"Cerita ini belum selesai, bahkan tidak semua bab kita akhiri dengan sempurna Ga"
"Aku tidak butuh kesempurnaan yang ingin aku lakukan dan aku butuhkan hanya kejelasan kita"
Mereka saling menatap dalam diam, suasana sedikit sejuk dan di luar sedang hujan. Di cafe yang tidak banyak pengunjung ini waktu berjalan lambat. Mereka masih sama-sama terdiam, Jingga menatap mata hangat milik pria di depannya. Dia yang selama ini ia tunggu, dia yang selama ini berhasil membuat jantungnya berdetak lebih kencang, dia yang membuatnya tidak bisa tidur hanya karena kalimat-kalimat sederhana.
"Bagian mana yang tidak sempurna menutmu?" Jingga menatap pria itu dengan sendu.
"Bagian tokoh cerita ini, kita"
"Kita?"
"Saya sudah berpikir bahwa kita bukan lah kita, kita hanya ikatan saya dan kamu tapi tidak kebersamaan kita. Maaf Ga, maafkan saya" pria itu mentap dalam-dalam kopi yang ada di depanya sambil menunduk.
"Ga apa-apa"
Seketika pria itu berani menatap Jingga lagi, jingga tersenyum dengan baik-baik saja. Kemudian Jingga berdiri dari tempat duduknya, menatap pria itu sebentar lalu melangkah pergi dengan payung lipat berwarna biru ditangannya.
Di luar masih hujan, malam ini Jingga menggunakan atasan biru pastel dan rok selutut berwarna putih dengan sepatu putihnya. Malam yang sejuk, rintik yang lelah dan air mata. Jingga menangis malam ini seakan segalanya akan tumpah keluhnya, kesahnya, harapanya dan keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
Teen FictionIni bukan Biru dan Nugraha dalam Novel "kata" dengan akhir bahagia karena sebuah penerimaan. Ini adalah cerita Jingga yang hilang arah di antara dua rasa, kebimbangan dan keinginan.