Bab 4

85 13 3
                                    

Tidur yang lelap dan terbangun dari mimpi yang Panjang Yeonjun kembali tersadar di kamar milik mereka, namun kemana perginya Soobin. Lagi-lagi ia sendiri di ruangan ini dalam tanya di pikirnya tanpa jawaban. Apakah Soobin tidak ingin memberi tahunya tentang apa yang tidak mampu ia terima.

Ia berdiri untuk membersihkan tubuh, berharap tubuh pemuda itu tidak akan merasakan kekhawatiran yang mendalam. "Hyung ini persedian darah untukmu jika kau membutuhkannya." Di depannya muncul pemuda lainnya yang tidak pernah ia menahu sejak kapan ia ada disana.

"Beomgyu, apa kau di minta Soobin." Yeonjun menanyakan, tubuh itu berjalan dan kini duduk di meja ruang makan.

"Mana ada, tentu saja tuan Beomgyu ini melakukan tanpa perlu disuruh orang lain." Anak muda itu membanggakan dirinya, langkahnya berjalan mendekat pada pemilik apartemen.

"Aku yakin pasti Taehyun yang menceritakannya padamu." Mereka berempat saling menggenal dan sering bertemu dalam janji keluar namun untuk beberapa hal Yeonjun tidak menyangka tentang lingkaran pertemanan yang tidak ia tahu, selama ini dirinya berada diantara orang-orang yang menyembunyikan senjata mereka.

"Hyung apa yang akan kau lakukan setelah ini." Tatapan itu melihat kedalam bola mata yang berwarna ruby, kekwatiran ia pancarkan dari wajahnya. Meski dikenal kekanak-kanakan pribadi itu tetaplah orang yang memiliki kepedulian yang sangat tinggi.

"Tidak ada."

"Maksudmu." Beomgyu memberikan pertanyaan, seolah sikap khawatirnya tadi tidak berguna.

"Tidak ada, aku akan hidup menjadi makhluk immortal yang penggangguran." Dengan kata yang begitu ringgan Yeonjun menggeluarkan canda, ia tidak ingin juniornya mengkhawatirkan hidupnya.

"Apa-apaan itu, apa kau berencana untuk menjadi beban negara." Yeonjun tertawa melihat sikap didepannya.

"Kau benar, aku ingin menjadi beban negara, lagi pula Soobin mendapat gaji besar dengan bergabung dengan pemburu vampire." Pernyataan penuh tekanan ia berikan untuk menggangkat suasana pembicaraan.

"Mana ada kantor kita sedang menggalami krisik keuangan kau pikir kita perusahaan milik negara." Beomgyu semakin menggelak dalam sikap aslinya. Yeonjun hanya melihat dalam wajah bahagianya, saat itulah badan yang tadinya berdiri kembali ke kursisnya.

Beomgyu mencoba menenangkan diri dan kembali ketempat ia duduk "Hyung apa kau tidak ingin mencoba bergabung dengan pemburu vampire."

Yeonjun diam, dirinya sudah cukup menjadi abadi. Ia tidak ingin menggejar sesuatu yang berbau fana, Manusia bekerja keras karena mereka tau dirinya bisa saja tidak terbangun di pagi hari, hidup bertahan untuk kemarin, hari ini, dan akan datang. Tapi ia tidak bisa setiap hari akan sama saja untuk mulai sekarang.

"Soobin pasti tidak akan memperbolehkannya." Wajahnya yang merasa tidak terbebani memberikan jawaban.

"Tapi hyung kau bisa saja membantu kita memenangkan perang ini." Beomgyu kembari menjelaskan.

"Beomgyu kau sendiri sudah lama hidup dalam pertarungan, aku tau baik bahwa kau orang yang tau bahwa ada vampire yang hidup tanpa perselisihan dua kaum." Yeonjun menjelaskan dengan sikap yang begitu dewasa.

"Hyung mau sampai kapan kau menutup mata, kau ingin tau bukan penyebab kakakmu menghilang." Yeonjun terkejut, kalimat itu menusuknya. Mimpi yang ia kubur begitu lama.

"Beomgyu, Soobin telah menceritakan garis besar tentang perang yang terjadi untuk mencegah kebangkitan raja vampire." Ia menjelaskan, wajahnya terlihat serius "Tapi apa yang terjadi jika manusia menang, kita hanya akan merusak strata sosial."

Yeonjun menggerti setelah Soobin menceritakan konflik antara kaum vampire dan manusia. Diantara kehidupan dunia ini yang damai, separuh dari pemerintahan negara dimiliki oleh vampire. Dunia ini, ia tau dia hidup dalam pemerintahan monarki mutlak.

"Apa sekarang kau memihak pada mereka." Beomgyu memberikan kesimpulannya yang sepihak.

"Jika aku menjawab 'iya' apa yang akan kau lakukan." Beomgyu terkejut dan berdiri.

Wajahnya begitu dingin dengan aura yang menusuk, ia telah berada dipuncak emosinya. Dan jika ia menggeluarkannya itu hanya akan merusak hubungan mereka "Aku tidak berpikir orang yang welas asih sepertimu akan berkata seperti itu."

Setelah menggatakan itu Beomgyu berjalan meninggalkan Yeonjun dalam diamnya. Suasana ruangan itu menjadi berat untuk sesaat, Yeonjun menghirup nafasnya untuk memecahkan suasana. Ia tidak ingin terlibat lebih dalam, masa lalunya biarkan menjadi cerita. Namun ia tau Beomgyu berkata seperti itu karena keluarganya korban pembantaian para vampire.

Sejak dulu manusia tidak pernah tau apa alasan sebenarnya para vampire membantai umat manusia karna pada faktanya mereka bisa hidup tanpa harus menggunakan darah manusia sekalipun. Namun pembantaian itu semakin gila yang bahkan memicu peperangan dari dua belah pihak, para kaum vampire yang dimenangkan dalam berbagai aspek dalam tubuh mereka yang kini membuat pemerintahan dunia mereka berakhir menjadi seperti ini.

Orang awam tidak akan pernah tau sejarah ini, karena para makhluk keabadian hidup dan berkamuflase menyatu bersama para manusia tanpa ada cela bahkan bentuk penuh kesempurnaan menemani diantara mereka.

Yeonjun menutup buku tentang sejarah yang ia baca diperpustakaan kampus namun tidak membuahkan hasil. Hanya informasi itu yang ia tahu dari Soobin, namun anak itu seolah menyembunyikan lebih banyak hal darinya. Apakah Soobin benar-benar tidak ingin dirinya ikut campur kedalam perang kali ini.

"Apakah mereka tidak memiliki pemimpin untuk saat ini." Yeonjun kembali berpikir, jika begitu itu berarti saat ini sedang terjadi konflik internal didalam kaum vampire.

"Kau benar." Suara itu tiba-tiba menggalihkannya dari sumber yang tidak diketahui.

DUarr..

Suara pistol itu membelah ruangan, menggantikan atensi yang membuat semua orang melihat kearahnyaa, tetesan darah yang menetes dari arah organ yang berlubang karena tembakan yang bertubi-tubi. Tubuh yang tergeletak, tak hanya satu orang, ada satu, dua tiga, bahkan itu lebih banyak dari jumlah jari manusia.

"Aku pikir kau adalah makhluk belas kasih, ternyata aku salah besar." Orang itu melihat kearah orang yang masih setia menggarahkan pistol padanya, seolah tumpukan mayat didepannya bukanlah sesuatu yang harus menggambil belas kasihnya.

"Aku sudah menyelesaikan bagianku, sekarang bagaimana." Orang lain masuk kedalam ruangan itu, wajahnya masih dipenuhi dengan lumuran darah. Dan sebuah senjata api yang Panjang tersarung didadanya. Wajahnya tidak kalah dingin dari penembak yang berhadapan dengan pemilik ruangan tersebut.

"Kita tunggu sampai dia mau membuka mulutnya." Ia masih setia menatap dingin kearah orang yang sedari tadi hanya tersenyum meremehkannya.

"Soobin apakah kau pikir membantai tempat ini bisa memberikanmu solusi dari permasalahanmu." Orang tersebut memperhatikan gerak gerik orang didepannya seolah raut muka itu bisa terbaca mudah olehnya.

"Apakah kau pikir aku akan terjebak dalam rencana yang kau buat." Soobin kembali menyampaikan pemikirannya dalam wajahnya yang masih terlihat dingin.

Orang itu memperlihatkan senyumannya dan tertawa singkat "Wah-wah Soobin, apakah kau pikir bahkan kali ini manusia bisa memberontak."

"Luna sudah menentukan siapa raja selanjutnya untuk dunia ini, kau tidak bisa menolaknya lagi." Orang tersebut menggangkat kedua lenggannya seolah sesuatu yang ia ketahui merupakan keajaiban. Ia tertawa dan semakin lepas sampai sampai memenuhi ruangan, Soobin merasa muak mendenggar itu. Ia menembak Vampir tersebut, terdenggar tiga peluru keluar dari pistolnya.

"Ayo pergi." Soobin berujar meninggalkan ruangan itu.

"Apa kau yakin, sepertinya luna sudah menuliskan takdirnya." Taehyun berujar saat menyusul Soobin didepannya.

"Tidak boleh ada yang tau soal kualifikasi pemilihan raja kali ini." Dia berkata saat mereka melewati Lorong "Maka dengan begitu Yeonjun akan tetap aman."

EDEN Of Lotus [SoobJun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang