7. luka

33 3 0
                                    


*

*

*

Selalu mencoba untuk kuat namun luka ini kembali menghantam ku hingga kembali hancur
_anya difara

Kini anya berada disudut kamar dengan mata yang sudah bengkak terus menangis tak henti, wajahnya kini sudah hancur, ia sudah seperti orang gila, ia juga tak ingin makan, ia terus menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpanya, bagai mana perasa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini anya berada disudut kamar dengan mata yang sudah bengkak terus menangis tak henti, wajahnya kini sudah hancur, ia sudah seperti orang gila, ia juga tak ingin makan, ia terus menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpanya, bagai mana perasaan orang tuanya mengetahui putri mereka telah di lecehkan oleh orang yang tidak punya hati!

Kebahagiaan yang dulu sempurna tanpa celah seketika berubah menjadi gelap dalam sekejap, ia memukul mukul dadanya sesak, sakit, kecewa, benci, bersatu di dalam hatinya, ia tidak tau harus apa lagi, ia merasa tak pantas buat siapa siapa lagi dengan keadaannya saat ini, ia terus mengacak rambutnya frustasi, tangisannya sudah tak bersuara lagi, ia sudah tidak bisa menahan kepalanya yang pusing, badannya juga sudah melemah, sejak kejadian itu sudah dua hari ia tak makan, badannya menghantam lantai, ia pingsan karna energi dan pikirannya sudah banyak terkuras.

Bik inem mengetuk pintu membujuk agar anya keluar dari kamar untuk makan, namun tak ada jawaban dari dalam, bik inem mencoba lagi, namun hasilnya masih sama, bik inem yang panik memanggil supir rumah membantunya mendorong pintu

Bik inem terkejut melihat keadaan anya yang sudah terbaring di lantai dengan keadaan lemah, bik inem segera menyuruh supir membawa anya ke rumah sakit agar ditangani oleh dokter

***

Anya masih terbaring pingsan di ruang icu dengan balutan infus di tangannya, bik inem tetap setia di samping majikannya menatapnya iba, entah apa yang membuat gadis itu sampai separah ini "nya bangun anya, bibik khawatir" bik inem pengusap lembut tangan anya, tiba tiba ponsel anya berdering, bik inem dengan ragu mengangkat telfon itu

"Nya lo kemana aja?"

"Kok lo nggak masuk sekolah?"

" Lo baik baik aja kan?"

Bik inem tidak tahu harus menjawab apa pada gadis di sebrang sana, ia tetap diam menunggu orang di sebrang sana berbicara

"Kok lo diam nya?"

Bik inem akhirnya memberanikan diri untuk berbicara "Maaf neng, ini bik inem"

"Maaf bik, anyanya dimana ya bik?"

"Anyanya lagi di rumah sakit neng"

My Story Anya DifaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang