PROLOG

95 6 3
                                    

"Meski ku teriakan pada dunia bahwa yang ku mau hanya kamu, tapi jika takdir memaksaku melepasmu, aku tidak bisa melawannya."

***

SAM memeluk erat Laura, gadis yang telah bersamanya selama tiga tahun terakhir ini. Air mata membasahi pipi lelaki itu, begitupun dengan Laura.

"Kamu harus bisa bahagia setelah ini, Sam," lirih Laura dengan suara parau.

Sam tidak menjawab, ia semakin erat memeluk gadis yang ia cintai itu seolah ia tidak akan melepaskannya.

"Kamu harus tau satu hal, nama kamu akan selalu aku simpan di hati aku, Sam. Kamu orang baik, kamu tulus. Aku gak akan buang kamu gitu aja, karena itu aku bakal simpen semua kenangan kita di satu tempat, di hati aku," ucap Laura lagi.

"Ra, aku bisa lunasin semua hutang papa kamu. Lalu, kita bisa nikah. Aku gak minta uang ke orang tuaku, aku punya uang hasil bisnis Coffe Shop yang udah aku bangun selama setahun ini. Tolong pikirin lagi keputusan kamu, Ra!" lirih Sam sembari terus terisak.

"Enggak Sam! Kamu udah terlalu banyak aku repotin, aku udah nggak mau jadi beban kamu. Kamu ganteng, kamu pinter, kamu juga pekerja keras, kamu punya masa depan cerah entah itu di pekerjaan ataupun pendidikan. Aku gak kuliah Sam, aku cuma jadi karyawan minimarket yang gajinya gak sepadan sama kamu. Kamu berhak dapetin perempuan yang setara sama kamu."

"Persetan soal itu! Aku cinta sama kamu. Aku mau ngelakuin apapun untuk bikin kamu bahagia sama aku, aku gak pernah ngerasa kamu beban aku. Kamu cantik, kamu pinter dan kamupun pekerja keras! Kita sama, Ra!"

Laura menggeleng. "Sam, aku mohon! Aku nggak mau jadi omongan orang karna pacaran sama kamu. Samuel Rasendriya, pemilik Coffe Shop terkenal di Jakarta, mahasiswa terbaik di universitas terbaik di Jakarta juga, masa harus pacaran sama perempuan yang bahkan gak lanjut kuliah kayak aku?"

Sam melepas pelukannya. "Berenti ngomongin hal-hal bodoh Ra! Kamu layak! Kamu layak aku cintai, bahkan aku beruntung punya perempuan kayak kamu. Kamu pekerja keras, kamu juga lulus sekolah dengan nilai tertinggi, kamu gak pernah minta apa-apa sama aku justru kamu kerja untuk beli apa yang kamu mau. Kamu mandiri! Aku harus cari kemana lagi perempuan kayak kamu Ra? Kamu yang memotivasi aku buat terus berusaha sampe aku ada di titik ini!"

"Sam.. Aku lebih baik nikah sama laki-laki yang enggak aku cintai demi lunasi semua hutang papa, dibanding terus jadi beban kamu. Hutang papaku bukan uang yang sedikit Sam, orang tua kamu pun gak setuju sama hubungan kita. Aku yakin, mereka udah siapin perempuan luar biasa yang pantes buat jadi pendamping kamu!"

Sam mengacak rambutnya frustasi. Tangisnya pecah. Ia sadar hubungannya dengan Laura tidak mendapat restu dari kedua orang tuanya, hubungan keluarga Laura dan Sam pun sangat buruk.

Namun, Sam berani bersumpah ia mencintai Laura. Sangat mencintai gadis itu! Ia ingin berjuang untuk hubungannya dengan Laura. Ia ingin meyakinkan kedua keluarga itu bahwa cintanya untuk Laura sangat tulus begitupun dengan Laura.

"Ikhlas ya Sam. Kita masih bisa berteman baik kayak dulu. Aku janji akan bahagia, kamupun harus janji kalau kamu bakal bahagia. Ini memang akhir yang baik untuk kita, bagaimanapun kita berjuang, takdir kita memang saling mengucap kata pamit."

Sam menatap nanar ke mata gadis yang ia cintai itu. Mata indah itu akan lebih sering menatap pria lain, wajah cantik itu akan menjadi milik pria lain. Hal manis dengan Laura akan menjadi kenangan yang tidak mungkin terulang lagi untuk Sam, bahkan akan sulit untuk menyapa Laura yang pada akhirnya akan menjadi milik pria lain yang beruntung.

CAHAYA SENJA 2 [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang