5 : "Pertemuan."

188 19 36
                                    

Menatap layar datar yang berisikan pesan dari kedua temannya, bahkan mengabaikan panggilannya juga. Tatapannya beralih pada awan bergumpal di atas sana, mengingat apa yang sudah ia lupakan tentang Bagas.

"Hey," sapa Desta yang baru saja keluar dari kamarnya. "Ada masalah? Itu ada telepon," tunjuknya pada ponsel Joan.

Joan tersenyum dan kembali melihat ponselnya yang sebentar lagi akan diserahkan kepada penjaga asrama.

"Di sini gak terlalu ketat, kalau emang ada masalah bisa dibilang baik-baik sama Bu Yeni, atau mau aku bantu bilang?"

"Gak terlalu penting kok, nanti pulang pas hari jumat atau sabtu aja."

Mereka memperhatikan beberapa siswa yang sedang menjalani hukuman di halaman utama asrama karena ketahuan melanggar aturan. Sesekali Desta memperlihatkan senyumnya membuat Joan kebingungan.

"Kenapa?" tanya Joan.

"Dia," tunjuk Desta pada gadis berambut lurus sebahu di bawah sana. "Dia langganan senior semenjak gak ada Nadhif.

Joan langsung menoleh, bukan karena gadis itu melainkan karena nama Nadhif yang disebutkan oleh Desta.

"Nadhif itu punya kembaran?" tanya Joan tiba-tiba.

Desta tidak langsung menjawab, karena ia tidak mengetahui seluk beluk teman kelasnya, apalagi latar belakang keluarga mereka.

"Emangnya kenapa? Kamu lihat ada yang mirip sama dia? Makanya waktu lihat Nadhif kamu kaget?" tanya Desta yang langsung dibalas anggukan oleh Joan.

"Mungkin aja, ya. Kalau sama si  Yera, mereka gak saudara kandung. Ada yang bilang mereka hanya abang adek gitu, tapi ada yang bilang kalau mereka memang ada hubungan keluarga."

Tidak mungkin adik yang dimaksud Bagas adalah Yera yang mereka lihat sekarang. Joan ingat jika laki-laki itu memiliki adik perempuan dan itu masih kecil, tapi ia lupa jika Bagas memiliki saudara kembar.

🐣HIRAETH🐣

Senyum yang tidak bisa tertutupi, padahal laki-laki yang berada di atas motor kesayangannya menolak permintaan Joan dengan alasan, "Gak bisa, Jo, nanti gue diamuk sama ayah lo. Mending lo minta jemput sama si ayah aja."

Jeffrian tengah sibuk merapikan rambutnya dari balik kaca spion, padahal nanti akan rusak lagi karena helm  yang dia gunakan.

"Hehe, datang juga, 'kan," ledek Joan saat berada di samping motor Jeffrian.

"Nyengir lo! Ini kalau ketahuan keluarga kita, gue yang mati," tukasnya.

"Kalau gak mau mati, ngapain tetap ke sini?"

"Karena lo yang minta."

"Kan ditolak semalam."

Laki-laki itu malah berdecak sambil menyerahkan helm kepada Joan. "Cepetan. Anggap aja gue lagi mode kasihan, karena lo yang selalu terkurung di mana pun berada."

Gadis yang ada di depannya malah menyeringai sengaja mengejek Jeffrian yang tengah merapikan letak helm di kepala Joan.

"Masang ini aja gak bener!"

"Hehe."

Jalanan dipadati dengan pasangan-pasangan yang tengah menghabiskan waktu bersama di hari libur. Berbeda dengan Joan, ia akan menemui temannya yang ada di sekolah asalnya, tapi bukan Hana atau pun Jian.

HIRAETH (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang