Jerit histeris dari mulut kedua gadis muda, memecah keheningan di malam merah itu--memohon pertolongan. Suaranya begitu memilukan, bergema melintasi lorong-lorong berdarah. Meskipun tak akan ada seorang pun yang bakal mendengar atau iba akan ratapan mereka berdua.
Rasa takut benar-benar menelan Tina dan Laras, sampai ke titik dimana tubuh tak lagi mau me-respon kehendak sang pemilik.
Jangankan untuk lari dari tempat itu, bergerak saja sudah tak mampu lagi mereka lakukan ketika dihadapan sosok iblis mengerikan yang liar membasahi bibir, sudah tak sabaran lagi untuk segera mencicipi daging segar yang sangat mengiurkan--menggugah selera makan.
Tina dan Laras juga hafal betul betuk dan warna dari seragam pegawai supermartket yang sempat digunakan oleh si korban. Pertanyaan pun muncul dalam benak, lalu siapakah kiranya karyawan yang tadi datang ke supermarket untuk menggantikan tugas mereka?
Semua tanda tanya mereka buyar, manakala sang iblis mulai merangkak pelan-pelan mendekati sambil menggesek-gesekkan kuku tajam nan runcing miliknya ke tanah, mirip perilaku predator buas sebelum menerkam batang leher mangsanya.
Kaum Iblis dari kalangan bawah maupun atas memang memiliki kemampuan mimic atau mengambil alih wujud dari seorang manusia yang sebelumnya telah mereka bunuh. Tetapi bedanya, tidak seperti iblis dari kalangan atas yang mampu bicara dan membaur dengan sempurna disekitaran kita, iblis dari kalangan bawah agaknya cukup kesulitan dalam mengendalikan bentuk manusianya, bahkan beberapa ada yang kesulitan untuk berbicara.
Sama halnya dengan wujud setengah manusia yang tengah dipakai oleh Si iblis dan tak sengaja dilihat oleh Laras dan Tina malam ini.
Kulit disekujur tubuhnya berwana pucat agak sedikit kusam, tampak pula guratan dari urat-urat mereka yang berwarna hitam sedikit ke-hijauan. Taring yang setajam pisau jagal juga masih berlumuran darah ketal, ada sedikit potongan daging yang terselip disela-sela gigi.
Lidahnya cukup panjang untuk bisa iblis ini digunakan sebagai cambuk. Lalu kedua matanya yang berwana merah terang dalam kegelapan, makin melengkapi kengerian sang iblis terkutuk.
"Mah-mahklu ap-..!?" Laras tak sempat lagi menyelesaikan ucapanya, tepat ketika iblis itu melesat ke arahnya.
"Aarrhhhh!!!"
Perasaan takut yang Laras tahan, pada akhirnya pecah juga. Sempat terbesit di dalam benaknya, mungkin inilah malam terakhir untuknya bernapas di dunia.
Terasa menyedihkan memang, apalagi saat dia membayangkan wajah sang ibu yang setia menunggunya pulang ke rumahnya di desa.
"Maaf ibu, anakmu ini mungkin tidak akan pernah bisa pulang." Gumam Laras, lirih dalam lubuk hatinya.
Laras penjamkan kedua mata, pasrah dan berfikir bahwa dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan, setidaknya hal itu cukup mengulur waktu buat Tina untuk melarikan diri, salah satu dari mereka harus ada yang selamat bukan?
Akan tetapi, yang terjadi malah diluar dugaan. Tubuh Laras tiba-tiba tersungkur, terdorong ke arah samping.
Perlahan-lahan, dia mulai memberanikan diri membuka kembali kedua matanya. Laras terlempar cukup jauh dan lututnya terasa perih akibat bergoresan langsung dengan aspal.
"A-apa yang barusan terjadi?" Laras edarkan pandangannya ke sekeliling dan betapa terkejutnya dia, ketika melihat ada tubuh lain yang terkapar bersimbah darah.
"Tina!!!" Pekiknya sambil menangis, setelah mengetahui kalau justru sahabatnya lah yang menerima serangan iblis menggantikan dirinya. Sambil merangkak, dia dekati--coba meraih tubuh Tina yang saat ini tengah terbaring tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemburu iblis
FantasySetelah membangkitkan sebuah energi misterius dari dalam dirinya, Ayudyah Larasati percaya bahwa dirinya telah ditakdirkan untuk menjadi pemburu iblis kuno pemakan daging manusia.