LIBERAR - 05

508 52 11
                                    

LIBERAR
JIKOOK / KOOKMIN
JiminPark - JungkookJeon
.
.
.
.
Happy Reading

Suara dering ponsel memenuhi kamar bernuansa yang awalnya didominasi warna biru kini berganti dengan warna cream yang lebih terasa hangat dan nyaman. Jimin mengeliat meregangkan tubuhnya merasa terganggu oleh suara dering ponsel, tangannya meraba nakas di sebelah tempat tidurnya.


Dengan mata yang masih terpejam jimin langsung mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang menelfonya sepagi ini.

" ya halo.. " dengan suara serak khas bangun tidur menyapa penelepon yang berani menganggu tidurnya

" Jiminie astaga ! kau baik baik saja? bagaimana kakimu, apa sudah baikan? Ah hyung akan segera kesana!"

Jimin terkejut saat tiba tiba suara melengking sang hyung langsung menyapa pendengarannya, bahkan dirinya sampai harus menjauhkan ponsel dari telinganya.

" Hyungie aku baik baik saja kakiku sudah membaik hyung tidak usah khawatir, dan hyung tau dari mana kakiku cidera. Apa eomma dan appa memberi tahu hyung? "

Jimin mendudukkan dirinya bersandar pada kepala ranjang, kesadarannya sepenuhnya terkumpul berkat melengking Seokjin .

"Syukurlah kalau begitu, tidak hyung tau dari j
Jungkook kalau kau terluka saat olahraga pagi "

Mendengar nama Jungkook membuat Jimin mengerut dahi kenapa Jungkook memberi tahu seokjin kalau dirinya terluka.

" Jimin kau masih disana ? hyung akan kesana kau mau apa akan hyung bawakan"

" Tidak ada hyung. yasudah kalau begitu aku tutup dulu " Mendegar jawab iya dari Seokjin membuat Jimin langsung menutup sambungan telpon.

Mengingat Jungkook membuat Jimin kembali merasa sedikit sesak didada saat pikirannya juga kembali mengingatkan bahwa pemuda itu pernah menjalin hubungan dengan sang nuna. Menepuk pelan dadanya menjadi kebiasaan jimin saat merasa tidak nyaman di hati, ini masih pagi dan dia baru saja bangun tidak ingin pagi harinya menjadi suram karna hal sepele.

tok tok !!

"Jiminie sudah bangun? " Terdengar suara wanita yang sangat Jimin kenal dari luar pintu.

" sudah eomma sebentar lagi aku turun "

Baru saja jimin akan turun dari ranjang pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok ibunya yang tengah membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu. Sang ibu mendekat meletakkan nampan tersebut di meja nakas, dia mendudukan dirinya di pinggir ranjang milik jimin.

" eomma bawakan sarapan untukmu, Jiminie tidak usah turun kakimu kan belum sepenuhnya sembuh, sayang " Tangan lembut itu mengelus kepala Jimin sayang.

"eomma tidak perlu repot repot kakiku sudah membaik eomma "

Jimin tersenyum mendapatkan perhatian dari sang eomma , jarang sekali dirinya dulu mendapatkan perlakuan seperti ini .

"tidak sayang eomma tidak repot. Jiminie sarapan ya mau eomma suapi? "

Mendengar tawaran sang ibu Jimin menggeleng pelan lalu tersenyum, dirinya sudah besar dan tak mau merepotkan sang ibu.

" tidak perlu eomma, aku akan mandi terlebih dahulu. Eomma temani Appa sarapan saja pasti appa sedang menunggu eomma sekarang ini "

Bukan bermaksud untuk mengusir tapi Jimin tau sang ayah akan menunggu ibunya saat sarapan, itu sudah menjadi kebiasaan ayah sejak dirinya kecil. Meski saat ini Min Young sangat ingin menyuapi sang putranya namun saat mengingat kebiasaan sang suami mau tak mau dirinya meninggalkan kamar Jimin dan kembali ke ruang makan untuk sarapan bersama dengan suaminya.

LIBERAR [ KOOKMIN / JIKOOK ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang