Haloo, selamat datang kembali!
Masih ingat sama bab sebelumnya?
Semoga suka sama bab ini yaa, selamat membaca!
****
3. Sebuah Rahasia
Rival yang baru saja keluar dari kamarnya, melihat Devan yang berjalan ke arah tangga dengan kepala sempoyongan. Melihat hal itu, tentu saja ia sangat heran. Rival dengan cepat menyusul kembarannya itu untuk menuruni tangga.
"Lo kenapa, Bang?" Rival merangkul bahu Devan.
"Apaan sih lo. Gue gak pa-pa!" Ucapan Devan sedikit ketus. Ia melepas tangan Rival yang memegang bahunya.
"Yaelah, sensi amat, Pak. Lagi pms apa gimana?" Rival nyengir tak berdosa. Mereka berdua memang kembar, sangat mirip. Bahkan orang-orang terdekat mereka saja sangat sulit membedakan mereka berdua jika sama-sama sedang tidak berbicara.
Devan yang pendiam dan introvert. Sedangkan Rival yang periang dan tidak bisa diam.
Rival masih memandang wajah Devan yang terlihat tidak seperti biasa. "Muka lo pucat, Bang. Kalau sakit mending bolos aja."
Devan masih tidak membalas apapun. "Oh iya lupa, yang hobi bolos kan gue bukan lo. Anak pinter kayak lo mana mau bolos ya." Tawa Rival terdengar garing. Dan tentu saja Devan masih tidak menanggapinya.
"Devan, ayo sarapan sayang. Mama buatin omelette kesukaan kamu nih. Buat bekal, Mama bawain kamu sushi, jangan lupa dimakan pas jam istirahat ya."
"Val, ayo." Devan menoleh ke belakang melihat Rival yang menghentikan langkahnya.
Melihat itu, Ranti pun mendekat ke Devan. Ia mengelus punggung anak laki-laki kesayangannya itu lalu berkata, "ayo sarapan sekarang, nanti telat."
"Sarapan buat Rival mana, Ma?"
"Cepat makan sarapan kamu Devan. Papa gak mau kamu sampai terlambat," sahut Hendra pria berjas hitam yang merupakan papa Devan dan Rival.
"Tapi, Pa—" Ucapan Devan terpotong saat Rival tiba-tiba membuka suara.
"Bang, gue duluan ya. Lulu udah nunggu di depan soalnya," ujar Rival.
"Ma, Pa, Rival pamit ya." Rival hendak mencium tangan keduanya, namun ia tidak mendapatkan respon apapun dari ucapannya tadi. Jadi ia rasa langsung pergi dari sana akan menjadi lebih baik.
"Makan yang banyak Bang biar lo sehat. Jangan sampai dipaksa belajar bikin lo sakit," sindir Rival kepada kedua orangtuanya. Papa dan Mamanya memang kerap menuntut Devan untuk bisa mencapai semuanya. Mulai dari juara kelas, juara olimpiade, basket, beladiri, sampai berenang. Devan harus bisa unggul dalam segala hal.
****
"IPAL YUHU! AYO BERANGKAT!"
"IPAL BANGUN!!"
"Udah bangun belum sih nih anak? Gue telepon gak diangkat-angkat!"
"Gue udah bangun Kanjeng ratu," sahut Rival yang baru saja keluar dari pintu depan.
"Tumben lo keluar dari depan?" Lulu terlihat bingung karena biasanya Rival akan keluar lewat balkon depan kamarnya.
"Ya, sekali-kali. Motor lo udah dipanasin?"
"Sarapan dulu kuy!" Lulu kemudian mengeluarkan kotak bekal dari tasnya.
"Tau aja lo kalau gue belum sarapan!" Rival nyengir lalu ikut duduk di samping Lulu.
"Kita kenal gak sehari dua hari kali! Tebak gue masak apa hari ini?"
"Tempe? Tahu?" Lulu menggeleng mendengarnya. "Sambel tahu? Sambel tempe?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung Untukmu
Teen FictionDevandro Amorshandi dan Rivaldo Amorshandi adalah anak kembar, namun keduanya kerap dibedakan oleh kedua orangtuanya. Semua itu bukan tanpa alasan karena saat mereka masih kecil, sebuah insiden besar terjadi. Dalam hidupnya Rival hanya memiliki sat...