3 - 1= 2 [Awal aku dan dia]

23 1 0
                                    

Oke, mulai dari mana saya harus menceritakan kisah menarik ini pada kalian?

Boleh saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu?

Baik perkenalkan saya Azera Zevana, orang-orang memanggil saya Zera.

Sudah saya hanya ingin kalian tau siapa pemilik hari terindah yang akan saya ceritakan pada kalian ini. Masuk pada bagian orientasi.

.
.
.
.
.

Minggu, 6 Juli 2004

Minggu itu, adalah hari terindah yang pernah ku rasakan. Hari dimana aku di perkenankan untuk merasakan indahnya jatuh cinta lagi setelah sekian lama.

Terkadang dia terasa asing, tetapi terkadang dia bisa lebih hangat dari pancaran sinar mentari. Gemerlap maniknya menyilaukan, di balik lensa cembung yang membantunya melihat dengan baik tanpa rabun.

Dia Adnrianus Trianji, laki-laki sederhana dengan segala pesona.

Tutur kata dan caranya berbicara begitu indah. Suara merdu dengan intonasi jelas selalu nyaman di telinga, berat tetapi segar ketika pagi hari.

Bagian dari pada hal yang selalu membuat ku jatuh untuk berkali kali adalah ketika matanya yang menyipit, kedua sudut bibirnya melengkung ke atas dan menimbulkan dua buah lubang indah di kedua pipi meronanya.

Iya Dia begitu sempurna jika sedang tersenyum. Sangat-sangat indah.

Persisnya, ketika rasa yang selalu aku rasakan itu— ku tampik, menonjol keluar selaras dengan deburan nafas hangatnya yang menyapu tipis permukaan kulit wajah ku, Harum.

Bahkan hembusan nafasnya membuat ku candu. Mungkin saja aku akan gila jika terus-tetus berada di sisinya.

Aku suka sekali satu momen di mana aku dan dia berada dalam angkutan umum bersama. Sepulang bekerja karna ayah yang berhalangan untuk menjemput.

Aku merasa sedikit takut dan kemudian ku ingat bahwa dia juga terbiasa pulang dengan angkutan umum. Aku menghubunginya, menanyakan keberadaan dia sekarang melalui chat.

Kak, dimana? Awal SMS ku .

Kemudian dia membalas cepat.
Saya di depan zera, nunggu angkot

Tunggu, aku mau bareng aku juga  naik angkot bentar ya aku jalan ke depan

Iya sini zera saya tunggu kamu

Dan kemudian kami menaiki angkot bersama, Dia bercerita padaku mengenai banyak hal. tentang hari ini yang bahagia untuknya karna mendapat jadwal yang Ringan, sementara hari minggu itu adalah hari yang melelahkan untuk ku dan akan jadi yang terburuk ketika tidak bertemu dengannya.

Dia menatap mata ku, menceritakan harinya dengan nyaman. Kemudian memancing ku untuk melakukan hal yang sama, selama perjalanan di isi dengan cerita hangat kami.

Aku dan dia duduk pada kursi yang sama, berdampingan. Harum parfum yang bercampur keringatnya sama sekali tak membuat terganggu, justru terasa lembut.

Pada hari itu, aku berharap pada Tuhan untuk memperlambat waktunya. Agar aku bisa menikmati suasana ini lebih lama. Cinta ku ternyata sebesar itu, dan kemungkinan hari itu bertambah semakin besar.

Aku merasa sedikit mual sebab tak terbiasa menaiki angkutan umum yang sedikit ugal-ugalan. Dia terlihat khawatir padaku, menepuk punggung ku pelan dan memegangi kantong hitam yang ia punya untuk menampung isi perut ku—ketika aku akan memuntahkannya.

Tolong cari alasan atau celah yang bisa menyakinkan ku— bahwa pria sempurna ini tak pantas mendapat cinta terbaik.

Kemungkinan Tuhan kewalahan mendengar permohonan ku untuk nya yang begitu banyak. Tolong kabulkan semua Tuhan, jika tak bisa bersamaan tolong kabulkan permohonan ku bertahap.

"Seharusnya tadi kamu naik ojol aja zera, jangan paksain sesuatu kalau kamu gak mampu. Sekarang tidur di bahu saya, perjalanan masih cukup jauh, kamu masih punya waktu untuk istirahat" Katanya di iringi dengan matanya yang menyipit. Sial masker itu menutupi senyumnya, seharusnya aku bisa melihat itu.

Dia merapatkan dirinya pada ku, menarik kepalaku untuk bersandar pada pundak tegapnya, nyaman.

Aku tak bisa benar-benar tertidur, hanya menutup mata untuk menghargai ke-khawatirannya. Karna sumpah, aku takut sekali detak jantungku sampai terdengar.

Aku merasakan dia merapihkan anak rambut ku yang menutupi wajahku, di selipkannya dengan hati-hati pada telingaku. Rasa curiga ku muncul, apa dia juga suka pada ku? Apakah perasaan ini tak sepihak? Terbalaskan? Aku bisa gila.

Aku merasa dia menatap wajahku lama sekali, mengambil tangan kanan ku untuk berada di pangkuannya. Aku terkejut ketika dia menggenggamnya.

Kemudian sayup aku mendengar suara parau nan lirih dari balik masker itu terlontar, membuat hati ku mencelos.

"Cantik, ra katakan bagaimana saya harus memulai semua ini bersama kamu. Katakan pada saya bahwa kamu juga merasakan ini, tolong. Saya akan gila jika harus cinta sendiri seperti ini raa" Dia mengangkat tangan kananku kemudian di kecup lembut.

Tuhan, aku juga mencintainya. Sangat amat mencintainya.

Tetapi suara itu seakan teredam dengan suaranya yang membangunkan ku, dia sudah sampai pada tujuannya.

"Zeraa, saya sudah dekat. Ayo bangun" 

Aku pun terbangun, dia membantu untuk merapihkan rambut ku. Membersihkan genangan yang berada di kedua ujung mata ku dengan gerakan yang penuh perasaan. Ahh Tuhan aku sangat mencintai laki-laki ini.

Dia tersenyum lagi, berkata pada supir untuk berhenti di depan. Sebelum turun dia mengusap kepala ku dan berpesan agar aku berhati-hati.

Aku melambaikan tangan begitu dia turun dan mobil pun kembali berjalan, senyum ku benar-benar merekah sempurna. Tak akan pernah bosan untuk terus memikirkan hari ini di hari-hari berikutnya.

Aku hanyut bersama kebagianku, sampai tak sadar bahwa dentuman keras menghantam angkut yang ku tumpangi. Tubuhku terbentur, terlempar entah kemana. Teriakan menyakitkan memenuhi seluruh pendengaran ku yang berdenging. Sakit, semua bagian tubuhku remuk, mata ku mulai terasa rabun, meredup dan gelap.

Suara orang ramai samar masih bisa ku dengar. Tuhan, jika ini adalah akhir hidupku, terimakasih karna membuat akhir yang bahagia untuk ku dengan hadirnya dia di detik-detik terakhir aku bernafas.

Jika aku tidak bisa menjadi yang paling mencintai lelakiku, maka temukan dia dengan seorang yang bisa mencintainya lebih dari pada aku mencintainya saat ini.

Nafas ku perlahan terasa semakin sesak, telingaku tak lagi bisa mendengar apapun. Gelap dan dingin, maaf kak, aku meninggalkan mu dengan keadaan seperti ini, Semoga kau bahagia. aku mencintaimu Andrianus triaji, laki-laki sempurna dengan segala kesederhanaan nya. Sampai jumpa, sampai bertemu di surga. Aku pamit.

Dan semua usaii...










[AWAL AKU DAN DIA FIN]

HAIII aku kembali dengan one shot dear dairy ini. Kayaknya aku bakal lebih sering bikin one shot dari pada buku yang panjang karna ringan menurutku.

Semua kabar kalian baik?

Sampai ketemu di bagian 2 baiii🙌🏻

Andrianus Triaji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang