Radit sebenernya sudah menyadari perasaan yang gadis itu tunjukkan di matanya, itu dimulai saat dia tidak sengaja melihat gadis itu terus-menerus saat bersekolah mulai dari SD, SMP, SMA hingga sekarang, saat masih kecil dia tak terlalu memperhatikan detail ini tapi saat beranjak dewasa Radit menjadi lebih perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Dia awalnya takut bahwa gadis itu adalah penguntit, tapi gadis itu tidak pernah mengganggunya bahkan saat berbicara dengannya dia sangat lembut dan saat-saat tidak ada keperluan dia berusaha sebaik mungkin tidak mengganggu dirinya. Tapi jika ada kesempatan yang diberikan Tuhan, maka dia akan sesekali mencuri pandang pada Radit.
Pada suatu hari Radit tiba-tiba mendatangi gadis itu, dia ingin bertanya terus terang, tapi saat melihat gadis itu menundukkan kepalanya dan tidak melihat kearahnya saat berbicara malah menatap sepatu di bawah, tubuhnya yang tinggi melihat ke tubuh pendek gadis itu, meskipun dia sudah berusaha menutup-tutupi tapi rona merah yang berada di telinganya mengkhianati persembunyian gadis itu.
Radit tiba-tiba merasa gadis itu lucu, lalu kemudian tidak jadi bertanya. Setelah berbicara sebentar, lalu Radit pergi. Tapi sebelumnya–
Gadis itu tiba-tiba berkata, "Maafkan aku karena tidak sopan!"
Gadis itu sadar dan merasa bahwa sikapnya tadi yang tidak menatap lawan saat berbicara adalah sikap yang tidak sopan, apalagi pemuda itu adalah orang yang dia kagumi. Dan hal terakhir yang tidak dia inginkan ialah membuat Radit tidak nyaman dengannya.
Radit tidak masalah sama sekali bahkan dia tidak memperhatikan hal kecil seperti itu. Dia tersenyum, "Tidak apa-apa. Kamu sangat sopan."
Sang gadis memerah tanpa disadarinya, dalam hati berteriak, !!!!!Dia Memujiku!!!!!
"Namaku Rani!" Gadis itu sudah menahannya dari tadi, dia hanya ingin mengucapkan nama bahkan jika cukup seperti itu, dia ingin pemuda ini tahu namanya.
Radit menaikkan alisnya, "Salam kenal, kamu mungkin sudah tahu namaku, aku akan pergi terlebih dahulu sampai jumpa."
Rani menganggukkan kepalanya. Lalu dia bingung dengan kata-kata Radit ....sudah tahu namanya?
Radit berjalan melewati koridor untuk pergi ke kelasnya. Dia mengingat hal yang baru saja dia niatkan tetapi tidak jadi. Karena si gadis sudah berusaha untuk menutupinya, lebih baik tidak mengeksposnya dan membuatnya menjadi lebih malu lagi. Mungkin tidak hanya telinganya yang memerah nanti, seluruh wajahnya nanti akan menjadi merah seperti tomat, Radit terkekeh memikirkan.
Sejak saat itu, tanpa gadis itu sadari orang yang dia kagumi menjadi selalu memperhatikannya.
Tanpa terasa waktu berjalan seperti pasir yang turun tanpa henti.
Radit pikir setelah mereka lulus SMA mereka tidak akan bertemu lagi, dia pikir gadis itu mungkin saja sudah kehilangan minat kepadanya. Karena dirinya memperhatikan saat gadis itu menjadi sibuk dan tidak memikirkan hal-hal lain, mungkin termasuk dia, cinta rahasia nya.
Meskipun merasakan sedikit kehilangan, Radit merasa hal itu wajar untuk seseorang kehilangan minat, jadi dia tak terlalu mempermasalahkan hal ini. Segera mereka lulus dan dia pergi kuliah di Negara B.
Orang tuanya mengantar dia pergi saat ke bandara dan mengucapkan selamat tinggal. Radit tersenyum dan balas memeluk kedua orangtuanya, setelah itu Radit berangkat.
Perjalanan di pesawat membutuhkan waktu kira-kira beberapa jam. Jadi dia akan tidur sebentar. Sementara di kabin pesawat lain, seseorang yang Radit pikir akan kehilangan minat pada cinta rahasianya sedang duduk di pesawat dengan gugup karena Rani juga akan kuliah di Negara B.
Rani tidak tahu bahwa sang pemuda naik pesawat yang sama dengannya. Dia hanya tahu bahwa pemuda itu akan pergi kuliah ke Negara B, karena itu sang gadis menjadi semakin sibuk belajar dan tak memperhatikan hal lain yang menjadi kesalahpahaman Radit.
Dia tak pernah naik pesawat sebelumnya, paling-paling saat bepergian paling jauh adalah ke rumah saudaranya yang masih berada di provinsi yang sama. Ayahnya mendukung semua keputusannya, tapi dia juga memberikan beberapa pengajaran agar Rani menjadi lebih siap saat bepergian. Saat tahu bahwa anak gadisnya yang tak pernah kemana-mana ingin pergi kuliah ke negara yang jauh dari kampung halaman sang ayah setelah beberapa pertimbangan akhirnya setuju.
Bahkan meskipun dia tidak ingin, ayah tahu bahwa dia tidak bisa selamanya menahan sang putri tunggal. Dia perlu bebas menentukan pilihannya dan tanggung jawabnya sebagai ayah adalah mendukung dan memberi tahu akibat keputusannya. Tapi karena Rani sangat yakin, beliau pun tak ada pilihan selain menyetujui.
Beberapa jam setelah sampai di bandara, Radit langsung menaiki taksi bandara karena dia ingin cepat-cepat istirahat. Tidur di pesawat tidak senyaman tidur di kasur.
Sementara itu Rani sedang menunggu seseorang yang akan menjemputnya.
"Rani!"
Gadis itu sedikit terkejut dengan teriakan bersemangat dari seorang wanita yang berjalan cepat menghampirinya. Rani dengan sopan menyapa, "Nona Serin, salam kenal saya Rani."
Wanita yang dipanggil Nona Serin tersenyum membalas, "Tidak perlu sopan, panggil aku kakak saja. Oh! Apakah ini barang bawaanmu, biar aku membantu."
Sebelum Rani menjawab, Serin telah mengambil tas dan kopernya terlebih dahulu. Rani dengan panik mengejar wanita yang berjalan sangat cepat.
"Nona Serin, aku bisa membawanya sendiri," Rani berkata sambil menyamai langkah panjang wanita itu yang membuat nafasnya menjadi ngos-ngosan.
"Sudah kubilang panggil aku Kak Serin, aku tahu kamu anak yang baik tidak ingin menyusahkan orang lain. Tapi jangan sungkan aku sangat ingin disusahkan oleh anak manis dan cantik sepertimu," Serin tiba-tiba menghela nafas, "berbeda sekali dengan ayahmu, dia bahkan tidak sungkan sekali menyuruhku untuk menjagamu. Kamu tahu? Ayahmu menyuruhku seperti bawahannya benar-benar berbeda dengan dirimu, jangan dituruti sifat ayahmu, ya sayang." Serin dengan serius menatapnya setelah memasukkan semua barang bawaan Rani ke dalam bagasi mobil.
"Oke...." Dia bingung harus membalas apa setelah mendapat tatapan serius itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
2R [END]
Teen FictionSuatu hari Radit menemukan seseorang yang mencintai nya dengan sangat tulus. Gadis itu mencintainya dengan tulus, tapi juga khawatir bahwa perasaannya akan membebani Radit. Jadi sang gadis tidak pernah ingin menunjukkan cintanya. Karena menurutnya...