Bab 1

230 27 0
                                    

Sebuah rutinitas yang selalu diulang setiap akhir pekan, seorang anak muda yang memiliki kasih sayang dan jiwa yang begitu besar. Duduk di sana menemani para anak-anak yang telah bersahabat dengan rasa kehilangan. Kehidupan dalam lingkaran pertemuan dan perpisahan dengan teman harapan yang kabur. Di sanalah keberadaannnya memberi mentari dan semangat untuk anak-anak tersebut melewati hari demi hari mereka di panti asuhan.

Yeonjun akan selalu datang setiap dua kali dalam satu pekan, menceritakan kisah-kisah indah di dunia luar pada pencari harapan, meringankan beban ibu penggasuh dan membantu secara vinansial.

Dia duduk di sana, diruangan yang dapat digunakan tidur untuk sepuluh anak kecil dengan sebuah cahaya yang menyatu dengan debu ruangan.

Menceritakan kisah sebuah cerita lama yang di turunkan dari generasi ke generasi. "Dahulu, dahulu kala sekali." Seorang mahasiswa tahun ketiga departemen hukum yang terjebak dalam penelitian "Ada seorang malaikat yang jatuh cinta dengan manusia biasa."

Semua anak memperhatikan dengan sangat seksama, menikmati tiap bilah kata yang terucap dari mulutnya "Ia mencintai, dan sangat mencintai manusia tersebut sampai melupakan misinya turun ke bumi."

"Tuhan pun menjadi murka dan menghukum malaikat tersebut agar tidak dapat kembali ke langit selamannya." Ia membalikkan lembaran buku itu pada gambar cerita berikutnya.

"Yeonjun oppa, apakah malaikat itu benar-benar ada." Seorang anak kecil yang berada diusia rentang 5 tahun memberikan tatapan polos padanya.

"Tentu saja, malaikat selalu ada untuk menolong manusia." Yeonjun berujar dengan wajah tersenyum dan menggusak surai lembut gadis tersebut.

"Hyung, lalu bagaimana dengan vampire." Anak laki-laki lainnya meberikan pendapatnya.

"Vampir." Yeonjun berpikir, malaikat bisa tapi untuk vampire tidak ada keyakinan dalam dirinya menyakini hal tersebut "Sepertinya Hawoon sedang senang membaca cerita horror akhir-akhir ini. Apa kau tidak takut."

"Kau benar hyung, aku sedang sangat suka membaca buku bercerita horror. Dan para Vampir itu sangat keren, mereka bisa hidup ratusan tahun tanpa makan." Yeonjun menggetahui cerita itu, kisah tentang para Vampir dan manusia serigala. Mereka memang merupakan karakter cerita yang sangat popular didunia.

"Yeonjun, seseorang datang menjemputmu." Ahjuma penjaga panti asuhan menghampirinya.

"He.. Oppa sudah mau pergi." Gadis itu sedikit merengek.

"Aku akan datang berkujung lagi Seoyun, kau tak perlu khawatir." Yeonjun menggusak rambut gadis itu yang begitu lembut.

"Benarkah." Gadis itu berjingkrak begitu gembira.

"Tentu." Senyumnya masih belum menghilang "Oppa pergi dulu, menggerti."

"Em, sampai jumpa oppa." Gadis kecil itu melambaikan jemarinya yang begitu munggil dan Yeonjun melambaikan jemarinya dan berlalu Bersama Ahjuma menuju depan gerbang panti asuhan.

"Terima kasih telah selalu berkunjung nak Yeonjun." Perempuan tua membungkukkan badannya sebagai bentuk terima kasih.

"Tak perlu seperti itu Ahjuma, sudah menjadi tanggung jawabku untuk menolong orang lain." Yeonjun pun membungkukkan badannya, merasa tidak nyaman dengan sifat terlalu sopan milik Ahjuma.

"Aku juga berterima kasih padamu nak Soobin."

"Aku tidak melakukan apa pun Ahjuma." Soobin tersenyum dia tidak bisa memberikan apapun, kunjunggan yang dilakukan pada saat memiliki waktu membuat ia tidak nyaman pada pujian.

"Kami permisi dulu, Ahjuma." Yeonjun kembali membungkuk.

"Kami sungguh berterima kasih pada kalian, berhati-hatilah dijalan. Semoga tuhan selalu memberkati kalian." Wanita itu melambaikan tanggannya ketika dua anak muda tersebut meninggalkan panti asuhan.

Keduanya berjalan beriringan melewati trotoar, udara musim dingin menemani tiap langkah mereka dalam perjalanan menuju Apartemen "Soobin, kau percaya Vampir." Yeonjun bertanya, mereka begitu sering memberikan petanyaan dan membecirakan banyak hal Bersama.

"Tentu." Soobin tersenyum.

"He.. bagaimana bisa." Yeonjun sedikit tersentak mendengar pernyataan tersebut.

"Apa hyung tidak percaya." Soobin memiringkan kepalanya begitu polos.

"Asal mula kisah mereka saja aku masih meragukannya." Yeonjun bisa dikatakan tidak percaya dengan beberapa hal yang berhubungan dengan mistis, logikanya tidak pernah sampai pada hal-hal yang berada diluar nalar manusia.

"Hyung tidak tau dari mana kisah Vampir." Soobin memberikan ekspresi polosnya "Dahulu kala ada sebuah dongeng menceritakan bahwa ada dunia dimana kehidupan berasal dari kisah-kisah makhluk hidup, seluruk kisah yang ada dialam semesta menggalir menuju dunia tersebut bagai aliran sungai. Di duga penulis dari kisah Vampir berasal dari sana."

"Hyung tidak tau." Soobin memalingkan pandangannya pada Yeonjun yang memiliki tinggi badan lebih rendah darinya.

"Bukankah kisah Vampir berasal dari gunung Meletus." Yeonjun memberikan argument yang berbeda.

"Hyung memang selalu menyukai sesuatu yang berhubungan dengan sains." Soobin menggembalikan posisi, senyum diwajahnya terpancar sekilas. Membaut perasaan didalam Yeonjun berdesir, kenapa lelaki didepannya tak pernah berhenti terlihat begitu tampan.

Tidak berhenti, pembicaraan mereka yang berlanjut sampai tertelan waktu. Menaiki bus menuju apartemen dan menghabiskan waktu mereka di sana. Tempat keduanya melewati berbagai hal bersama. Baik suka maupun duka.

Terkadang sesekali saat kau terdiam dan menatap keluar jendela kau dapat menggetahui seberepa banyak memori yang telah terekam dalam ruangan sederhana dengan dapur dan ruang tamu berada dalam satu ruangan.

Hanyut dalam kenangan mereka yang telah berlalu dalam kehidupan manusia.

"Hyung maaf seharusnya aku yang membuatkan sarapan kita hari ini." Soobin keluar dari kamar dengan wajah manusia penjelajah dunia mimpi.

"Tak apa, aku juga tidak memiliki kelas pagi hari ini." Ia merapikan peralatan dan melangkah pada meja makan "Kemarilah tidak enak membiarkan makanan menjadi dingin."

Anak muda yang berada diusia dibawahnya itu menggangguk, pergi kearah kamar mandi dan kembali dengan wajah yang lebih segar.

Soobin menarik jemarinya, menyalakan televisi. Dan melihat acara pagi yang menyiarkan berbagai hal, Tv lokak menyiarkan hal baik hiburan maupun berita yang sedang tertaut.

Mata Yeonjun yang menatap kegiatan itu tertuju pada acara yang keduanya tonton. Tv menyiarkan berita yang menjadi marak diantara para masyarakat. Mulut kecilnya berujar "Lagi-lagi berita pembunuhan." Ia sedikit terheran dengan tragedi tanpa penemuan pelaku.

Soobin menatap acara tersebut dalam bola matanya yang membeku dingin "Aku baru ingat sesuatu." Ia berujar dan melihat kearah hyungnya "Ada acara departemen hari ini hyung, jadi kau tak perlu menungguku."

"Lagi?." Yeonjun melihat dalam keheranan, ia tidak menggerti. Acara departemen dalam kampus dapat masuk dalam gendang telingganya namun milik Soobin. Yeonjun akan selalu kehilangan bagian untuk menggetahuinya.

"Maafkan aku." Ia berujar dalam kesedihan yang tak dapat di sembunyikan "Ingat untuk pulang lebih awal karena akhir-akhir ini banyak kasus pembunuhan." Ia tersenyum menghilangkan kekhawatiran di sana.

Dalam bola mata yang dapat dilihat oleh anak yang lebih muda, ia tidak bisa menggetakan pada yang berada tepat di depannya. Manusia berhak menggetahui beberapa hal namun ia lebih baik tidak menggetahuinya.

Dengan demikian  itu akan membuat hyungnya selalu aman disisinya.

Langkah lorong yang menyisakan suara dari pemilik langkah kaki, gemanya yang menembus sampai penghujung tembok. Melihatkan anak muda yang sedang berbicang. Mereka akan pergi menuju suatu tempat yang "Akhir-akhir ini aku menjadi merasa takut." Soobin menjelaskan saat langkah mereka menuju parkiran.

"Tentang Yeonjun." saat kalimat itu keluar Soobin memberikan anggukan antusias.

"Sudahku bilangkan cepat atau lambat dia akan tau tentang kita." Taehyun memberikan ajuan yang memperjelaskan kondisi mereka "Luna tidak bisa menunggu lagi."


EDEN Of Lotus [SoobJun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang