PROLOG

597 56 10
                                    

Napasnya terlihat memburu, darah mengalir segar keluar dari pelipis mata. Tubuhnya terhuyun bersamaan dengan suara yang cukup membuat amarahnya tidak menurun.

"Kau itu tidak pantas hidup di dunia, lebih baik kau mati." Seseorang menatap gadis itu cukup tajam. Orang itu tertawa kemudian memainkan tongkat kayunya di tangan. Tongkat itu lah awal kenapa pelipisnya berdarah, dan sekumpulan manusia yang suka merisak itu sama sekali tidak memaruh rasa simpati terhadapnya.

"Bully, ck. Kalian hanya bertopeng oleh pangkat orang tua kalian. Kalian sendiri adalah sampah!" Gadis itu mencoba berdiri, satu dari segerompolan anak perempuan yang merisaknya itu hendak maju melawan, namun salah satunya menghentikannya karena keadaan gadis itu yang semakin memburuk.

"Kalian memang pantas dilabeli sebagai manusia tanpa hati nurani."

"Brakk!!" Salah satu dari perisak itu kemudian mendekat ke arahnya, dengan ancang-ancang tongkat dilayangkan ke kepala hingga darah mengalir segar. Merasa syok akhirnya para pembully itu berlarian karena sepertinya sudah membuat nyawa seseorang melayang.

Sepertinya hidupku sudah usai iya kan?

-

"Kembar!?"

"Lucu sekali."

"Mau diberi nama siapa ya?"

Dua kakak beradik dari keluarga Todoroki menggelilingi sesuatu di kotak bayi, mengamati adik mereka yang baru lahir. Sesekali berargumen nama apa yang cocok untuk dua adik kecil mereka. Anak yang lebih tua pun datang dengan seorang wanita disampingnya. Sudah dua minggu anak itu lahir namun keluarga itu belum memberikan nama apa yang pantas untuk anak kembar tak seiras mereka.

"Natsu dia bangun!" Anak perempuan itu tampak senang saat salah satunya mulai membuka matanya. "Lihat warna matanya, berbeda iya kan."

Touya-kakak tertua dikeluarga itu tersenyum tipis. Entah kenapa mendadak perasaan buruk muncul. Ia mencoba mengalihkan pemikiran, adik kecil mereka sudah lahir dan nanti apakah anak itu juga mendapatkan pelatihan kejam dari sang ayah? Menggelengkan kepala, Touya mencoba mengusir pemikirannya yang tidak baik.

"Shouto! Mari kita beri nama anak ini Shouto." Wanita berambut putih itu mengendong salah satu bayi itu. Fuyumi kemudian menunjuk bayi yang satunya lagi.

"Lalu adik perempuan?" Tanyanya kepada sang ibu, kali ini yang membedakan kedua anak kembar itu adalah selimut yang dipakai. Milik bayi laki-laki sengaja diberi warna biru muda sementara bayi perempuan menggunakan selimut merah muda.

Bayi perempuan itu menggerakkan tangannya ke arah telunjuk Fujumi, menggenggamnya dengan tangan mungilnya. "Kita beri nama Shiota bagaimana."

Aku dimana? Tanganku kecil, mereka siapa?

"Panggilannya Tacchan bagaimana, itu nama yang bagus!"

Fuyumi dan Natsuo malah asik dengan nama baru untuk adik perempuan mereka, tak lama kemudian Endeavor datang. "Dimana putra laki-laki ku."

"Dia ku beri nama Shouto, lalu yang perempuan Shiota." Rei kemudian mengusab rambut Shiota, bayi perempuan itu menyesuaikan retinanya.

Souto? Aku seperti pernah mendengar nama itu?

Ah bukankah mereka itu?

"Baiklah mereka berdua akan menjadi lebih kuat." Endeavor menggendong Shouto, sementara Shiota menangis karena mendengar suara kencang sang ayah.

"Kenapa bayi perempuan itu menangis?dia tidak bisa tenang seperti Shouto, dia pasti akan menggalahkan All Might.

All Might?

TODOROKI SHIOTA : BnHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang