02 - Friendly Boyfriend

0 0 0
                                    

MPLS-IPA SMAGDA

[Devan : Selamat malam, Semua. Saya akan menginformasikan atribut untuk MPLS besok. Kalian hanya perlu membawa topi dari pot, warna hitam dengan diameter 20 cm. Sekalian bawa makan ya, nanti kita makan bersama. Jangan sampai lupa😉]

[Fani : Selamat malam juga, Kak Devan. Okey, siap Kak. Izin bertanya, Kak, untuk menu makannya bebas atau ditentuin?]

[Devan : Bebas, biar bisa icip-icipan, wkwk.]

[Fani : Okey, makasih, Kak❤️]

[Ajeng : G ush pke emt itu bs g?]

[Agus : Udah, Ajeng, cuma kaya gitu ngk usah dipermasalahin.]

[Ajeng : Awalan udah kaya gitu, lama-lama nanti ngelunjak😏]

[Ipan : HALO, EPRIBADIH!!! YUHUUU, RAME BGT BUSYET. KENALIN NIH, IPAN MANUSIA PALING TAMPAN KATA EMAK😘 KELAS X IPA 1. SV KUYY!!!]

[Ipan : Lah, kok sepi?]

[Ipan : /merenung]

   Setelah mendapat informasi dari grup, Rina dan Fani bergegas mencari pot sesuai yang diperintahkan. Mereka mencari pot di toko bunga yang terletak tidak jauh dari rumah mereka. Rina dan Fani adalah tetangga, walau beda RT.

"Rin, kayanya ini 20 senti deh. Bentar aku ukur dulu." Fani mengeluarkan meteran dari sakunya.

"Subhanallah, Fan, ngapain kamu bawa gituan?" desah Rina. Ia tidak habis pikir dengan tingkah konyol sahabatnya, tapi, ia juga cukup terhibur.

"Ya, biar nggak salah ukuran, Rin," jawab Fani.

"Kan, kita bisa tanya penjualnya."

"Oh, iya, ya, kok aku nggak kepikiran ya?" tanya Fani dengan linglung.

   Setelah selesai membeli pot, Rina dan Fani mampir ke sebuah toko es krim. Mereka membeli dua es krim coklat kesukaan mereka. Setelahnya, mereka pergi ke taman. Di taman itu, tak sengaja mereka bertemu Devan dan teman-temannya.

"Halo, Rina Cantik, dari mana nih?" tanya Devan dengan sedikit genit.

"Habis beli pot, Kak." Bukan Rina yang menjawab, melainkan Fani. Fani sudah hapal betul dengan sahabatnya ini, pasti Rina tidak akan menjawab sapaan Devan. Sebenarnya, Devan adalah orang yang baik, Rina mengakui itu. Hanya saja, Devan terlalu ramah kepada siapa pun, sedang, Rina adalah seorang pecemburu.

"Eh iya, kita satu sekolah ya, kamu pasti nggak bisa _move on_ dari aku, makanya ngikutin aku sekolah di SMA Garuda, ya, 'kan, Rin?" Tak lelah Devan terus berusaha agar Rina mau mengobrol dengannya.

"PD." Setelah Rina mengatakan itu, ia melangkah pergi dari sana.

"Tunggu!" cegah Devan.

"Aku mau bicara, sebentar aja, mau ya?"

"Hmm."

"Fan, aku bawa Rina bentar ya," pamit Devan pada Fani.

"Lama juga nggak apa-apa, Kak, asal dibalikin kaya semula," goda Fani

Devan membawa Rina sedikit menjauh dari tempatnya semula. Pembicaraannya kali cukup privasi. Setelah sampai di tempat yang agak sepi, Devan segera mengutarakan keinginannya. Ia tak mau menyiakan waktu yang sudah diberikan oleh Rina. Sangat jarang sekali gadis itu mau berbicara dengannya.

"Rin, apa kita nggak bisa kaya dulu lagi?" tanya Devan dengan lirih. Dalam ucapannya tersirat sebuah keinginan.

"Bisa." Mata Devan berbinar, kedua sudut bibirnya terangkat mendengar jawaban Rina.

"Asal kamu bisa berubah seperti apa yang aku mau." Seolah baru diterbangkan setinggi langit, lalu setelahnya diempaskan ke dasar jurang.

"Apa nggak ada syarat yang lain, Rin?"

"Nggak."

-----

"Mereka ke mana ya, kok lama banget? Eh, itu bukannya Kak Devan? Kok sendiri? Rina mana?" Sudah 15 menit lebih mereka pergi. Namun, ketika kembali, Devan hanya sendiri.

"Kak Devan, Rina mana? Kok Kakak balik sendiri?" Fani cemas, ia takut terjadi sesuatu.

"Rina nungguin kamu di depan taman," jawab Devan sembari senyum seadanya.

"Nggak terjadi apa-apa, 'kan, Kak?"

"Enggak kok."

"Ya udah, aku pergi dulu ya, Kak," pamitnya, sembari melangkah pergi.

Rina dan Fani pulang ke rumah masing-masing. Malamnya, Rina menyiapkan keperluan untuk hari esok. Rina tak menyangka, jika dia akan satu sekolah lagi dengan Devan. Perasaan itu kembali lagi. Ah, tidak, dia tidak pernah pergi, hanya saja tertutup oleh kabut yang dibuatnya.

Mentari telah menyapa. Pukul 07.35 WIB, Rina sudah siap berangkat sekolah. Namun, sebelum itu, Rina menjemput Fani terlebih dahulu. Tadi malam, Fani meminta Rina untuk menjemputnya.

Lima belas menit kemudian, mereka telah sampai di sekolah. Untuk hari ke dua, siswa kelas X dikumpulkan di lapangan olahraga.

Kringg ... kringg ... kringg ....

Bel masuk berbunyi. Sesuai informasi kemarin, hari ini peserta MPLS akan melaksanakan lomba, selamat datang. Jurusan IPA dan IPS dijadikan satu. Arga menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan selama lomba. Ada beberapa perlombaan yang akan dimainkan, di antaranya ada lomba balap karung, estafet tepung, gapyak, dan tarik tambang. Lomba diadakan secara berkelompok, dicampur antara IPA dan IPS. Rina dan Fani berada dalam satu kelompok. Hal itu sudah diatur oleh Devan, karena Devan tahu jika Rina akan lebih nyaman jika bersama sahabatnya itu.

Pukul 11.15 WIB, memasuki babak final tarik tambang, sekaligus sebagai akhiran lomba. Tim Rina masuk dalam babak final. Kedua tim yang masuk final sudah bersiap untuk menarik tambang. Di bawah aba-aba panitia, kedua tim itu mulai menarik tambang sekuat tenaga.

"Tarik, tarik, tarik."

"Ayo, tarik!"

"Ayang, semangat!"

Ramai sorak para siswa memberikan semangat. Akhirnya, setelah beberapa saat, tim Rina memenangkan perlombaan. Namun, karena terlalu kuat menarik, tim Rina terpental sampai lima meter.

Akibat pentalan itu, sikut Rina terluka dan pergelangan kakinya terkilir. Devan yang mengetahui hal itu, bergegas mengendong Rina ke UKS yang ada di lantai dua. Para siswa yang tadinya ramai seketika langsung sepi. Bukannya khawatir terhadap kondisi Rina, mereka malah baper dengan tindakan Devan.

"Oh My God, Wattpad versi nyata, Guys!"

"Bridal style nggak tuh!"

Devan tidak mempedulikan kericuhan para siswa. Devan terus berlari hingga sampai di UKS. Devan menendang pintu UKS hingga membuat orang yang ada di dalam terkejut.

"Maaf, Bu, saya membuat Ibu terkejut dan juga menendang pintu. Saya tidak bisa membuka dengan tangan, tadi saya menggendong Rina," jelas Devan setelah sebelumnya meletakkan Rina di brankar UKS.

"Iya, tidak apa. Ini Rina kenapa?" tanya Bu Suci, penjaga UKS.

"Tadi Rina jatuh, sikutnya terluka dan kakinya terkilir," jelas Devan lagi.

Bu Suci segera mengobati sikut Rina dan mengurut kakinya.

Setelah perlombaan selesai tidak ada kegiatan lagi. Para siswa dipulangkan. Pengumuman lomba akan diumumkan pada hari Jumat.

-----

Tak terasa, MPLS sudah berjalan selama lima hari. Pemenang lomba selamat datang juga sudah diumumkan. Tim Rina mendapat juara satu lomba gapyak dan tarik tambang.

Panitia mengumumkan bahwa penutupan MPLS akan diadakan kemah Persami (Perkemahan Sabtu Minggu).

TO BE CONTINUE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friendly BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang