2

1.9K 318 52
                                    

Lagi-lagi French membuang mukanya setelah gadis itu selesai menyuapinya dan meminumkan obatnya. Ya memang sudah seharusnya Zara bertanggungjawab bukan? Ia hanya sedikit kesal karena suatu alasan. Seharusnya gadis ini tahu perasaannya kini.

"Aku akan pulang," ujar Zara kesal karena dari tadi pria itu mengacuhkannya.

"Pulanglah!"

"Okay," sudah sore juga.

Zara menyambar tasnya bersiap pergi.

"Tunggu!"

Zara menyedekapkan tangannya menunggu pria itu membuka mulut.

"Terimakasih," ujarnya dengan nada rendah. Jarang sekali ia mengucapkan terimakasih pada orang lain.

"Okay."

"Tunggu!"

"Apa lagi?"

"Kau benar ingin pulang?"

"Tentu saja. Kau pikir pekerjaanku tak terlantar gara-garamu?"

French kira Zara hanya berpura-pura pulang.

"Aku masih sakit."

"Semoga cepat sembuh."

"Perutku masih sedikit mulas."

"Istirahatlah! Besok pasti sembuh."

Pria itu sedikit jengkel dengan jawaban Zara. Apa ini? Bukankah seharusnya perempuan itu memperhatikannya? Seharusnya Zara menanyakan kenapa dia? Kenapa diam saja dari tadi? Kenapa terlihat marah? Arghh.. kenapa ia jadi mendambakan perhatian gadis ini?

"Akan aku antar pulang."

"Kau masih sakit, tanganmu digunakan makan saja tidak kuat apalagi menyetir."

"Kurasa aku sudah baikan."

"Tidak perlu, aku pakai mobilku sendiri saja."

"Keras kepala!"

"Kau yang keras kepala! Kau tak ingat kata dokter tadi? Kau harus banyak istirahat bukan banyak bicara."

"Oh.. jadi jika kau diantar bersama dokter keparat itu kau mau?"

"Apa-apaan kau ini! Kenapa malah membahas ini?"

"Karena aku tak suka kau sok dekat dengannya!"

"Sok dekat bagaimana maksudmu?"

"Tak usah mengelak. Dia tampan kan? Lebih tampan mana daripada aku?"

Zara menatap pria tak habis pikir. Ada apa dengan pria satu ini? Apa efek obat bisa membuat seseorang gila?

"Kau cemburu heh?"

Pria itu sontak membuang mukanya, "Tidak.."

Astaga?! Benar dugaannya? Padahal mereka hanya sekedar berbincang biasa. Tak ada saling sentuh atau bertukar nomor. Pria ini sangat kekanak-kanakan.

"Heh dengar ya tuan! Tatap mataku!" Zara memegang kedua lengan pria itu.

Seketika jantung French berdegup dengan sangat kencang. Oh inikah yang namanya cinta?

"Kita hanya sekedar berkencan. Aku tak mau salah satu diantara kita memiliki perasaan lebih. Aku hanya ingin bilang satu hal.. jangan mengharapkan apapun dariku! Aku belum selesai dengan masa laluku."

Pria itu terdiam sejenak.

"Dan kau juga. Kau ingin mengobati hatimu karena tak bisa mendapatkan sepupuku silahkan! Tapi kau tahu.. aku bukan pengganti sepupuku. Itu menyakitkan. Untukmu apalagi untukku."

French menatap lekat mata indah itu. Tidakkah gadis itu tahu? Baru pertama kali ia sejatuh-jatuhnya dengan seorang wanita. Hatinya.. jiwanya.. otaknya... hanya bisa singkron dengan satu wanita. Zara. Ia tak tahu apa alasannya. Ia tak tahu kenapa perasaannya semenyenangkan ini hanya karena sekedar mendengar namanya. Ia tak paham dengan perasaan asing yang menggelenyar di hatinya.

"Kau pikir aku perduli? Dengar nona.. aku tak mau kau dekat lagi dengan pria lain."

"Kau tak berhak melarangku!"

"Oh.. jadi kau berniat selingkuh dariku? Silahkan! Aku pastikan kau akan tetap dipelukanku selamanya."

"Sinting! Kau pria sinting!" serunya tak bisa menahan emosinya lagi.

Pria itu menahan senyumnya. Oh.. imutnya gadis itu ketika marah-marah.

Zara memejamkan matanya erat. Seharusnya ia meneruskan akting berpura-pura mencintai pria itu. Supaya pria itu bisa merasa memilikinya. Lalu setelah itu bosan dengannya dan meninggalkannya.

"Maaf. Aku kelepasan."

Pria itu menaikkan sebelah alisnya heran.

"Aku takkan lagi dekat dengan pria lain. Aku minta maaf, seharusnya aku harus menghormati pria yang sedang kukencani," gadis itu menatapnya sayu seakan-akan sungguh menyesal.

Tak bisa dibiarkan! Ini imut sekali!

"Sungguh?"

Zara mengangguk kecil setelah itu memeluk pria itu, "Semoga cepat sembuh! Aku akan kesini lagi besok."

Ingin tahu bagaimana reaksi French? Pria itu senyum-senyum tak jelas. Jantungnya berdegup sangat kencang. Gadis ini sangat manis dan menggemaskan.. ia ingin sekali menggigit gadis ini. Tapi, belum waktunya.

***

PLEASE LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang