[4] Hari pertama

386 49 2
                                    

"Tachan cepat sembuh." Sebuah telapak tanggan mendarat dengan lembut dikening seorang gadis yang masih tertidur pulas. Suhu tubuhnya semakin hari semakin membaik setelah sang adik mengalami demam berkepanjangan.

Ceritanya cukup panjang, setelah beberapa lamanya mereka hidup bersama. Shouto baru tau kalau adik kembarnya tersebut memiliki kelemahan yang berkebalikan dengan kakak tertuanya, siapa sangka Shiota terlalu lemah dengan es. Sehingga dia tidak bisa menggunakan kekuatan es secara berlebihan, kalaupun dibandingan dengan kekuatan apinya. 100% Shiota mungkin mampu mengendalikan apinya tapi kalau untuk es dia baru bisa mengendalikan 65%nya saja.

Perdebatan adu mulut dengan Enji pun terjadi, yang mengatakan ini lah. Bicara kasar lah, hal itu bahkan sudah lumrah didengar olehnya dan adiknya. Mereka baru merayakan ulang tahun ke 15 tahun, namun malah membuat Shouto semakin khawatir dengan Shiota yang sering panik secara berlebihan, memangnya apa yang akan terjadi?

Shouto langsung menoleh saat mendengar pintu bergeser. Fuyumi kakak perempuannya datang dengan dua amplop ditangannya. "Shouto rupanya kau disini, tadi kucari dikamarmu tidak ada."

"Ada apa nee-san?" Tanya Shouto penasaran, Fuyumi mendekat kemudian duduk disamping pemuda itu kemudian memandang Shiota yang masih terbaring nyenyak di atas futon.

"Ini adalah surat rekomendasi sekolah baru, Shouto kurasa SMA U.A cocok untukmu dan Shiota." Gadis itu kemudian memberikan amplop untuk adiknya, "kau dan Shiota mendapatkan undangannya."

"Terimakasih nee-san."

"Jangan kaku seperti itu dong." Fuyumi kemudian mencubit kedua pipi adik laki-lakinya tersebut. "Adik kecilku sudah besar, aku sangat menyayangimu Shouto."

"Aku juga menyayangimu nee-san."

"Bagaimana dengan Tachan?"

Shouto menoleh ke arah Shiota sambil menghela napasnya panjang, "dia mulai membaik, dia terlihat sering frustasi sendiri."

"Kalian masih labil, banyak hal yang dipikirkan anak remaja sehingga membuat pusing sendiri. Yang terpenting jangan dipikirkan terus menerus." Fuyumi mengelus kepala Shouto.

Shouto mencoba tersenyum mendengar ucapan Fuyumi, setidaknya ucapannya itu menjadi penenang perasaannya yang gundah menjelang dewasa lalu bertemu dengan banyak orang. Berulang kali Shouto selalu khawatir akan hal-hal baru yang terjadi.

▪︎▪︎▪︎

"Tachan mau kemana?" Shouto melihat Shiota yang sudah sembuh kemudian memakai pakaian musim dingin kemudian earmuff yang menutupi telinganya.

"Aku mau pergi sebentar Shouto-kun."

"Kemana?" Tanya Shouto penasaran.

"Aku ingin jalan-jalan sebentar, aku sudah ijin pada Fuyumi-nee jadi kau tidak perlu khawatir."

"Baiklah jaga dirimu baik-baik." Shouto membiarkan Shiota pergi, walaupun ada sedikit rasa khawatir namum Shouto tau gadis itu bisa menjaga diri, kalau gadis itu bilang dia tidak perlu khawatir maka Shouto memang tidak perlu memikirkannya dengan berat.

"Sampai jumpa!" Suara Shiota menggema di lorong rumah, gadis itu amat bahagia. Enji terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga Shiota bisa merasakan kebebasan walau hanya sebentar. Kali ini dia tidak mengajak Shouto alasannya sedang ingin menikmati kesendirian dan melampiaskan semua aura negatif yang ada padanya.

Dia terus melangkah hingga disebuah jalan raya, dia masih bisa melihat bunga-bunga yang membeku di sekitar ruas jalan yang dibiarkan tergeletak. Mengenang beberapa tahun yang lalu disaat sebuah bus mengalami ledakan, entah bagaimana ceritanya. Yang Enji katakan dibalik layar saat wawancara adalah seorang penjahat berusaha membuat geger disebuah bus lalu entah kenapa atau kecerobohan siapa ledakan pun terjadi.

TODOROKI SHIOTA : BnHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang