part 2

73 5 1
                                    

Sendari tadi, Prince hanya diam saja. Ia kini hanya duduk di kasur sambil memandang kosong ke arah balkon kamar.

Semalam ia tertidur akibat suntikan yang diberikan oleh Dokter Pribadinya.

Sebenarnya ia sekarang demam, namun ia tidak rasakan. Lihatlah keadaannya sangat memperihatinkan.

Dimana, wajahnya memerah akibat menangis, keadaan kamarnya juga tak kalah memperihantkan. Semuanya sangat berantakan.

Sebab tadi pagi Prince mengamuk saat hendak di suapi oleh bundanya. Membutnya langsung mengobrak-abrik isi kamarnya sendiri. Bahkan tidak segan-segan melukai dirinya sendiri.

Tanganya terluka sebab ia melukai tanganya sendiri dengan pecahan kaca.

Darahnya sudah mengering. Tapi tidak boleh di obati, apalagi ada yang nyentuh dirinya.

Jika sudah begini, tidak ada yang bisa menyentuh tubuh Prince kecuali Queen. Dulu memang orangtuanya bisa mengendalikan diri Prince, namun sekarang jangan harap.

Sebab di tubuh Prince ada orang lain yang akan luluh jika Queen yang membujuknya.

Ceklek!

"Nak? Makan yah, Bunda udah buatin sup ayam kesukaan kamu." ujar Bundanya.

Namun tak ada respon apapun dari Prince, membuat Bundanya menghela napas panjang. Lalu menghampiri Prince.

"Prince, makan yah. Satu suap aja, dari kemarin siang kamu gak makan loh, nanti kamu tambah sakit. Dan Queen bakal tambah marah sama kamu," ujar Bundanya sambil menyodorkan sendok berisi makanan.

Prang!

"AKU GAK MAU MAKAN! AKU CUMA MAU QUEEN BALIK DAN ADA DI SINI!" teriak Prince mengegeledar di seluruh penjuru kamar.

"Queen pasti pulang, nak. Tapi kamu harus makan dulu, jangan kaya gini. Ayo nurut sama Bunda," ujarnya.

Namun Prince langsung bangkit dan melempar sebuah alarm yang di nakasnya ke Bundanya. Untung Bundanya langsung menghindar, jika tidak mungkin sudah terluka akibat lemparan tersebut.

"PRINCE!? APA YANG KAU LAKUKAN," teriak Ayahnya yang baru sampai bersama dokter pribadinya.

Prince menatap nyalang ke arah Ayahnya, serta Dokter Pribadinya.

Lalu tertawa, namun tawanya itu disertai dengan air mata yang mengalir membuat suasana kamar ini semakin mencengkram. Apalagi lampu yang di matikan hanya mendapatkan cahaya dari jendela balkon saja.

"Mana Queen, Yah? Kemarin Ayah janji bakal bawa Queen pulang, sekarang mana? Mana?" tanya Prince sambil mendekat ke arah Ayahnya.

Namun Ayahnya memberi kode kepada dokter nya itu, dokter yang paham langsung mengambil suntikan di dalam tas miliknya lalu dengan secepat kilat, ayahnya berhasil menangkap tubuh Prince dan dokter langsung menyuntikan bius itu ke leher Prince.

"Akhh! Lepasin," pekik Prince lalu ambruk.

Segera ayahnya langsung membopong tubuh Prince ke luar kamar ini lalu di tempatkan di tempat khusus, seperti tempat jika Prince sedang sakit Prince akan di tempatkan di tempat ini. Lebih tepatnya adalah ruang perawatan khusus untuk Prince.

Bundanya mengganti baju Prince serta mengelap tubuh Prince dengan air hangat, lalu memakaikan baju hangat untuknya.

Setelah selesai, baru dokter memeriksa dan memasangkan infus di tangan Prince, sebab demamnya sangat tinggi. Dan juga kondisinya yang lemah, sebab dari kemarin siang Prince belum makan sama sekali.

"Biarkan dia seperti ini dulu agar istirahat, sengaja aku menyuntikan bius dengan dosis sedikit tinggi, agar Prince bisa beristirahat lebih lama." ujar Dokter Septian.

"Baiklah, tapi apa itu tidak ada efek sampingnya?" tanya Ayah.

"Jika digunakan dalam jangka pendek tidak ada," balas dokter Septian.

Bunda dan ayahnya hanya menggaguk saja, lalu membiarkan Prince istirahat untuk beberapa jam kedepan.

***
Mata bulat nan tajam itu terbuka untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam bola matanya.

Ia bangkit dan melihat dirinya tengah berada di sebuah ruangan yang ia membencinya.

"Siala*" desis Prince lalu mencabut Nasal dihidungnya serta infus di tangannya. Setelah itu langsung bangkit dari tempat ini.

Prince membuka pintu, saat di depan pintu ia sedikit terkejut sebab ada bodyguard yang sedang berjaga di sini.

"Tuan muda? Kenapa anda keluar? Anda menginginkan sesuatu?"

"Gua mau pergi," ujar Prince.

"Tidak bisa, Tuan Muda. Ayo Kembali ke kamar. Dan istirahat."

"Gak!" ujar Prince.

Prince melangkah kan kakinya, namun tanganyan langsung di cekal oleh bodyguard itu.

"Lepasin! Gua mau pergi!" ujar Prince.

"Tidak bisa Tuan muda, anda harus istirahat. Nanti tambah sakit jika tidak istirahat." ujarnya.

"Gua bilang lepasin! Lo tul*?" tekan Prince dengan menatap tajam ke arah Bodyguard nya.

Para bodyguard yang mendapatkan tatapan seperti itu langsung merinding, namun demi Tuan mudanya mereka tetepa diam.

"Tidak! Ayo masuk ke dalam dan istirahat!"

Namun Prince langsung menendang tubuh Bodyguard itu hingga tersungkur. Dan Melawan yang lain.

Setelah par bodyguard terkapar, segera Prince pergi dari situ menuju pintu utama. Karena ruangan ini berada di lantai dasar, jadi memudahkan Prince untuk keluar dan menuju pintu utama.

"Prince? Mau kemana kamu?" teriak Ayahnya.

Prince tidak menghiraukan nya dirinya tetap berjalan menuju pintu.

"Mau kemana kamu? Kenapa keluar dari kamar? Bukanya kamu sedang sakit?" tanya Ayahnya sambil mengangkat tubuh Prince seperti karung beras.

"Lepasin! Gua mau pergi,"

"Jangan harap!" ujarnya.

"SEPTIAN? CEPAT KEMARI!" teriak Ayah mengegeledar.

Septian yang memang masih di situ langsung menghampiri Prince dan seakan paham dengan kenakalan Prince langsung mengikuti langkah lebar Ayahnya Prince.

Namun kesabaran Prince habis, saat ini juga. Prince mengamuk dan melukai dirinya sendiri.

"JANGAN MENDEKAT! JIKA KALIAN BERANI MENDEKAT, MAKA JANGAN SALAHKAN JIKA PECAHAN KACA INI MEMUTUSKAN NADI DI TANGAN KU!" teriak Prince.

Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak, dengan vote, follow, comen, dan juga masukkan ke dalam perpustakaan pribadi kalian.

Follow juga ig author @febik1


Over-ProsesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang