Chapter 1: Rome, Italy

62 3 3
                                    

Rome, Italy.

Sebuah Bugatti hitam berhenti disebuah casino ternama di Italy. Dengan pengunjung yang selalu ramai dari kalangan orang-orang ternama dan berkasta tinggi di Italy. Seorang pria berjas hitam turun dari mobilnya dan langsung disambut oleh beberapa bodyguard. Kemudian ia langsung memasuki casino tersebut, mata elangnya yang tajam langsung menyapu setiap sudut untuk mencari seseorang yang di anggapnya penting.

Selain itu, apalagi yang bisa ia lakukan dicasino ini selain berjudi dan bermain perempuan. Baginya 1 miliar dollar bukan seberapa baginya tapi kemenangannya lah yang ia perlukan. Karena jika kalah maka harga diri lah taruhannya, dan ia sangat benci kekalahan ia akan melakukan apapun untuk kemenangan.

Oh didalam kamus hidupnya tidak ada yang namanya kekalahan—

Dan baru saja ia hendak mengeluarkan kartu domino-nya. Tiba-tiba saja seorang jalang langsung duduk di pangkuannya tanpa permisi, sebenarnya ia sangat benci situasi seperti ini.

Oh ayolah—siapa yang tidak benci tanpa permisi langsung duduk dipangkuan seorang Alexander jeykey ardolph, dia pikir siap Alexander itu atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Jeykey. Entah dari kutub mana jalang itu muncul lalu tiba-tiba saja ia sudah duduk dipangkuan jeykey sambil mengelus dada sixpack yang tanpa lemak sedikitpun itu dan menggesek-gesekkan bokongnya dikejantanan jeykey.

Tidak Sopan, Dasar Jalang Murahan.

Tapi apa boleh buat dia butuh selangkangan juga kan?

Baginya sex adalah oksigen atau kebutuhan jadi ia pun pasrah, toh juga jalang yang berada dipangkuannya sekarang cantik dan bisa dibilang masih segar lah meskipun sudah bolong atau sudah banyak dimasuki oleh beberapa terong yang tidak ber-merk. Tapi yang namanya jalang tetap harus cantikkan?Supaya patner tergoda.

"Wajahmu sangat lesu, apa yang terjadi, tuan jeykey ? Tanya jalang itu dengan genit dan mengelus-elus pipi jeykey.

"Bukan urusanmu". Acuhnya sambil mengocok kartu domino-nya.

"Kau sangat dingin, tuan, tapi aku menyukainya, Karna kau sangat tampan dan sexy.

"Baguslah jika kau sadar".

" Sepertinya burungmu ini minta dipuaskan, tuan jeykey". Godanya sambil meremas kejantanan jeykey. Seketika mendesah sambil menatap tajam jalang dipangkuannya. Sedangkan jalang tersebut hanya mengedipkan matanya dengan sexual.

"Tidak untuk sekarang". Acuhnya, sedangkan temannya atau lawan mainnya hanya menggelengkan kepalanya ya saja sambil tersenyum tipis.

"Ahh, baiklah aku akan menunggu, aku tak sabar ingin merasakannya panasnya ranjang bersamamu, tuan jeykey". Bisiknya dikuping jeykey sambil menjilatnya kemudian menggigitnya.

Disisi lain, seorang gadis sedang menikmati winenya sambil menunggu pria tersebut. Sebenarnya ia sangat sudah sangat bosan menunggu, siapa yang tidak bosan sudah hampir satu jam ia menunggu tapi pria tersebut tak kunjung datang, apakah ia lupa ? Ah.. iya pun bingung.

Kemudian, saat ia berpaling kesamping dan hendak pergi dari casino tersebut ia dikagetkan dengan seseorang yang ia tunggu kedatangannya sedari tadi.

"Aaaa....jeykey"!!!.

"Kau mengagetkanku". Kagetnya sambil memegang jantungnya.

"Tidak usah lebay begitu". Dinginnya.

Kemudian ia duduk disebelah wanita tersebut sambil tangannya melambai memanggil bartender untuk memesan minuman.

"Bagaimana?". To the poinnya.

" Dia tidak mau membuka mulut—sepertinya dia mulai curiga padaku, jey". Jawab Yasmin setelah meneguk winenya.

" FOOL".

Bukan jawaban Ini yang jey inginkan. Ia sangat benci dengan orang-orang yang tidak becus menjalankan tugasnya. Untung saja Yasmin temannya semasa SHS jadi aman lah dia, coba saja jika bukan, mungkin sekarang sudah menghadap sang pencipta.

Sementara Yasmin, sangat kesal, ia sudah capek-capek bekerja untuknya tapi malah dikatai Bodoh.

"Sampai kapan aku harus berpura-pura menjadi jalang".

"Sampai aku berhasil membunuhnya". Kemudian kembali meneguk minumannya. Baru sebentar ia sudah menghabiskan dua botol wine. Oh jangan lupa ia peminum yang handal.

Yasmin pun pasrah melihat tingkah sahabatnya. Ia mendengus kesal membuang nafas kasar.

"Aku sudah memesan jalang untukmu, dia sudah menunggu dikamar A4.".

"Hm. Baiklah aku akan kesana sekarang".

Jey pun langsung beranjak dari duduknya dan menemui santapannya, setidaknya ia bisa menetralisirkan adrenalinnya karena tadi gagal menggenjot jalangnya karena harus menemui Yasmin.

"Satu Minggu cukup".

"Akan aku usahakan, tapi aku tidak berjanji". Sahut Yasmin.

"Harus berhasil, bawa sibrengsek itu kehadapanku". Ia langsung berjalan menuju kamar jalang yang sudah menunggunya.

—***—

Disisi lain, Arthur Hospital seorang dokter muda yang luar biasa cantik sedang memeriksa seorang pasien laki-laki yang baru saja terkena luka tembak di lengannya.

"Lukamu tidak terlalu parah, saya sudah menjahitnya, hanya dengan empat jahitan saja". Titahnya lembut pada pasiennya.

"Terima kasih". Sahut pasien laki-laki tersebut.

"Kalau boleh tau, kenapa tuan bisa terkena tembak, apakah tuan seorang tentara ? Atau anggota kepolisian ?". Tanyanya dengan ramah.

"Tidak, saya bukan bagian dari mereka".

"Lalu ?".

"Saya seorang bodyguard". Jawabnya sambil memegang lukanya.

"Bodyguard?". Tanya nya sambil memajukan wajahnya untuk memastikan.

"Iya saya bodyguard tuan Alexander jeykey ardolph".

"Emm, begitu ya?, Jaga lukamu baik-baik, jangan terkena air dulu. Kau bisa menebus obatmu langsung, nanti akan diarahkan oleh suster saya".

"Terimakasih". Hormat bodyguard tersebut.

"Sama-sama". Iya pun menjawab dengan tak kalah hormat dan ramah sambil membungkukkan badannya sedikit.

"Bodyguard tuan Alexander jeykey ardolph?".

Siapa Alexander jeykey ardolph?


Ntah lah...


Mungkin jodohnya Author🙃😌

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

—***—

Don't forget follow my wattpad, vote and coment.

To Be continue

SHE'S MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang