Chapter 6: The Hope

32 8 0
                                    

Selama beberapa minggu ini, Nakyung selalu pulang ke asrama tepat setelah kelas berakhir—kecuali kalau memang ia ada tugas berkelompok. Buku harian Nakyung beberapa minggu ini terisi begitu banyak tulisan. Kalau ditanya alasannya kenapa, tentu saja karena ia tengah menggalau ria. Sungguh kondisi perasaan yang sangat mendukung untuk membuat puisi-puisi melankolis.

Kalau ditanya apakah Nakyung menyesal karena telah mengutarakan perasaannya pada Renjun waktu itu, jawabannya: sedikit. Ada sedikit perasaan malu, walaupun selebihnya ada perasaan lega. Ia lega karena telah mengungkapkan perasaannya pada Renjun. Akan tetapi, ia malu karena memikirkan tanggapan Renjun yang bisa saja berbeda dari yang kemarin.

Semenjak hari itu, Nakyung tak lagi mengirimkan puisi pada Renjun. Ia tak lagi mengirimkan pesan ke akun resmi klub Broadcasting. Lagipula, Renjun sudah tahu. Nakyung juga sudah menerima jawabannya. Perasaannya tak terbalas bukan? Dan, mungkin tak akan pernah terbalas. Renjun masih menyayangi Karina. Ia mungkin tak akan pernah bisa menggantikan posisi Karina di hati Renjun.

Nakyung menjatuhkan kepalanya di atas buku harian yang terbuka. Salah satu tangannya menggulirkan layar ponsel yang menampilkan laman Instagram-nya. Ada postingan terbaru dari akun resmi klub Broadcasting. Ada Renjun di dalam foto itu. Renjun yang tersenyum lebar dengan pose tangan V andalannya. Nakyung men-tap postingan itu dua kali. Lalu, mematikan ponselnya.

"Lee Nakyung! Lihat apa yang gue bawa!"

Seoyeon—sahabat sekaligus teman sekamarnya di asrama—masuk ke kamar dengan kedua tangannya yang menenteng plastik putih besar berisikan makanan junk food.

"Banyak banget???" Nakyung beranjak dari duduknya dan duduk lesehan di karpet yang memang dikhususkan untuk mereka agar bisa berkumpul bersama teman sekamar.

"Traktiran dari Haechan. Katanya sekalian buat anak-anak kamar, makanya dibeliin banyak," ujar Seoyeon.

"Oh, ya? Dalam rangka apaan?"

"Dalam rangka nyenengin gue," kata Seoyeon. Ia menyodorkan satu kotak ayam goreng original kesukaan Nakyung.

"Baikan juga, nih, akhirnya," celetuk Nakyung.

"Sebenarnya gue juga yang salah, sih, Na. Jadi, berantem kali ini nggak terlalu lama. Gue yang minta maaf duluan, eh, terus Haechan malah traktirin gue ayam goreng."

"Jarang-jarang keknya lo yang minta maaf duluan," ledek Nakyung.

Seoyeon mencebik, "Enak aja. Itu 'kan karena Haechan yang emang salah, makanya gue berhak buat marah dan dia yang harus minta maaf."

Nakyung mengedikkan bahu. Ia benar-benar tak paham dengan gaya pacaran Seoyeon dengan Haechan yang seringkali bertengkar, tetapi masih saja langgeng. Memang benar, ya, love is blind.

Di tengah-tengah kegiatan menikmati ayam goreng gratis, ponsel Nakyung berbunyi. Kali ini bunyinya nyaring yang menandakan kalau pesan itu berasal dari aplikasi Instagram.

Begitu Nakyung menyalakan ponselnya, di notification bar terpampang username Instagram milik Renjun.

"HAH?!"

"Why? Why? Why?" tanya Seoyeon, penasaran.

"Renjun nge-DM gue ...."

Mendengar itu, Seoyeon berpindah duduk di sebelah Nakyung. "DM apa?"


yellowren_0323: Na, mau ke festival musim semi bareng gue nggak?


BEAUTIFUL VOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang