam olahraga. Tapi di lain itu, mataku hanya terpaku dengan sosok wanita yang kini berjalan di depanku, namanya Ara, murid kak Shandy juga. Ara sama sepertiku, populer dan pandai. Jika dibandingkan Ara lebih cuek dariku.

Namun banyak murid lain menganggap aku dan Ara adalah saingan, karena kami selalu merebut tempat juara 1 di kelas. Jika aku ranking satu, Ara akan menjadi ranking 2 begitupun sebaliknya. Karena itu banyak yang bilang aku dan Ara bagai kedua api yang gak bisa bersatu. Tapi jauh dari itu semua.. Aku menyimpan rasa suka ku padanya.

Kelas seni dimulai, kami semua di perintahkan untuk membuat sketsa yang menggambarkan tentang orang yang ada di sebelah. Dan benar saja, di sebelahku ada Ara. Ku mulai membuat sketsa tentang Ara.

Karena Ara memiliki sikap yang cuek tapi cantik, aku gambarkan ia bagai tanaman yang mulai layu dan mengering.

Setelah pelajaran selesai, mataku melihat Ara yang seolah ingin lihat apa yang aku gambar tentangnya, namun sikapku yang cool harus mengabaikan hal itu.

Untungnya ini jam pelajaran terakhir, setelah teman-temanku pulang lebih dulu. Mataku mulai mencari di mana Ara, dan walla.. Aku menemukannya di parkiran sepeda, untungnya dia sendirian. Ku langkahkan kakiku menuju dirinya berdiri.

"Aku mendapat tugas untuk menggambarkanmu tadi, ini hasilnya."

Tentu saja dia terlihat bingung, gambarku hanya terlihat sebuah bunga yang sudah mau mati.

"Ini.. Apa maksudnya?"

"Ekhem.. Itu bunga mawar putih"

"Iya aku tahu.. Tapi apa hubungannya denganku?"

"Bagiku kau seperti bunga itu, kau cantik tapi karena kau cuek jadinya kecantikanmu tertutupi. Di tambah kau yang tidak punya banyak teman, seakan kau akan mati karena tak ada yang menemanimu"

"Begitukah?"

Ku lihat matanya yang mulai senduh menatap gambar yang ku buat. Tapi itu bukanlah tujuan dari gambar bunga layu itu.

"Karena itu.. Carilah orang untuk menemanimu agar kau tak layu, namun menjadi bunga yang mekar dengan indahnya"

Itu tujuanku, semoga dia mengerti arti ucapanku kalau aku mau menemaninya atau mau jadi pacarnya.

"Aku mengerti"

Ia membuka tasnya dan memasukan gambar itu di dalam bukunya.

"Kalau begitu aku akan menyimpan gambarmu"

Setidaknya untuk kali ini dia menyimpan apa yang ku berikan untuknya

2 PasangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang