Part 3

86 4 0
                                    

"JANGAN MENDEKAT! JIKA KALIAN BERANI MENDEKAT, MAKA JANGAN SALAHKAN JIKA PECAHAN KACA INI MEMUTUSKAN NADI DI TANGAN KU!" teriak Prince.

"Ok, kita tidak akan mendekat. Tapi buabg pecahan kaca itu, Bunda mohon. Sini kasih ke bunda!" titah Marwah kepada anaknya.

Prince tidak memberikan benda tajam itu, ia menatap nyalang ke arah dokter Septian yang tengah menatapnya khawatir.

"Pergi dari sini! Gua gak butuh lo!" tunjuk Prince kepada Dokter Septian.

Ayah memandang Dokte Septian dan memberi kode kepada nya. Seakan paham, dokter itu pergi dari kamar Prince. Dan menutup pintu itu rapat.

"Dokter sudah pergi, sini nak. Kasih kaca itu ke Ayah. Sini!" pinta Rangga kepada Prince sambil mendekat.

"Bawa Queen pulang, baru aku kasih!" tekan Prince.

Jadi gini, kalau Prince sedang berbicara dengan ayah dan bundanya itu bilanya aku, bukan Lo gua, tapi jika dengan Queen dan orang lain maka Prince akan menggunakan bahasa Lo gua,

"Nak, dengerin ayah, Queen sedang ada acara di Bali. Jadi dia belum bisa pulang, sekarang kamu nurut dulu yah sama  Ayah dan bunda. Siniin kacanya,"

"Prince gak gak mau tau! Pokonya Ayah harus bawa Queen ke sini. Kalau enggak,"

Srek.

"PRICE?!" teriak Ayah dan bundanya secara bersamaan.

Ayahnya langsung menubruk tubuh Prince dan membuang pecahan kaca yang kini sudah melukai pergelangan tangan Prince.

Darah segar mengalir membasahi lantai, dengan segera Ayahnya membawa Prince ke Rumah Sakit, sebab Prince sudah tidak sadarkan diri sebab ulahnya sendiri.

"SEPTIAN? CEPAT KITA KE RUMAH SAKIT!" teriak Raja kepada sahabat nya itu.

Septian berlari terponggoh-ponggoh dengan wajah panik, "Apa yang terjadi?"

"Cepat kita ke Rumah Sakit, biar aku jelaskan nanti!" ujar Rangga.

Raja, Marwah, serta dokter Septian berlarian menuju mobil sambil membawa Prince yang sudah pucat di gendongan Rangga.

Para maid dan pengawal yang melihat itu hanya berdoa agar Tuan Muda mereka tidak kenapa-napa.

***
"Raja? Sebaiknya kamu harus menghubungi Queen agar bisa mengendalikan diri Prince. Kalau kaya gini terus aku khawatir sebab Prince suka main nekat kaya sekarang ini," ujar Septian kepada Raja.

"Aku sudah pikirkan itu," ujar Raja lalu mengambil ponselnya dan keluar dari ruang rawat anaknya lalu menelfon Queen.

***
Prince membuka matanya perlahan, cahaya lampu membuat nya merasa silau.

"Hey? Udah bangun, Hem?"

Prince langsung membuka matanya kembali dan melihat ke arah samping dimana ada seorang yang kini sedang duduk sambil menggenggam tangan nya.

"Q--Queen?!"

Tatapan tajam Prince langsung hilang berganti dengan tatapan lembut namun tegas, itu sudah biasa terjadi.

"Gimana keadaan nya? Masih pusing?"

Prince terdiam, ia langsung bangkit dan memeluk tubuh Queen sambil terisak.

"Maaf, gua benar-benar minta maaf. Jangan tinggalin gua lagi, gua gak mau sendirian dan jangan diemin gua, gua gak suka!" pinta Prince.

"Lain kali gak boleh kaya gitu, kali. Aku juga gak suka kamu terluka kaya kemarin dan sekarang. Kamu tau kan kamu itu punya hemofilia itu bahaya, kenapa malah nekat kaya gini?" kesal Queen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Over-ProsesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang