"gimana rasanya seks sama kakak ipar sendiri?"
Shivam mematung diambang pintu ruangannya saat ia membuka bahkan hendak masuk; ia menatap nyalang teman bangsatnya yang sayangnya telah berhasil membuatnya kembali merasakan tubuh mantan benefitnya.
"udah makin longgar belum lubangnya setelah dimasukin Nares?" celetuk Marleo santai saat Shivam masuk dan duduk dikursi kerjanya.
"review.. rasanya gimana?" tambah Jidan yang baru aja masuk ke dalam ruangan Shivam dan duduk disebelah Marleo, nah, dua teman bangsatnya sudah lengkap sekarang.
"sempit." komen singkat Shivam mampu membuat kedua teman bangsatnya tertawa keras, untungnya ruang kerja kantor pribadi Shivam kedap suara.
"lo keluar didalem atau diluar?"
Shivam mematung dengan alis menyatu; berusaha mengingat kejadian panas semalam, oh tidak.. ia jadi candu dengan suara dan tatapan memohon milik Ranaka.
"ada bagusnya sih kalo lo keluar didalem dan berhasil, setidaknya nanti anak keturunan pertama yang mewarisi aset Dipta setelah lo gak cacat, ngerti maksud gue?"
Shivam mengrenyit, "kalau gitu yang ada anak gue bisa diakui sebagai anaknya Nares dong!" serunya tidak terima dengan perkataan Jidan.
"ya iya juga ya, derita lo sih kalah dari Nares buat nikahin Ranaka." cibir Marleo.
"bangsat, enyah lo berdua."
a p o l o g i z e
seharian ini Ranaka dan Nares tidak keluar kamar, bahkan Ranaka memeluk erat Nares diatas ranjang; tidak membiarkan dominannya itu pergi kecuali ke kamar mandi yang ada didalam kamar mereka.
"Rana.. makan?"
Ranaka menggeleng, "aku tidak lapar." sautnya masih dalam posisi memeluk erat Nares.
"Nares lapar." celetuk Nares membuat Ranaka mendongak dengan bibir mengerucut lucu.
"aku ambilkan tapi Nares jangan kemana-mana, okay? tetap dikamar."
Nares mematung saat Ranaka melepaskan pelukannya dan berjalan lebih cepat keluar kamar untuk mengambil sarapannya; selang beberapa menit, Ranaka datang membawa gelas air dan sepiring sarapannya yang padahal ini sudah memasuki jam makan siang.
"duduk, aku suapin." titah Ranaka setelah meletakan segelas air diatas nakas lalu naik ke atas ranjang; duduk dihadapan Nares yang juga sudah memposisikan diri duduk dengan kedua kaki melingkar disisi tubuh Ranaka.
"Nares bisa sendiri.. Rana makan juga." Nares sudah bersiap mengambil alih piring dari tangan Ranaka namun dengan cepat Ranaka menghindarkan piringnya dari gapaian tangan Nares. "Rana.." panggil Nares lesu karena dirinya sudah lapar.
"aku suapin ya." tekan Ranaka mulai menyuapi Nares sampai suapan terakhir; sarapannya habis, Ranaka beranjak mengambil segelas air dan beberapa tablet vitamin yang langsung diterima dan diminum oleh Nares. Setelah semua sudah selesai, Ranaka keluar kamar untuk membereskan piring dan gelas kotor baru kemudian kembali naik ke lantai atas; kamarnya.
"Rana?" panggil Nares saat melihat Ranaka masuk dan menutup pintu kamar.
Ranaka kembali duduk dihadapan Nares, melingkarkan kedua kakinya pada pinggang sang dominan lalu memeluk tubuh dominannya seperti bayi koala. Nares mengrenyit karena kembali bingung, kenapa tiba-tiba Ranaka seperti ini?
"Rana tidak makan?"
Ranaka menggeleng, "sudah kenyang melihat Nares makan tadi."
"loh.. tidak boleh seperti itu, nanti Rana sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
9. Apologize
Fanfictionsiapa yang paling bersalah? siapa yang harus minta maaf? kepada siapa harus meminta maaf?