"Sederhana memang. Tapi setiap kalimat yang keluar dari mulut kamu, mampu bikin aku sadar kalau hidupku sudah seindah itu sekarang."
***
YUMNA terdiam sembari terus memperhatikan jalan di depannya. Sesekali pandangannya terarah pada Senja yang sedang mengendarai mobil lelaki itu, ekspresinya datar. Tetapi, di balik ekspresi datarnya, Senja memiliki wajah yang tampan. Postur tubuh yang bagus. Yumna merasa bahwa Cahaya sangat beruntung memiliki pria yang duduk di sebelahnya itu.
"Kak?" tanya Yumna membuka obrolan.
"Kenapa?" balas Senja datar.
"Lo pacaran sama Cahaya udah berapa lama?"
"Tiga tahun."
"Lama juga ya berarti. Lo gak ngerasa bosen di hubungan yang udah lama gitu?"
Senja menoleh sekilas ke arah Yumna dengan ekspresi tak suka. "Enggak. Gak ada hal yang membosankan dari Cahaya, menurut gue."
Yumna manggut-manggut. "Oh iya, Kak Abi suka sama Cahaya ya?"
Senja mendengus. "Lo bisa gak, gak usah banyak ngomong?"
Yumna mencelos. "S-Sorry kak."
Senja tidak menjawab, ia masih fokus mengendarai mobilnya agar cepat sampai di rumah gadis itu.
Jujur, Senja merasa ada yang salah pada perempuan di sebelahnya ini. Jika bukan karena permintaan Cahaya, Senja bersumpah tidak akan pernah mau berurusan lagi dengannya.
***
Senja menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumah Yumna. Yumna membuka seatbelt nya kemudian menoleh pada Senja sebelum turun.
"Mau mampir dulu kak?" tanyanya.
"Turun sekarang," perintah Senja.
Yumna menghela nafas pelan kemudian turun dari mobil lelaki itu.
Ia melambaikan tangannya pada Senja yang segera melajukan mobilnya menjauh dari rumah Yumna.
Yumna tersenyum kecil. "Lo ganteng banget, Kak," ujarnya.
***
Pagi ini Senja sudah duduk di kursi makan rumah Cahaya, ikut sarapan bersama Astrid, Irfan dan Cahaya sendiri. Sudah menjadi kebiasaan kalau Senja harus sarapan bersama ketika akan menjemput Cahaya.
"Gimana Ja kuliahmu, lancar?" tanya Irfan di sela kegiatan makannya.
"Alhamdulillah lancar Om. Cuma ya gitu, banyak tugasnya," jawab Senja sembari terkekeh.
"Ya kamu ambil hukum, jurusan tersibuk! Gak apa-apa, kan nanti saya enak punya menantu pengacara, biar bisa pamer," balas Irfan.
Senja terkekeh. "Saya yang capek dan pusing, Om yang enak bisa pamer ya."
Irfan tertawa disusul oleh Cahaya, Senja dan juga Astrid.
Senja memang sesekali sering bergurau bersama ayah gadisnya itu untuk mengisi kekosongan yang ada.
Astrid begitu menyayangi Senja bagaikan ia sedang menyayangi putra sulungnya, Senja yang kehilangan sosok ibu di hidupnya pun merasa bahagia karena ada Astrid yang kini berperan sebagai ibu baginya.
Irfan pun menyayangi Senja. Hubungannya dengan Aryo membaik, bahkan keduanya secara gamblang merestui hubungan kedua anak mereka, dan akan menikahkan mereka jika sudah sama-sama lulus kuliah. Bagi Irfan, Senja lah yang ia percaya untuk menjaga kepercayaannya, lelaki itu amat mencintai Cahaya dan Senja tidak mungkin mengecewakan putri kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA SENJA 2 [HIATUS]
Novela JuvenilTidak banyak yang perlu dijabarkan, tentu kamu sudah kenal siapa mereka yang akan segera diceritakan. Cover Background by : Pinterest Cover Font & Shape Editing by : Me ⛔Multimedia di cerita ini didapat dari Pinterest🌷 ⛔Bijaklah dalam membaca, jika...