Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia kembali bangkit untuk terjatuh lagi.
Layaknya manusia yang hanya mampu merindu tanpa membuatnya kembali, Helios dengan mata tajamnya terus menatap momen yang sengaja dicetaknya menjadi selembar gambar. Gambar atau foto itu memiliki sedikit pinggiran yang buram. Tak ada yang tahu sebenarnya bagaimana cara Helios melalui ini semua. Namun setidaknya orang yang mengenal Helios dapat lega karena ia kembali melakukan sesuatu dan meninggalkan kebiasan buruknya.
Merenung tanpa melakukan sesuatu, atau sekalinya melakukan sesuatu hanya menyalahkan masa lalu.
Helios dibuat bertanya-tanya selama lebih dari 24 jam terakhir, masih tentang si perempuan berwajah Elina itu. Ini bukanlah sinema fast and furious yang dapat merekayasa kematian seorang tokoh dengan mudah. Apalagi sampai—melupakan semuanya?
Secara tak sengaja Helios menoleh, menemukan beberapa alat pencukur yang digenggam seorang pria di sampingnya. Dahi Helios mengernyit, apa itu memang tidak terdeteksi mesin bandara?
Baru saja Helios memasuki fase acuh-tak-acuhnya, sebuah bohlam yang tak lebih dari 6 watt mendeting dalam idenya.
"Hei bung, apa aku bisa membeli satu?" Lontarnya pada pria pemilik alat pencukur.
—
Bandar Udara Ferihegy, Budapest
"Kalian sudah bertemu?"
"Belum, tampaknya dia sedang menunggu sesuatu."
"Dia cukup sensitif, maka dari itu lakukan yang terbaik di awal penugasanmu."
"Aight, Kapten Hursley."
"Aku mempercayaimu."
Gadis itu memutuskan sambungan teleponnya, menemukan kemunculan seorang lelaki berjaket leather hitam legam keluar dari mulut utama area kedatangan. Tangannya menyeret sebuah koper cokelat gelap, tak begitu besar untuk ukuran menetap dalam waktu tak singkat. Si gadis lantas berdiri dengan tegap, memperlihatkan papankecil yang bertuliskan, Helios Dawn.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.