5

290 33 0
                                    

Zara memegang keningnya pusing melihat berbucet-bucket bunga di depan meja kerjanya. Astaga.. apa yang dipikirkan oleh French?! Apa pria itu pikir ia menyukai bunga mawar? C'mon.. dulu memang dia sangat suka bunga itu. Namun, kenangan terakhir yang menyakitkan membuatnya membenci bunga mawar. Bukankah normal jika tidak menyukai bunga mawar?

"Bagaimana bisa ada bunga mawar disini? Siapa yang memasukannya?" tanya Zara pada rekan kerjanya.

"Aku tadi lihat satpam yang meletakannya. Seperti biasa bukan? Dari mantan pacarmu itu?" ucap Sinta.

Zara menggeleng kecil, "Bukan. Bukan dari si Brengsek itu."

"Lalu?"

"Bukan siapa-siapa."

"Ah.. penggemar barumu ya?"

"Hmm mungkin." Ia malas menjawab sebenarnya. Jika ia menjawab dari French. Ia tak ingin temannya menanyakan siapa itu? Gebetan baru? Pria yang kemarin menjemputmu? Bla..bla..bla..

"Ah.. aku ingat kalau tidak salah pria yang sering menjemputmu itu kan?"

Zara tak menjawab.

"Tentu saja iya kan Zara??" ujarnya menggoda.

"Hah.. kau tahu bukan aku tak suka bunga mawar. Semuanya untukmu saja."

"Untuk apa?"

"Terserahmu.. kau buang boleh.. kau jual boleh.."

"Jual?? Ide bagus! Akan ku jual bunga ini dengan harga murah. Pasti akan laku keras."

Zara mengangguk membenarkan.

"Nah.. ambillah semuanya tanpa tersisa. Aku tak ingin meja kerjaku di penuhi sampah."

"Astaga.. kau tega sekali mengatakan semuanya sampah. Lihatlah ini Zara.. ini bisnis!!" ujarnya meraih bunga itu lalu menunjukannya dengan semangat.

"Terserah."

***

"Bagaimana dengan hadiahku Zara sayang. Apa kau senang?"

"Aku senang sekali. Lain kali bawakan aku makanan saja. Bunga mawar tak bisa kumakan."

Dari seberang sana French tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha.. apa kau lapar sayang? Bagaimana jika kita makan malam di luar? Ada restoran baru di tengah kota. Aku baru saja lewat dari sana. Kupikir makanannya akan enak."

Zara melihat jam dinding kamarnya. Sudah pukul sebelas. Apa pria itu gila?

"Kenapa tidak ke club saja?" geram Zara tak habis pikir.

"Astaga.. kupikir itu ide buruk, sayang. Lebih baik kita ke hotel saja untuk check in."

"Gila kau."

"Ketika kita ke club pasti berujung di atas ranjang. Lebih baik kita langsung di ranjang saja. Ah.. sepertinya menyenangkan lahir batin."

Tut!

Telepon segera dimatikan oleh Zara. Apa-apaan pria itu? Membicarakan hal tak senonoh seperti itu. Ia merasa seperti gadis yang tak memiliki harga diri. Pria itu membicarakan topik kotor yang sama sekali tak pantas dibicarakan.

From French
Kenapa dimatikan Zara sayang?

Me
Aku mau tidur.

From French
Katanya mau makan malam?

Me
Tak ada yang bilang.

From French
Haishh.. katanya kamu lapar sayang. Aku juga lapar.

Me
Aku tak mau makan denganmu.

From French
Please! Ayo makan malam denganku.

Me
No

From French
Why?????

Me
Kau brengsek

From French
Apa salahku?? Aku salah lagi? 😭

Me
Yes, you are

From French
Apa salahku honey??

Me
Kau membicarakan sesuatu yang kotor.

From French
Tapi kau yang memancingku dulu. Kau bilang ingin pergi ke club bersamaku.

Me
AKU TAK SERIUS! KAU GILA MENGAJAKKU MAKAN MALAM LARUT MALAM!

From French
Tak ada yang salah makan malam pada malam hari sayang.. lagipula ini baru jam sebelah. Astaga.. bisakah kau menjawab teleponku? Aku pegal mengetik pesan.

Zara memilih untuk mengakhiri obrolan tak penting mereka. Mematikan ponselnya lalu beranjak tidur.

Di lain sisi. French mencak-mencak karena Zara tak menjawab pesan dan telepon pentingnya. Padahal pria itu sudah siap-siap untuk makan malam bersama.

"Hah.. susah sekali mendekati perempuan pujaanku. Dia sangat cuek tapi aku suka dengannya. Bagaimana ini ya Tuhan??" ujarnya memelas.

PLEASE LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang