Ven Lee (02)

390 80 5
                                    

"The world is full of obvious things which nobody by any chance ever observes."

Arthur Conan Doyle

.

.

.

Seoul, Korea Selatan

Profiler Kriminal Kepolisian Pusat Seoul, Lee Taeyong, tengah menatap dua buah foto pada layar laptopnya.

Shim Euntae dan Min Ryeohi, mayat mereka ditemukan oleh warga di wilayah pertanian Chamsong.

Ini adalah wilayah yang sama, namun tempat yang berbeda.

Warga menemukan mayat Shim Euntae tergeletak di dekat lahan stroberi, sedangkan para petani melapor telah menemukan mayat Min Ryeohi di persawahan.

Taeyong mengusap rahangnya. Ini jelas pembunuhan, namun bukan pembunuhan secara acak.

Pembunuhan berantai ....

Shim Euntae dan Min Ryeohi adalah mahasiswa Universitas Yonsei. Taeyong harus memastikan lebih dahulu apakah itu termasuk kebetulan atau tidak, sebab yang menempuh pendidikan di Universitas Yonsei mencapai lebih dari 5.000 orang, dan kebanyakan dari mereka tinggal di Seoul.

Terlepas dari itu, ada faktor lain yang mendukung pernyataan bahwa ini adalah kasus pembunuhan berantai.

Sayatan dalam di leher, tujuh tusukan pisau di tubuh korban, luka hantaman benda berat pada kepala yang diyakini sebagai penyebab kematian, dan tato kupu-kupu seukuran kelingking di dada kanan korban.

Tato itu dibuat ketika korban telah meregang nyawa ....

Iris Taeyong menyipit. Di sebelah tato Min Ryeohi terdapat lengkungan kecil berwarna hitam. Jemari Taeyong meng-klik kursor laptop, dia memperbesar foto pada layar.

Lengkungan itu adalah tato huruf C.

Pandangan Taeyong beralih pada foto Shim Euntae, ada tanda yang sama.

"Ayah!"

Lee Taeyong tersentak. Dia buru-buru menutup laptopnya ketika melihat seorang anak kecil berumur lima tahun memasuki kamar.

Bocah itu berhenti di samping kursi Taeyong, tangannya yang kecil meraih-raih ke atas, ingin sang ayah memangkunya.

Taeyong tertawa kecil, dia segera mengangkat putranya, dan mendudukkan dia di pangkuan.

"Beruang Kecilku sudah pulang," ujar Taeyong sembari mencium pipi putranya. "Bagaimana harimu, Yunseo?"

Yunseo terkikik geli. Dia berbalik dan memeluk leher ayahnya. "Aku melihat cheetah di kebun binatang!"

Alis Taeyong terangkat, dia mengusap rambut bocah lima tahun di pangkuannya. "Cheetah?"

"Ya! Mirip seperti Ayah!" seru Yunseo.

"Menurutmu begitu? Bukankah Ayah lebih mirip seperti singa?"

Yunseo menggeleng keras tidak setuju. "Ayah tidak besar seperti singa, Ayah kecil seperti cheetah. Paman Johnny yang seperti singa!"

Taeyong hanya bisa tertawa mendengar ucapan putranya. Omong-omong dia terlalu fokus pada Yunseo hingga hampir melupakan satu sosok yang kini bersandar pada lemari buku di depannya.

"Ah ... Johnny, maaf aku mengabaikanmu."

Johnny tersenyum wajar saat melihat raut temannya yang dipenuhi permohonan maaf. "Santai saja, aku bisa mengerti itu. Kau tidak berbeda dengan Doyoung saat bermain dengan Namju."

Ven Lee | JAEYONG [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang