Bab 3

12 10 0
                                    

Seorang yang telah terlalu jengah dengan kelakuan putranya, yang seolah-olah menulikan telinga, tanpa peduli keluhan orang tua. "Kau minum lagi?" geramnya, saat Ilham memasuki rumah.

"Hanya sedikit." Ilham menjawab sekenanya, berlalu begitu saja.

Tiba-tiba, pria itu mencengkeram kerah baju anak semata wayangnya dan berkata, "Keterlaluan!" lalu, satu pukulan hampir dilayangkan ke wajah putranya akibat amarah yang memuncak, tetapi tertahan karena pemuda yang di hadapannya hanya menatap dengan tajam.

"Apa?" Sinis Ilham. Ia bisa melihat seberapa dalam kekecewaan di mata ayah yang telah lupa dengan cara apa mendidiknya hingga berani melawan orang tua kandung sendiri. "Ingin memukulku lagi?"

Ayahnya menurunkan tangan saat menjawab, "Ayah sudah muak denga sikapmu. Sebaiknya kau pergi saja dari rumah ini, Ilham!"

Akhirnya, kalimat pengusiran itu meluncur juga dari mulut ayahnya. Begitu mudah. Ilham hanya berangguk,  tak habis pikir, walaupun ia sudah menyangka hal itu mungkin akan terjadi. Tanpa sepatah kata penyangkalan, ia beranjak untuk keluar dari rumah. Namun, sampai di mulut pintu, sekali lagi Ilham menoleh ayahnya untuk melampiaskan kekesalan.

"Akhirnya aku mengerti kenapa ibu meninggalkan Ayah. Sikap Ayah membuat ibu tak tahan. Ayah egois, cuma mementingkan dirimu sendiri. Yang Ayah pikirkan hanyalah uang dan jabatan."

Penuturan kasar Ilham membuat sang ayah tersentak. Tiba-tiba hatinya terasa sakit, menatap wajah anaknya yang dimendungi emosi. Pelan dan lirih, ia menyumpah, "kau akan menyesal, Ilham."

"Ayahlah yang akan menyesal."

Selepas mengucapkan itu, Ilham pergi. Ia memutuskan untuk tidak akan lagi menjejakkan kaki di rumah ayahnya.

Surat Cinta Dari Sang Khaliq ( Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang