1. Kembar yang dibedakan

32 1 0
                                    

Selamat membaca yaa

Jangan lupa tinggalkan jejak

****

1. Kembar yang dibedakan

"Semua yang terjadi hari ini, akan ku ingat sampai nanti."

Bocah laki-laki itu menangis sesenggukan dengan tangan yang memegang pisau kecil yang sudah berlumuran darahnya sendiri. Darah dari telapak tangannya itu mengalir sepanjang jalan saat ia mencari keberadaan sang mama.

"Mama ..." panggil Rival —bocah laki-laki itu memanggil mamanya yang sedang bermain di taman belakang bersama Devan, kembarannya.

"Ipal kenapa?" Devan langsung menghampirinya disusul oleh Ranti.

"YA AMPUN DARAHNYA BANYAK BANGET! KAMU NGAPAIN PEGANG PISAU RIVAL?" Ranti langsung membentak dan mengambil pisau dari tangan Rival. Anak laki-laki berumur enam tahun itu sepertinya masih belum mengerti dengan apa yang ia lakukan.

Wajah Rival semakin memerah, sepertinya dia sudah lama menangis. "Ipal laper... mau makan," jawab Rival dengan sesegukan.

"MAKANYA JADI ANAK JANGAN BANDEL RIVAL! MAMA KAN UDAH BILANG!"

Rival mengucek matanya, "Maaf Mama ..."

Devan kembali setelah ia mengambil sebuah kain yang biasa digunakan mamanya untuk membersihkannya setelah makan. Lalu membalut telapak tangan Rival yang terluka.

"Ipal, ini sakit ya?" tanya Devan dengan kedua mata mengerjap lucu. Melihat Rival menangis ia juga jadi ingin menangis.

Rival menoleh takut-takut pada Ranti sebelum ia menjawab pertanyaan Devan. Ia juga perlahan sudah berhenti menangis karena takut dengan tatapan mamanya.

"Enggak lagi." Rival menggeleng pelan. Padahal lukanya sangat perih saat Devan membalutnya.

"Ya udah kalau gak sakit lagi berhenti nangis. Kamu ini ngerepotin aja," ujar Ranti terlihat biasa saja. Rival pun cepat-cepat menghapus air mata yang membasahi kedua pipi chubby-nya.

"Mama, tapi darahnya masih keluar," ucap Devan menatap sedih telapak tangan Rival.

"Udah gak pa-pa itu," sahut Ranti. "Ayo Devan, kamu belum tidur siang, Nak."

"Gak mau, Mama. Epan mau main sama Ipal," tolak Devan.

"Gak boleh main terus, ayo tidur siang." Ranti menarik tangan Devan untuk ikut dengannya dan meninggalkan Rival yang masih berdiri sendiri di sana.

****

"Ibu, lihat nih tangan Ipal luka." Lulu —gadis kecil yang merupakan tetangga sekaligus teman Rival memanggil ibunya. Setiap hari Rival pasti pergi bermain ke sana. Selain karena tidak punya teman bermain, di sinilah Rival merasa diperhatikan dan mendapatkan kasih sayang dari ibunya Lulu.

"Astagfirullah, Ipal tangannya kenapa, Nak?" Leha— Ibunya Lulu langsung memegang tangan Rival dengan cemas.

Rival rasanya ingin kembali menangis saat melihat betapa khawatirnya Leha kepadanya sedangkan Mamanya sendiri terlihat biasa saja. Rival memang masih kecil tapi ia bisa merasakan semuanya.

"Ipal ... gak sengaja megang pisau," sahut Rival pelan.

Leha buru-buru mengajak Rival masuk dan membersihkan lukanya. "Sebelum dibalut, lukanya harus dibersihin dulu biar gak infeksi."

Lulu yang melihat luka Rival yang lumayan besar itu hanya meringis pelan. Ia mengalihkan wajahnya tak ingin melihat.

"Ipal kenapa bisa luka, Nak?"

"Tadi Ipal mau ambil makan. Ada kue, tapi Ipal gak bisa potongnya, jadi tangan Ipal kena pisau deh." Rival bercerita. Begitulah ia setiap hari, Rival selalu menceritakan apapun kepada Leha, tapi ia tidak pernah menceritakan perlakuan buruk kedua orangtuanya.

"Lain kali lebih hati-hati, Nak," ujar Leha mengusap kepala Rival. Ia sangat sayang dengan Rival seperti anaknya sendiri, sejak dulu Leha sangat ingin memiliki anak laki-laki.

"Masa pegang pisau aja gak bisa, cemen!" ledek Lulu.

"Aku gak cemen tau!" balas Rival tidak terima.

"Ipal udah makan?"

"Belum, Bu. Ipal laper banget." Rival memegang perutnya yang berbunyi sambil cengengesan.

"Ayo makan, Ibu udah masak."

"Ibu, ikannya kan cuma satu, buat Lulu kan?" Lulu terlihat kesal saat ibunya membagi lauk untuk Rival.

"Bagi dua, Nak. Gak boleh pelit," ujar Leha lalu memberikan masing-masing satu piring nasi dan lauk pada Lulu dan Rival.

Keduanya lalu makan sambil bercanda-canda kecil. Rival yang sedang mengunyah menoleh pada Leha yang sedang tersenyum melihatnya.

"Ibu gak makan?" tanya Rival.

"Nanti Ibu makan," sahut Leha.

"Ikan Ipal masih ada, buat Ibu aja." Rival dengan senang hati memberikan lauknya pada Leha.

"Gak pa-pa, Nak. Ipal makan aja."

"Ipal sedih kalau Ibu nolak," ujar Rival memanyunkan bibirnya. Lalu ia memindahkan sebagian lauknya di piring Leha.

"Ipal sayang banget sama Ibu, Ibu juga sayang sama Ipal kan?"

"Ibu juga sayang sama Lulu kan? Ini, ikan Lulu juga masih banyak." Lulu ikut memindahkan sebagian lauknya ke piring Leha.

"Ibu sayang kalian berdua. Kalian berdua harus sama-sama terus ya." Leha memeluk keduanya.

"Kalian berdua harus selalu ada satu sama lain. Ipal, kalau ibu udah gak ada, kamu harus selalu jagain Lulu ya."

****

Detak Jantung Untukmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang