Part 2

264 6 0
                                    

“Aku merasa sedih karena tidak dapat menyentuhmu. Aku Hanya bisa memandangmu. Kau yang berada tepat di hadapanku dan aku ada di belakangmu. Aku selalu berada dalam bayangmu. Dengan wajah yang muram aku menangis. Aku tidak dapat memintamu untuk kembali. Aku menangis lagi! Aku mencintaimu! Aku mencintaimu lebih dari hari kemarin. Kata yang ada dalam hatiku tidak dapat Ku ungkapkan. Cintaku yang bertepuk sebelah tangan ini, sangat menyakitkan. Dan kau seperti orang bodoh yang tidak pernah mau tahu tentang perasaanku.”

(Park Yoon Bi)

“Apakah kau baik-baik saja? Apakah terjadi sesuatu? Aku sangat merindukan keluh kesahmu yang menjemukan itu. Apa kau baik-baik saja tanpaku? Aku menyesal ratusan kali dalam sehari. Aku hidup tanpa merasakan kehadiranmu di hari-hariku. Rasanya aku tidak dapat hidup dan melupakanmu.

Orang yang dahulu mencintaiku sekarang tidak ada disisiku. Aku belum bisa melupakanmu. Ini sangat menyakitkan dan aku tidak bisa melupakanmu. Wajahmu yang memandangku dan dengan tersenyum kau memelukku. Aku selalu dapat tersenyum karena ada dirimu. Aku selalu merasa bahagia karenamu.”

(Lee Donghae)

“Di sini terasa sangat sakit, terus menerus sakit, obat apa pun tidak dapat menyembuhkan rasa sakit ini. Mengapa begitu? Mengapa kepadaku? kau yang mengatakan bahwa kau tidak dapat hidup dan ingin mati tanpa diriku! Setidaknya berpura-puralah menenangkanku, sedikit saja sebelum kau harus pergi. Di sini terasa sakit. Karena cinta, cinta kita yang berakhir. Hatiku terluka dan air mata ini terus mengalir. Terasa sangat sakit meskipun kau hanya menyentuh sedikit saja. Di sini terasa sakit! Kau jahat, kau dingin, kau bukanlah orang yang biasanya kukenal. Aku mencintaimu! Jika kau mendengar teriakan ini. Meskipun hanya sekali saja, peluklah aku dengan kehangatanmu.”

(Cho Jae Hyun)

“Aku terus menerus merasa takut. Takut karena mencintaimu. Kau akan menjauh jika aku semakin mendekat, aku seperti orang bodoh yang tidak bisa berkata apapun. Hatiku memanas saat memikirkanmu. Karenamu aku merasa sakit, mengeluh, tertawa dan menangis yang tidak berguna. Karenamu aku begini, karena kau yang kucintai. Karena sejak pertama aku hanya tau tentangmu.

Semua karenamu, karenamu yang aku inginkan. Aku mencintaimu! Meski pun sakit, meskipun sulit, karenamu aku baik-baik saja. Aku mencintaimu! Aku terus memandangmu, terus menunggumu, aku bersedih karenamu. Semua karenamu!”

(Cho KyuHyun)

-oOo-

Pyeongchang-Dong, Seoul 11.30 KST

“Aish, Aku bosan!” Suara erangan frustasi itu menggema di ruang tengah. Kim Yoo Ri, melemparkan remot TV dengan perasaan kesal. Sejak tadi tangannya tidak henti-hentinya menekan tombol remot itu dengan niat ingin menghilangkan rasa jenuhnya, tapi bukannya hilang justru rasa jenuh itu semakin bertambah.

“Ck! Kalian sangat keterlaluan. Teganya kalian meninggalkanku sendirian di rumah. Apa kalian tidak menghawatirkan kakak kalian yang cantik ini. Eoh? Awas saja kalau kalian pulang nanti, aku tidak akan mau memasak lagi!” omel Yoo Ri kesal, matanya menatap sebuah foto yang tergantung di dinding ruang tamu yang bercat hijau itu. Foto dirinya dan kedua adiknya –Kim Hyun Eun dan Kim Myung Soo–

“Kenapa juga kalian tidak menelponku, Eoh? Apa kalian sudah lupa kalau kalian masih punya seorang kakak?” Kali ini gadis itu bicara sambil melihat layar ponselnya, yang lagi-lagi di sana terpasang foto dirinya dan kedua adiknya.

“Ck!kalian menyebalkan...” Yoo Ri melemparkan ponselnya kesudut sofa, mangambil bantal di sampingnya kemudian memeluknya dengan erat.

“Eomma... Appa... kenapa kalian harus menitipkan kedua makluk menyebalkan itu padaku, Eoh? Kenapa kalian tidak menitipkan yang lebih manis! Aish Jinjja! Lama-lama aku bisa gila.” Gumam Yoo Ri. Mata beningnya mulai berkaca-kaca mengingat kembali kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(FF) After LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang