BETAPA terkejutnya Pandu melihat keadaan rumah seperti kapal pecah. Pertama-tama yang terlintas dalam benaknya adalah keselamatan Dewi Ular. Ia buru-buru menemui kekasihnya yang sedang mengumpulkan kekuatannya kembali di dalam kamar tidurnya.
Melihat keadaan Kumala baik-baik saja, Pandu pun menghembuskan napas lega. Ia segera ke kamar Sandhi, ternyata yang lain tengah berkumpul di kamar tersebut.
"Ada apa ini, San?!"
Sandhi dan Buron yang sudah segar kembali itu menjelaskan apa adanya. Belum selesai Pandu mendengar penjelasan mereka, Kumala Dewi pun muncul di kamar itu. Rupanya dalam semadinya ia melihat kedatangan Pandu dan segera menyudahi meditasi tersebut. Kekuatan gaibnya telah terkumpul kembali, dan gadis itu dapat tampil dengan tenang, sehat, tak terlihat bekas luka bakar sedikit pun pada tubuhnya.
"Arya Mahera hampir saja membunuh Buron," ujar Kumala mengawali penjelasannya.
"Lalu apa yang kau lakukan?"
"Ia menantangku dengan caranya sendiri. Aku sempat bertarung melawannya. Langit hampir saja terbelah karena kekuatan yang kukerahkan seluruhnya untuk melawan Arya Mahera."
"Apakah kau berhasil mengalahkan dia?" tanya Pandu semakin ingin tahu.
"Aku melukai dadanya. Entah berapa lama ia akan bertahan dengan luka itu. Yang jelas dia menghilang di balik gumpalan kabut mimpi dan aku kebingungan mengejarnya."
Buron menyahut. "Aku yakin untuk sementara ini Arya Mahera nggak bakalan muncul lagi."
"Kau yakin tentang itu?" tanya Pandu kepada Buron. Pemuda berambut kucai itu mengangguk.
"Dia marah padaku karena memergoki aku berdua dengan Hindi. Dia ingin masuk dalam raga Hindi, tapi sempat kutepis dan ia melarikan diri ke alamnya. Aku mengejarnya, tapi... dia keluarkan kesaktiannya yang membuatku babak belur. Hampir saja aku terbakar menjadi abu kalau nggak segera diselamatkan oleh Kumala. Terlambat sedikit waktu lagi Kumala menyelamatkan diriku, mungkin sekarang aku sudah nggak bisa bertemu kalian lagi," kenang Buron dengan ekspresi wajah sedikit tegang.
"Kesaktiannya cukup membahayakan," gumam Kumala Dewi, seperti ditujukan pada dirinya sendiri.
Buron menimpali dengan suara datar,
"Hanya ada dua perempuan yang paling kuat diduga sebagai keturunan Betari Durgi.""Siapa dua perempuan itu?" sahut Sandhi.
"Seorang mahasiswi yang bernama Halimah dan Hindi."
"Oooh...?!" Hindi terpekik kaget menjadi tegang kembali.
"Halimah...?!" Kumala bergumam lirih.
"Kalau begitu yang menyerang Gito adalah Arya Mahera sendiri. Dia cemburu melihat Gito mendekati Halimah!"
"Sepertinya memang begitu," timpal Sandhi.
"Halimah mengatakan keresahannya di depan Maryana dan di depanku. Dia sering mendengar suara binatang menggeram di belakangnya. Kurasa... kurasa malam ini Halimah sedang disatroni Arya Mahera lewat mimpinya."
"Celaka! Kalau begitu...," kata-kata Dewi Ular terhenti mendadak, karena secara tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara gaduh dari arah gudang.
Gubraaaakk...!
"Astaga... Suara apa itu?!" Mak Bariah tersentak tegang.
Gubraak, braak! Gumbraaang...!
Buron dan Kumala saling beradu pandang. Terdengar suara Kumala bergumam tegang,
"Delvin...?!"
"Kurasa kera jelmaan Delvin telah sadar dan sedang berusaha keluar dari gudang!"
"Celaka! Aku lupa menambah pembius gaib padanya!" bisik Dewi Ular.
KAMU SEDANG MEMBACA
26. Legenda Yang Hilang✓
ParanormalSilahkan follow saya terlebih dahulu Serial Dewi Ular Tara Zagita 26