Jam Tangan

12 0 0
                                    

"Kau menyukai kak Erin?"

Mustahil.. Siapa yang menyukai wanita aneh yang suka mabuk jika sedang stres. Walau dia bukan mabuk karena minum beralkohol, mabuknya itu seperti suka melantur, suka bicara yang tak jelas, pokoknya seperti orang yang habis minum.

Walaupun aku tak bisa menampik kalau Erin adalah wanita yang manis di mataku. Namun jika dibandingkan dengannya aku bukanlah lelaki yang sesuai untuknya.

Dua jam berlalu, aku meninggalkan rumah Ara dan kini menuju kafe untuk healing ceritanya. Padahal seharian ini aku tidak ada kerjaan sama sekali ditambah Ara yang tidak mau les makin-makin membosankan lah hariku ini. Ku lihat ponselku lagi mengecek apa ada yang memberikanku pesan, ternyata tak ada. Kali ini aku memesan kue slice karena aku ingin makan yang manis-manis, ditemani dengan americano, aku tahu itu tak cocok.

Baru saja mau memakan kue, mataku teralihkan dengan sosok wanita yang baru saja masuk ke dalam kafe, tentu saja tangannya sedang menggandeng lengan lelaki, seakan tak ingin pisah sedikitpun.

"Pacar baru lagi rupanya" Gumamku.

Benar saja itu Erin, kakaknya Aron yang menghubungiku menggunakan ponsel adiknya mengabari kalau Aron tak ikut les besok. Tadinya aku bingung alasan yang membuat Erin membatalkan jadwal les minggu ini, tapi kini aku mengerti. Alasannya adalah Erin meminta Aron untuk menemaninya berkencan dengan lelaki itu.

Aku ingat sekali, Aron menceritakan kalau ayah mereka tak suka melihat Erin pacaran, karena itu Erin mengajak Aron juga jika ingin berkencan dengan pacarnya. Agar ayah mereka tak curiga.

Kembali aku memakan kueku dengan penuh hikmat, dengan berdoa semoga Erin tak melihatku. Karena jika dia melihatku..

"Shan?"

Dia akan manja padaku.

"Bukan, ini Maulana"

"Eii Shandy... Aku duduk di sini yaa.."

Padahal dia dateng sama pacarnya tapi masih mau duduk di sini?

"Gak"

"Pelit! Oh iyaa aku udah jadian sama kak Farhan"

Ohh itu namanya Farhan. Aku ingat saat Erin bilang kalau ada kakak alumni bernama Farhan sangat jago menggombal, padahal dia bilang tak akan tergoda, sekarang lihat siapa yang senyum senyum sendiri saat melihat orang yang bernama Farhan itu.

"Terus?"

"Isssh.. Kasih selamat kek"

Ini bukan kali pertama aku mengatakan selamat atas hubungannya, karena Erin sudah sangat sering untuk menggonta ganti pasangan. Wajar saja jika aku malas mengatakannya kan?

"Tuh Farhanmu duduk di situ, sana sama Farhanmu!"

Ku lihat wajahnya cemberut karena aku yang mengusirnya.

"Habis aku makan kita ke kampus bareng yaa.."

"Sayang yaa.. Makananku udah mau habis, aku otw ke kampus bentar lagi"

"Tungguin ngapa sih Shan?"

"Gak mau".

" 5 menit! Kasih aku 5 menit"

Bagaikan angin dia langsung duduk di meja yang sudah disiapkan oleh Farhan. Sesuai dengan janjinya dia menghabiskan makanannya dalam 5 menit. Setelah berpamitan dengan pacarnya, Erin dan aku mulai berjalan menuju kampus. Sebenarnya kami sudah tak punya jadwal kuliah lagi, tapi terkadang kami ke kampus untuk mencari referensi sebelum masuk kerja.

"Ahhh... Kenyang banget"

"Kelihatan dari perut buncitmu"

Aku tertawa melihat Erin yang cepat-cepat menyembunyikan perutnya dengan jaket yang ia pegang. Tak sengaja aku melihat jam ia pakai, jam pemberianku saat dia ulang tahun padahal itu sudah 4 tahun yang lalu, tahun pertama aku merayakan ulang tahunnya dan tahun pertama juga aku mengenalnya.

"Kau masih pakai jam itu?"

"Jam ini? Tentu.. Aku menyukainya"

Senang mendengarnya.

"Tapi itu sudah mulai usang, beli saja model yang baru"

"Iya yaa.. Model jam ini jelek banget, udah tua banget hihihi"

Aku tahu itu cuma kalimat yang penuh dengan ejekan.

Sesampainya kami di kampus, tujuan kami adalah perpus. Walau tak terlalu ramai, namun perpus ini masih banyak diminati oleh mahasiswa di sini. Terlihat dari Beberapa mahasiswa yang masih mencari buku untuk tugas kuliah mereka.

"Aku duduk di sini yaa.."

Seperti biasa, Erin hanya numpang tidur di perpus. Sedangkan aku akan berkeliling mencari buku yang mungkin dapat memberikanku inspirasi.

Setelah mendapat bukunya ku lihat Erin sedang sibuk dengan bukunya. Penasaran apa yang membuat Erin begitu fokus dengan sebuah buku.

"Apa yang kau baca?"

"AAHHH!!!"

"Ssssttt"

Astaga kenapa Erin berteriak? Membuat kami di tatap tak senang oleh penghuni perpus.

"Harus ya teriak gitu?"

"Mm.."

"Eh? Buku tadi di mana?"

"Buku? Buku apa?"

"Buku yang kau baca? Mana? Aku mau tahu buku apa itu?"

"Buku.. Buku.. Buku masak.. Besok aku mau masakin Aron, iya.. Gituu"

Kau pikir aku percaya dengan kata-katamu?

"Oh iya Shan.. Besok ada waktu gak?"

"Gak tahu, kenapa?"

"Besok aku mau kencan sama Farhan, aku ngajak Aron buat nemenin"

"Tauuuu"

"Heheh... Jadi mau gak?"

Aku tahu apa tujuannya, Erin memintaku untuk menemani Aron agar adiknya itu tak bosan menjadi nyamuk melihat kakaknya yang bemesraan dengan pacarnya.

"Gak mau"

"Ayoolahhh... Aku bayar /jamnya. Gimana?"

"Jam berapa?"

Uang membuatku lemah.

"Jam 1 sampe jam 5 sore"

"Oke deal"

"Yasssh!"

2 PasangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang