berdua bersama Nares dulu sangat menyenangkan bagi Ranaka tapi untuk keadaan saat ini.. sungguh, ia merasa asingㅡNares yang dulu sering tidak memperhatikan Ranaka saat sedang berdua, kini memperhatikan Ranaka bahkan dengan tatapan intens. Gugup, ya, sekarang Ranaka sedang gugup meskipun perasaannya sangat senang setelah mengetahui kondisi Nares yang bisa dikatakan pulih.
"bayimu itu bayiku juga, kan?" celetuk Nares tiba-tiba, menyentak Ranaka yang sempat terkejut tak percaya tetapi tetap memilih untuk diam dan memproses perkataan Nares barusan.
"maksud dari pertanyaanmu, Na?"
Nares menatap Ranaka, "aku hanya bertanya."
"kamu suamiku, kan?" saut Ranaka sembari menatap Nares sedikit tidak percaya dengan lontaran Nares.
"tapi yang bercinta denganmu itu bukan aku saja, kan?"
telak, Ranaka kehabisan kata-kata dan moodnya pagi hari ini cukup hancur karena pertanyaan suaminya; Nares.
a p o l o g i z e
"lo kenapa bisa gini, njing?!"
Shivam meringis kesakitan, perutnya kembali merasakan nyeri. "gue gak apa-apa." sautnya pelan saat mendengar seruan Marleo yang memasuki ruang inapnya.
"gapapa ginjal lo dua!" hardik Marleo penuh emosi, "perut lo berdarah, bangsat!" tambahnya sedikit panik; perasaannya baru jam empat subuh tadi ia pulang ke rumah tapi kenapa jam delapan pagi ia sudah mendapat pesan dari Shivam untuk datang ke rumah sakit lagi?
"bangsat! susah amat keringnya." maki Shivam pada luka jahitannya yang tadi sempat terbuka karena dipukul oleh Naresㅡberakhir dijahit kembali, untungnya saat Nares memukulnya tadi Ranaka tidak terbangun.
"gue tanya lo ngapain sampe bisa perut lo basah?" introgasi Marleo, rupanya ia emosi.
Shivam menatap Marleo, "gue gak kenapa-kenapa..?"
"bohong, jawab gue atau gue hubungin bokap lo?" ancam Marleo.
"perut gue kepentok pintu.."
Marleo memincing, "jangan bohong."
"seriㅡakhh!"
"Vam!"
Shivam meremat ranjangnya, sialan perutnya semakin sakit. "Panggil dokter, Mar!" serunya membuat Marleo panik bukan main kali ini.
a p o l o g i z e
tak
"kamu sudah minum vitamin, Ra?"
Ranaka menoleh; Johan memasuki ruangannya dan meletakan gelas berisi air putih diatas nakas. "Sudah, tadi ada suster.. kak." sautnya pelan dibalas anggukan oleh Johan yang kini mendudukan tubuhnya disebelah bangkar Ranaka.
"kak.."
"ya?"
"Shivam dimana?" tanya Ranaka tak langsung mendapat jawaban dari sang sepupu suaminya, "sibuk kantor lagi ya?" tanyanya lagi.
Johan terdiam; berbohong bukanlah ide yang buruk untuk kondisi sekarang, kan?
"ya, Shivam sibuk."
"oh.." helaan nafas keluar dari belahan bibir Ranaka yang terlihat begitu kecewa.
"kenapa?" tanya Johan bermaksud memastikan hal apa yang ingin diutarakan Ranaka pada Shivam.
Ranaka langsung mengalihkan tatapannya dari Johan sembari menggeleng pelan menatap langit-langit kamar inapnya, "tidak ada apa-apa.."
KAMU SEDANG MEMBACA
9. Apologize
Fanficsiapa yang paling bersalah? siapa yang harus minta maaf? kepada siapa harus meminta maaf?