5 » Call Out

106 17 7
                                    

"Junkyu!! Junkyu, dimana kamu!!" Dengan dasi yang hampir jatuh dari kerah. Jas yang terobek. Jidatnya yang terluka terlihat jelas darah mengalir. Lelaki itu berusaha mencari istrinya.

Ia membiarkan mobilnya berasap diujung jalan. "Arghh! Junkyu sayang!!" Lelaki itu menjambak rambutnya frustasi.

"Junkyu!!"

Dibalik dinding ada seseorang yang tersenyum licik, didepannya ia membawa seseorang.

🪦🪦

"Ini minumannya, pak. Silahkan menikmati." Lelaki itu menaruh segelas kopi pesanan seorang pria tua berusia 50 tahunan.

"Permisi, nak. Bisa boleh tau siapa pemilik Cafe ini?" tanya pria itu menghentikan langkah lelaki itu.

"Kebetulan saya pemiliknya. Saya menggantikan karyawan saya yang ijin ke rumah sakit menemui ayahnya, pak."

"Siapa namamu, nak?"

"Haruto. Watanabe Haruto," jawab Haruto alias lelaki itu. Pria tua itu tersenyum. Ia tahu siapa itu Haruto. Ada alasan tersendiri kenapa bisa tau.

"Sebelumnya bapak bernama Suho. Terserah kamu manggil saya seperti apa. Cuman saya ingin berterimakasih banyak sudah menerima anak saya."

"Maksud bapak?" Haruto menatap pria yang bernam Suho itu dengan bingung.

"Kamu akan tau sendiri maksud saya, nak." Suho hanya tersenyum tulus menatap Haruto. Ia tidak memberikan sepatah dua kata lagi.

Haruto ijin pamit dari hadapan Suho yang kemudian diangguki.

🪦🪦

Haruto menaruh handuknya di kasur. Namun, ia mendengar seolah suara istrinya menegur dirinya. "Baik, Junkyu."

Namun, itu dia tetaplah sendiri. Album mereka tergeletak diatas meja. Melihat kebersamaan mereka selama istrinya masih hidup.

"Junkyu, kamu masak apa, sayang?" Haruto memeluk pinggang Junkyu dari belakang melihat Junkyu yang memotong sayur.

"Yak! Ruto, duduklah sana." Junkyu hanya berkata seperti itu, tapi tidak dengan badannya. Yang seolah menerima pelukan suaminya.

"Itu kimchi?" Junkyu mengangguk.

"Dari ibu." Junkyu menaruh pisaunya dan menyuapi kimchi itu ke Haruto.

"Enak." Tanpa mereka sadari posisi mereka saling berhadapan dengan Junkyu yang menumpu pada meja dapur.

Ia kembali mengambil handuk itu dan menjemurnya di gantungan handuk. Malam itu, Haruto kembali memikirkan ucapan pria tua yang ia temui tadi.

"Siapa pria itu. Apa yang beliau tau dari diriku ini?"

"Kamu membunuh anakku!!" Suara wanita tua itu berteriak kencang sambil menunjuk pria yang barusan ditemui oleh Haruto.

"Dengarkan aku Jisoo. Tenanglah ... Okey ... Ini hanya kecelakaan, kak." Seorang lelaki lebih muda itu menenangkan wanita itu. Walaupun masih menangis histeris, teriakan itu mulai mereda.

Dibawah terdapat sebuah mayat yang terbujur kaku dibawah hujan, beralaskan paha wanita itu. Haruto tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu.

Namun, perhatiannya tertuju pada sebuah mobil. Mobil yang pernah ia lihat disaat kematian istrinya. Pria tua yang mirip sekali dengan Suho itu berlumur darah. Jidatnya mengalir darah, namun tidak dipedulikan.

Ia begitu shock ketika melihat anaknya sendiri meninggal karena dirinya. Entah kenapa dirinya seolah tidak ada yang peduli padahal posisinya tidak terlalu jauh.

Sequoia | Oneshoot Harukyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang