Legenda Yang Hilang 6

76 14 0
                                    

KEDATANGAN Dewi Ular ke rumah sakit bukan hanya sekedar untuk mendapatkan informasi dari Gito. Rupanya hati gadis itu tergerak oleh penderitaan Gito yang mengalami luka-luka sebanyak itu.

"Demi cintanya ia sampai lakukan tindakan nekat dan berakibat separah ini," bisik Kumala kepada Sandhi.

"Bukankah orang bilang cinta itu buta?"

"Iya. Tapi kalau yang kayak gini bukan buta saja, tapi juga cacat!"

"Jadi cinta itu cacat?" tanya Sandhi sambil tersenyum geli.

Gito sedang bicara dengan Maryana. Kumala dan Sandhi ada di sisi lain, Sandhi melihat Kumala Dewi memandang ke arah Gito tanpa berkedip, sopir pribadi itu segera tahu apa yang akan dilakukan Kumala. Maka dengan berbisik lebih pelan lagi ia berkata,

"Jangan lakukan!"

Kumala mengedipkan matanya. Biasa-biasa saja, tapi Ia juga berbisik tanpa melirik ke arah Sandhi.

"Kenapa?"

"Kalau kau lakukan, nanti kasus Gito akan menjadi semakin heboh. Mereka, terutama para dokter, akan menahan Gito untuk tinggal di rumah sakit ini lebih lama lagi jika tahu-tahu luka lukanya lenyap tanpa bekas! Kasihan pemuda itu."

Rupanya seringnya Sandhi ikut Kumala mengunjungi orang-orang sakit, segera dapat mengetahui maksud Kumala yang ingin menggunakan kekuatan kedewaannya untuk menyembuhkan luka-luka di tubuh Gito.

Jika hal itu benar-benar dilakukan Kumala, maka dalam waktu yang sangat singkat Gito akan kehilangan luka-lukanya. Kesembuhan secara magic akan terjadi, dan mencengangkan kalangan para medis. Hal itu membuat Gito akan dijadikan bahan penyelidikan oleh para medis. Sandhi kasihan jika Gito dijadikan penyelidikan seperti beberapa pasien yang sudah pernah disembuhkan Kumala. Masa tinggal di rumah sakit akan lebih lama, walau keadaan pasien sudah sembuh.

"Kalau begitu akan kulakukan secara transparan saja. Dua-tiga hari lukanya akan hilang."

"Nah, kalau begitu nggak apa apa. Nggak terlalu mencolok!" bisik Sandhi.

Zlaaab...!

Seberkas sinar hijau yang sangat tipis melekat dari kedua mata Dewi ular. Begitu tipisnya sinar itu. sampai-sampai tak mudah dilihat oleh Maryana, Gito atau orang lainnya. Hanya Sandhi yang melihat keluarnya sinar hijau itu sebab ia memang memperhatikan kedua mata Dewi Ular dari sisi samping.

Pukul sembilan lewat, Dewi Ular dan Sandhi tiba di rumah. Kunjungan malam di rumah sakit jelas tak akan diizinkan jika bukan karena Kumala kenal dengan dokter yang menangani Gito saat itu. Hampir saja Kumala sampai rumah lebih malam lagi karena ia nyaris kesasyikan ngobrol dengan Dokter Aswi, yang pernah merawat Sandhi saat leher Sandhi robek.

Hindi mengadu kepada Kumala tentang hilangnya Buron. Mak Bariah, pelayan setia Kumala Dewi itu, menetralisir kecemasan Hindi dengan Mengatakan,

"Buron pamer keusilan di depan Neng Hindi. Bikin orang ketakutan aja."

"Memang brengsek kecoa satu itu,"
geram Sandhi dengan kesal.

Sampai hampir pukul dua belas tengah malam, Buron belum menampakkan diri. Padahal ada yang ingin dibicarakan oleh Kumala dengan jin usil itu.

Kumala sengaja menunggu kemunculan Buron sambil ngobrol dengan Hindi di ruang tengah. Sandhi sendiri tampak tak sabar menunggu kemunculan Buron. Ia menggeram geregetan, karena sebelumnya ia sudah wanti-wanti kepada Buron untuk tidak mengganggu Hindi. Ternyata Buron nekat mengganggu gadis itu, Sandhi ingin menampar wajah jin usil itu sebagai pelajaran.

"Kamu nggak perlu berpikir yang bukan bukan, Hin," ujar Kumala.

"Percaya saja padaku, aku dapat mengetahui lebih dulu jika kau memang titisan Betari Durgi. Mata gaibku nggak melihat adanya janin dalam rahimmu. Aku yakin bukan kau orang yang jadi pilihan Arya Mahera."

26. Legenda Yang Hilang✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang