bab 8

3.2K 271 100
                                    

 

.

Disclaimer : I don't have anything and don't have any intention.

Phoebe Maryand fully owner all these stories

.

~

.

Pagi ini Renjun terbangun dengan nafas yang berat. Ia tertidur dengan sisa-sisa kelelahan karena terlalu banyak menangis. Saat berusaha bangun, Renjun merasakan lemas yang luar biasa menyerangnya. Ia mengurungkan niatnya untuk bangun dan kembali berbaring dengan tenang, tubuhnya terasa sangat dingin tapi dirinya banyak berkeringat.

Renjun melirik meja yang berada di sebelah tempat tidur dan menemukan baskom plastik putih dengan handuk yang sebagian tersampir keluar.

Renjun menyentuh kepalanya yang terasa pusing, dan terkejut saat mendengar deritan pintu dibuka. Halmeoni masuk, menyentuh keningnya kemudian menyelimutinya.

"Kau sudah mulai membaik. Panas tubuhmu sudah normal." Ujar Halmeoni penuh kasih.

Renjun memandang Halmeoni. "Aku sedang sakit?"

"Aku menemukanmu pingsan di dalam kamar mandi. Saat itu aku sedang membereskan kamar sebelah jadi aku bisa mendengar bunyi saat kau terjatuh. Kau terjatuh cukup keras, kepalamu sampai terluka."

Tangan Renjun spontan terangkat berusaha menyentuh kepalanya dan ia mendapati perban di dahinya. Renjun kembali menurunkan tangannya kemudian memandang jam dinding yang berada di atas rak buku di dekat pintu. Jam sepuluh malam.

Renjun berusaha mengingat-ingat, ia bahkan tidak bisa mengingat dengan baik kalau dia bangun dari tempat tidur kemudian jatuh di kamar mandi. Yang ia rasakan kepalanya sangat pusing dan itu cukup untuk membuatnya tidak bisa berfikir apa-apa.

"Halmeoni tidak memberi tahu Jeno, kan?"

"Tentu saja…" Kata-kata Halmeoni terpotong oleh bunyi derap langkah yang berhenti di depan pintu. Jeno ada di sana sambil membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur untuk Renjun. Halmeoni menghela nafas kemudian melanjutkan ucapannya.

"Tentu saja aku memberi tahunya. Aku tahu kalau kalian sedang punya masalah, tapi kalau ada kejadian seperti ini mana mungkin dia tidak diberi tahu. Sekarang istirahatlah." Halmeoni berusaha tersenyum lalu keluar kamar meninggalkan Renjun dan Jeno.

Jeno agak sedikit ragu untuk mendekat, ia hanya bisa memandang Renjun yang mengalihkan wajahnya berusaha untuk tidak memandang dirinya. Mungkin Renjun masih menyimpan sedikit rasa kesal dan tidak mau berada di dekatnya. Namun Jeno tetap memberanikan diri untuk mendekat kemudian meletakkan bubur di atas meja, lalu tersenyum kepada Renjun.

"Makanlah, kau belum makan apa-apa hari ini. Aku akan ada di luar jika kau membutuhkanku." Jeno berdiri kembali kemudian terdiam sejenak, membiarkan Renjun sendiri mungkin lebih baik. Ia berharap Renjun akan menahannya, tapi ternyata tidak. Renjun hanya diam dan tidak berbicara sepatah kata pun. Putus Asa, itu yang jeno rasakan saat ini.

Pagi ini ia memutuskan untuk segera pulang karena mendapat kabar tentang Renjun yang jatuh di kamar mandi. Seharian ini Jeno menjaga Renjun dan berharap saat Renjun bangun nanti dia ada di sampingnya. Sayangnya, saat Renjun tersadar Jeno tidak ada di sisinya. Ia sedang menerima telepon penting dari klien. Jeno memutuskan untuk berbalik dan melangkah keluar.

HUSBAND (NOREN VERS.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang