Suara langkah kaki bersahutan memecah keheningan di koridor rumah sakit, waktu yang menunjukkan hampir tengah malam membuat suasana semakin terasa mendebarkan
Pintu sebuah kamar terbuka bertepatan dengan langkah kaki yang berhenti. Sang dokter menatap mereka sembari menghela nafas pelan, tidak paham dengan apa yang terjadi juga tidak ingin tahu dengan terperinci
"Raidan koma, tempurung kepalanya retak dan itu berakibat fatal pada batang otaknya. Kaki sebelah kanan patah, mata sebelah kanan bengkak akibat pukulan, dan ada empat tusukan di paha, bahu, dan perut. Berdoalah agar dia dapat bertahan. Saya permisi." Ujar sang dokter lalu pergi begitu saja meninggalkan keempat orang berbeda jenis itu dengan langkah tenang
Beberapa langkah kemudian, sang dokter berhenti. Tatapannya tetap lurus
"Harsha ikuti aku." Ujarnya datar tanpa membalikkan tubuhnya lalu melanjutkan langkahnya
Helaan nafas terdengar begitu berat. Harsha menatap sang dokter lalu menatap yang lainnya
"Devan, jagalah Raidan malam ini dengan kak Hesa dan Alden ajak beberapa orang ke tempat tugas tadi, cari tahu apakah ada petunjuk mengenai ini." Perintahnya
Ketiga orang itu mengangguk kepalanya. Harsha pun memilih berjalan cepat mengikuti langkah sang dokter. Hingga tiba disebuah ruangan, dibukanya pelan dan melihat sang dokter itu tengah melepas jas dokternya
"Bukalah kertas ini, aku menemukannya di saku baju milik Raidan." Perintah dokter itu
Harsha segera mengambilnya dan membacanya dalam diam
'Berterima kasihlah karena masih berbaik hati membawanya ke rumah sakit
Ini hanya permulaan, karena itu jangan mengganggu kami!'Harsha menggeram, mencengkeram kertas itu hingga menjadi bola tak beraturan. Matanya menatap sang dokter yang juga tengah menatapnya dengan sebelah alis terangkat
"Ada kesalahan apa dalam tugas kali ini?" Tanya sang dokter tenang
Harsha menggeram pelan, menatap papan nama kecil diatas meja
Dr. Axellio Arexi
"Seharusnya ini tugasku, tapi ada kejadian tidak terduga yang membuatku menyuruhnya menggantikan ku." Jawab Harsha sembari menundukkan kepalanya
Sial! Dia benar-benar merasa sangat bersalah, apalagi yang menjadi korban adalah sahabatnya sendiri dan ini juga karena perintah darinya
"Ini salahku, jika saja." Gumam Harsha pelan
"Berhenti menyalahkan dirimu Harsha." Ujar Axell
Matanya menatap awas pada Harsha, lalu menancapkan flashdisk pada komputer dimejanya. Dan memutar video
"Lihat ini." Perintahnya
Harsha segera mendekat dan melihat rekaman cctv di halaman rumah sakit, terlihat beberapa orang tengah meletakkan Raidan begitu saja didepan pintu utama rumah sakit dan meninggalkannya begitu saja
Harsha mengepalkan tangannya, seharusnya tugas kali tidak begitu berat tapi apa yang sebenarnya terjadi?
Tugas malam ini hanyalah mengidentifikasi siapa saja yang berkhianat pada menteri pertahanan negara dengan melakukan penyelundupan senjata api, bukan menangkap mereka
Atau sebenarnya ini adalah tugas yang begitu berat sehingga bagian Intel meminta bantuannya? Para Intel itu hanya mengatakan untuk melihat model senjata apa saja yang diselundupkan karena ditakutkan ada model dari pabrik milik Harsha ada didalamnya
Sekaligus karena Harsha pemiliki pabrik senjata, jadi jelas dia tahu banyak mengenai model senjata api
"Bawa flashdisk ini, tapi nanti kembalikan lagi. Sekarang pergilah." Usir Axell membuat Harsha mendengus kesal dan menutup pintu dengan keras
***
Harsha membuka pinta dengan pelan, menatap sang kakak yang tertidur disofa lalu pada Devan yang tengah bermain hp dan menjadikan pahanya sebagai bantal Hesa
"Sudah selesai, Sha?" Tanya Devan ketika menyadari kedatangannya
Harsha menganggukkan kepalanya, lalu duduk di sandaran sofa. Tatapannya kemudian beralih pada Raidan, sahabat laki-lakinya selain Devan dan Alden juga adik laki-laki kesayangan Hesa
Kondisinya begitu memprihatinkan membuat Harsha tak bisa lama-lama menatapnya. Bulan berganti dengan matahari, Hesa menatap sang adik yang tengah tertidur dalam keadaan duduk
Devan yang baru saja datang dari membeli makanan tampak menatapnya
"Makanlah dulu kak, Harsha biarkan saja. Dia baru saja tidur ketika aku pergi membeli makanan." Ujarnya
Hesa menganggukkan kepalanya, lalu segera berdiri. "Aku pulang dulu, nanti aku akan meminta orang untuk mengantarkan mobil ke sini."
Devan menggelengkan kepalanya. "Untuk sekarang jangan keluar dulu, Harsha meminta kakak untuk disini hingga ia bangun."
Hesa mengernyitkan dahinya. "Untuk apa? Sudahlah aku pulang dulu dan segeralah makan. Bye."
"Tapi kak."
Devan menghela nafas menatap kepergian Hesa. Beberapa jam kemudian Harsha terbangun dan menatap sekeliling, keningnya berkerut ketika hanya melihat Devan tanpa ada Hesa disampingnya
"Dimana kak Hesa?" Tanyanya dengan suara serak khas orang bangun tidur
Devan menatapnya. "Dia memaksa pulang." Jawabnya pelan
Harsha membulatkan matanya. "Apa mak--"
Brakk
Pintu terbuka dengan kasar, Alden datang dengan nafas tak beraturan
"Harsha, Hesa kecelakaan!"
Brengsek!
KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover Wife
Teen FictionHarsha. Memiliki seorang kakak yang akan menikah membuatnya sangat bahagia karena biaya pernikahan yang mahal dan mereka akan rugi besar jika pernikahan ini dibatalkan akhirnya, dengan penuh pertimbangan. Akhirnya Harsha, yang harus menggantikan kak...