chapter 4 : gay.

19 1 0
                                    

Setibanya diruangannya, Chella langsung mempersilahkan Jeykey duduk, kemudian ia mengambil perlengkapan medisnya seperti alkohol atau cairan antiseptik dan kapas untuk membersihkan darah ditangan jeykey yang tergores aspal. Setelah itu, ia memoles sedikit Betadine untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka.

"Luka ditanganmu tidak parah, aku tidak memperbannya, karena akan terjadi infeksi dan bertambah parah jika terbalut perban". Ucapnya ramah sambil melepaskan tangan jeykey. Kemudian ia menatap jeykey dengan senyum manisnya yang merekah.

Jeykey yang ditatap pun hanya meliriknya sambil memegangi lukanya. Ia kemudian menatap chella dengan ekspresi yang sulit diartikan, entah tatapan apa itu hanya jeykey yang tau.

"Kenapa tidak bisa diperban?".

"Karena luka lecet terkena aspal berbeda dengan luka sayatan pisau, Tuan Xander".

Xander yang mendengar penjelasan dari chella pun hanya menganggukkan kepalanya pertanda ia mengerti atau pura-pura mengerti saja.

"Usahakan jangan terkena air dulu supaya lukamu cepat sembuh, aku akan memberikanmu salep antiseptik dan antibiotik". Chella menuliskan resep obat dikertas—

Drrtt...Drrrtt...

Chella melirik wajah Xander sekilas.

Xander pun segera merongoh saku celananya dan mengambil ponselnya, kemudian ia melihat siapa yang menelponnya sebelum ia menekan tombol hijau pertanda ia menerima panggilan itu.

"Ada apa". Ucapnya dingin kemudian ia melirik wajah chella.

"Aku sedang diperusahaanmu".

"Hm, aku kesana sekarang".  Jawabnya singkat.

Tut ...Tut..

"Permisi, saya harus pergi sekarang". Xander beranjak dari kursi dihadapan chella dan berlalu begitu saja.

"Baiklah hati-hati". Ucap chella pada Alexander yang sudah menghilang dibalik pintu. Pria itu berjalan dengan terburu-buru seperti ada hal penting yang harus ia lakukan pikir chella.

Fuck. Sial ia tak membawa mobil, hari ini memang hari yang sial untuk seorang Alexander sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak kepadanya. Oh fuck sangat-sangat sial, jika ia menghubungi Vernon untuk menjemputnya berarti ia harus menunggu, itu membuang-buang waktu. Oh ia sangat benci dengan menunggu. Menunggu adalah salah satu hal yang paling ia benci karena menurutnya adalah Time Is Money berarti jika ia menunggu ia akan kehilangan uang dan ia benci hal itu. Orang yang harusnya menunggunya bukan ia yang harus menunggu orang itulah prinsipnya karena orang yang membutuhkannya.

Terpaksa ia harus naik taksi.

Dan saat ia berjalan keluar dari pekarangan rumah sakit itu ia kemudian ia berdiri dipinggir jalan di trotoar melihat kiri kanan guna menunggu taksi lewat.

Sekali lagi ia sangat benci situasi ini, dan ini sangat memalukan baginya. Tapi apa boleh buat jika vhi sudah berada di perusahaannya berarti ada hal penting yang harus dibicarakan, pasalnya laki-laki itu sangat jarang pergi ke perusahaannya dan ia ingin bicara empat mata saja dengannya tidak melalui benda pipih.

Dua menit menunggu, akhirnya ia menemukan taksi, dan segera menuju ke perusahaannya padahal hari ini pria ini tidak masuk kantor karena ada hal penting yang harus ia kerjakan.

Diperjalanan menuju kekantornya ia sibuk dengan ponselnya dan tak sengaja matanya menyapu keluar jendela ia melihat seorang gadis berlari tergesa-gesa dan seorang pria paruh baya mengejarnya, pria baya itu memakai maskernya  akan tetapi postur tubuhnya tidak asing bagi Xander seringai tipis muncul diwajahnya, kemudian ia mematikan ponselnya dan langsung memasukkan kedalam saku celana jeans-nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHE'S MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang