3. (2R)

5 2 0
                                    

Radit membawa Rani ke restoran, untuk makan sebelum membawa sang gadis pergi berjalan-jalan. "Ini adalah restoran yang sekarang sering ku datangi, karena nyaman ada ruang pribadi biar tidak ada yang menganggu kita, sebelum berangkat kesini aku juga sudah memesan reservasi terlebih dahulu," ucap pemuda itu menarik tangan Rani ke dalam restoran.

Dan gadis itu?

Dia hanya mengangguk sepanjang Radit berbicara, tidak menjawab sepatah katapun. Tapi bisa dilihat di matanya yang selalu memandang Radit dengan lembut mendengarkannya berbicara. Dia menanggapi dengan suara halus, "Apakah kamu berencana makan sendiri pada awalnya, apakah aku mengganggumu?" Radit mendengarkan nada suara Rani yang melambat di akhir dan balas menatap ke sorot matanya yang cemas.

Sang pemuda tersenyum suaranya mantap dan jelas saat dia mengucapkan, "Tidak, dari awal aku ingin mengajakmu."

Rani dalam hati, bisa apa aku kecuali meleyot ヘ(。□°)ヘ

"Apa yang ingin kamu pesan? Jika kamu mau rekomendasi dariku, maka yang ini sangat enak, ini juga tapi rasanya agak pedas jika kamu tidak suka maka kamu bisa memilih yang ini." Duduk di samping Rani, sambil menunjuk ke menu yang ada dibuku.

Setelah menetralkan perasaannya yang dibuat menggebu-gebu oleh sang pemuda, Rani mengangguk dan menjawab sebagai tanggapan, "Aku tidak masalah dengan rasa apapun, aku menyukai semuanya."

Radit yang selalu memasang wajah tersenyum untuk sang gadis, "Baiklah, jika kamu suka semuanya, kita akan memesan semuanya. Untuk kita."

"...."

Dia mengucapkan hal itu sambil memandang Rani, sementara Rani masih agak terperangah dengan kata 'kita' Radit, pria ini seperti sebuah alat pacu jantung, dia selalu saja berhasil membuat jantungnya berdetak sangat keras. Rani diam-diam mengambil nafas dan menghembuskannya, dia perlu menenangkan diri.

Sementara itu orang yang membuat sang gadis seperti gugup, hanya menatap dengan lembut semua detail kecil yang dilakukan sang gadis sejak tadi. Tidak mengucapkan sepatah katapun.

Mereka berdua diam menunggu pesanan makanan datang. Sang pemuda yang hanya diam memandang lawan jenisnya sementara itu sang gadis menundukkan kepalanya, telinganya terlihat jelas memerah dari sudut pandang sang pemuda.

Kedua orang itu tanpa sadar berlama-lama dalam posisi yang sama, Rani yang gugup ingin memulai pembicaraan, berbeda dengan Radit yang sangat puas memandangi Rani tanpa jeda dari tadi.

Suasana hati mereka yang berbeda entah kenapa menciptakan rasa harmonis saat melihat kedua orang itu, seperti sepasang kekasih. Sang pria yang menatap lembut kekasihnya dan sang wanita yang memerah malu karena ditatap. Semuanya benar kecuali dengan kata 'kekasih'.

Waktu terasa cepat bagi mereka berdua yang terhanyut sampai tidak sadar bahwa makanan pesanan mereka sudah datang. Rania adalah yang pertama sadar, dia lalu mengucapkan terimakasih kepada sang pelayan.

Pelayan, "?" Dia bingung kenapa gadis ini berterima kasih, tapi karena ini adalah niat baik dari pelanggan, sang pelayan tersenyum membalas. Suasana hatinya menjadi lebih baik karena rasa terimakasih.

Sementara itu perasaan pemuda itu menjadi terusik meskipun tidak menunjukkannya dipermukaan bahwa suasana hatinya sedang buruk. Rani, "Ini milikmu,"

Radit tersenyum, "Terimakasih."

"Ya."

Lalu sang gadis memulai makannya dengan cepat. Dia sangat lapar, jatuh cinta benar-benar menguras energinya. Radit juga memulai makan.

Setelah beberapa saat mereka menyelesaikan makan. Mereka berdua pergi meninggalkan restoran, "Kita ingin kemana setelah ini?" tanya Rani.

"Aku akan mengajakmu jalan-jalan sebentar."

Mereka berkendara sambil melihat-lihat kota-kota yang terlihat gemerlap karena sudah malam. Terkadang mereka berhenti untuk membeli camilan dan juga duduk dipinggir jalan sambil melihat keramaian. Bagi Rani mungkin ini adalah momen paling bahagia dalam hidupnya setelah ayah dan ibunya yang mengajak pergi pertama kali ke taman bermain.

Dan setelahnya, Radit lah yang mengantarkannya pulang. "Apakah kamu merasa senang?"

Rani tersenyum senang, gadis itu menganggukkan kepalanya. Radit juga tersenyum dia belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya saat menghabiskan waktu dengan teman-temannya.

Radit, "Aku juga."

Gadis itu terdiam, dia merasa lebih senang mendengar jawaban sang pemuda. Tapi dirinya bingung bagaimana cara menjawabnya. Pikirannya terhenti, tiba-tiba saja Radit memanggilnya dengan suara rendah, "Rani."

Rani "?"

"Kupikir aku menyukaimu."

.1

..2

...3

Rani tiba-tiba tersadar akan ucapan Radit. Wajahnya menjadi merah dengan cepat. Suka?! Apa maksudnya!!! Suka apaaaa?!

Tubuh Rani bergetar, dia menjadi salah tingkah. Dia sangat takut tiba-tiba saja orang yang selama ini menjadi cinta rahasianya, menyukainya.

Sang pemuda yang dari tadi memperhatikan semua reaksi sang gadis, mengambil tangan Rani dan menggenggamnya. Posisi mereka bersampingan. Radit duduk di sisi kanan sementara gadis itu di sisi kiri. Dimasukkannya tangan Rani ke dalam jaketnya.

Pemuda itu memandang gadis disampingnya dengan serius sementara itu Rani memberanikan diri untuk membalas tatapan mata Radit.

"Aku benar-benar menyukaimu," ulang Radit.

Rani tahu, dia sekarang baru saja tahu. Tatapan mata pemuda itu tidak bisa menyembunyikannya, ini sama seperti dirinya yang menatap ke arah pemuda itu. Seperti cermin, Rani bisa melihat mereka mempunyai sorot mata yang sama saat melihat satu sama lain.

Dia merasa telanjang, seolah-olah rahasianya selama ini telah diketahui orang yang bersangkutan. Dengan gugup Rani menjawab, "Apakah kamu tahu bahwa aku juga menyukaimu?"

Radit melihat telinganya yang memerah, "Ya, aku tahu."

Rani menghela nafas, "Tidakkah kamu merasa terganggu dengan seseorang yang selalu menguntitmu, seperti diriku..."

Radit menggelengkan kepalanya, "Tidak, itu menarik. Aku juga suka menguntitmu."

"???"

Radit terkekeh melihat wajah bingung Rani, "Pada saat aku tahu kamu menyukaimu, aku menjadi memperhatikan dirimu. Hingga tanpa sadar aku merasa dirimu makin mempesona. Hanya seperti itu."

"Kupikir aku menyembunyikannya dengan baik." Rani menundukkan kepalanya.

Pemuda itu melihat ke arah sang gadis, dia tiba-tiba saja meletakkan tangannya di atas kepala Rani yang membuat gadis itu merasa terkejut meski begitu gadis itu tidak memindahkan tangannya dan memilih membiarkan Radit. Tidak merasakan penolakan, Radit lalu mengusap-usap rambutnya.

Bahkan rambutnya terasa lembut saat disentuh, Radit berpikir seluruh gadis itu sangat lembut dari tampilan hingga sifatnya pun begitu. Yang bagi orang lain terasa membosankan dengan sifat lembut itu tapi malah membuat pemuda merasa bahwa sang gadis sangat menarik hingga membuatnya jatuh hati.

2R [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang