Bab 2

19 15 6
                                    

Raut Ilham gusar. Keinginan untuk melemparkan sesuatu apa pun yang ada di hadapannya, telah sampai pada pikiran untuk tak lagi perlu memedulikan siapa yang akan menjadi korban. Deru napasnya memburu. Ia benar-benar di puncak amarah. Emosi negatifnya tak mampu diredamkan oleh kesejukan semilir angin yang menerpa wajah.

"Bertengkar lagi dengan ayahmu?" tanya Denis, teman satu geng Ilham.
Ilham hanya diam. Namun, bagi Denis yang memang mengenal pribadi Ilham, sangat paham atas apa yang menimpa temannya itu. Ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.

“Malam ini kita ke bar, yuk!” kata teman mereka yang lain, Sam. "Aku bawa kenalan. Model cantik. Sasti Angelica. Ilham, kau bisa mengencaninya kalau mau."

Ilham pikir, dirinya memang sering datang ke bar. Namun, ia datang ke bar hanya untuk menenggak minuman keras. Belum pernah sekali pun, ia terniat mengencani seorang wanita di sana—terlebih seorang model. Atas tekanan yang ingin dilepaskan saat ini, Ilham mengangguki tawaran temannya. Ia rasa tidak ada salahnya mencoba hal baru.

"Ayolah," sahutnya singkat.

Malam hari itu adalah malam seperti biasa ketika Ilham dan gengnya berpesta ke diskotik. Kali ini mereka pergi ke bar, dan seperti yang telah dibicarakan Sam, Sasti Angelica hadir di sana. Model itu memeriahkan suasana sehingga mereka kembali larut dalam pesta yang memabukkan.

"Ilham, kami ke pojok dulu, ya," ucap Sam sembari merangkul Denis, meninggalkan Ilham yang sekadar menjawab dengan anggukan.

Hanya tersisa berdua dengan Sasti, Ilham mulai melirik penampilan seorang wanita dengan profesi model tersebut. Parasnya cantik? Lumayan. Untuk sebuah malam, Sasti Angelica terbilang cukup glamor. Tingkat kemulusan pahanya dipamerkan lewat dress merah ketat yang pendeknya di atas lutut. Rambut hitamnya yang bergelombang dibiarkan terurai. Wajah mungil itu dipoles mekap tebal dan disempurnakan oleh lipstik merah merona.

Secara terang-terangan, si model penggoda mulai merayapkan jari-jari lentiknya ke dada Ilham. Wanita itu merayu seorang pemuda yang menggantungkan segelas wine di tangan, dan memainkan kancing-kancing kemejanya. Ilham merasa tidak nyaman. Entah mengapa, berlama-lama berdekatan dengan seorang wanita yang diniatkannya dikencani untuk semalam saja, malah membuatnya urung. Ia akhirnya memutuskan pulang ketimbang mencari pelampiasan.

Surat Cinta Dari Sang Khaliq ( Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang