Tema : Kucing
—————
❝Selalu ada kejutan di dalam petualangan. Entah itu sesuatu yang indah atau mengerikan.❞
😺😺😺
Untuk yang ketiga kalinya, penduduk Desa Murren dibuat gempar oleh penemuan puluhan kucing yang mati dengan kondisi mengenaskan. Di pagi yang cukup dingin karena sisa hujan semalam, para warga bergerombolan di bawah jembatan untuk menyaksikan hewan-hewan malang itu dievakuasi oleh polisi. Mereka tidak menghiraukan imbauan para petugas yang meminta mereka untuk segera menjauh dan membubarkan diri karena tempat kecil itu menjadi sangat sesak.
"Bukankah ini sangat aneh dan misterius?" Seorang gadis berambut pirang melipat kedua tangannya di depan dada dengan pandangan menyipit, persis seperti seorang detektif yang baru saja menemukan kasus baru dan berada pada tahap di mana pikirannya penuh dengan berbagai spekulasi.
"Tidak. Lebih tepatnya ini sangat mengerikan." Kali ini pria kecil berkacamata dengan tangan penuh tumpukan buku yang angkat suara. Mereka berdua saling bertatapan sebelum akhirnya ikut mengamati bagaimana petugas kepolisian mengevakuasi para kucing mati itu dengan hati-hati.
Neal menutup mulutnya ketika rasa mual menyerang perutnya tanpa permisi. Dia menarik tangan Lumi menjauh dari sana sebelum benar-benar memuntahkan cairan menjijikkan miliknya sendiri.
"Menurutmu, apakah mereka akan menyelediki alasan kematian para kucing liar itu?" ucap Lumi bertanya-tanya. Agaknya dia masih tidak rela harus pergi dan melewatkan kesempatan bagus melihat para polisi menyelesaikan tugasnya.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk menjadi seorang detektif. Kita akan menghadapi ujian satu minggu lagi. Pastikan saja nilaimu tidak turun agar kita masih bisa bermain di halaman rumah Paman Eddie." Neal mengingatkan.
Kedua bocah berumur sepuluh tahun itu berjalan dengan langkah kecil menuju sebuah rumah bercat kuning cerah. Sebelum masuk, mereka melepaskan sepatu dan meletakkannya ke rak yang sudah terisi oleh beberapa sepatu berukuran cukup besar.
Neal dan Lumi baru saja meminjam buku di perpustakaan umum sebagai bahan belajar mereka. Hari ini, keduanya berencana menghabiskan waktu dengan belajar. Mereka memiliki janji yang harus ditepati, yaitu bisa naik kelas dan memiliki nilai yang memuaskan.
"Ini adalah kejadian ketiga setelah Molly ditemukan tewas di selokan dengan kondisi kepala putus. Dua minggu lalu, tiga kucing liar tanpa kulit juga hampir membuat Bibi Ronni pingsan. Sekarang, puluhan kucing mati di bawah jembatan. Kurasa, ini bukan sebuah kebetulan."
Perkataan itu membuat kepala Neal yang sudah pusing dengan berbagai rumus di buku menjadi semakin tak terselamatkan. Dia mengambil roti tawar berselimut selai strawberry untuk kemudian di kunyah dengan sedikit kasar. Merasa kesal karena Lumi tidak berhenti membahas soal kematian kucing yang selama satu bulan ini membuat warga geger. Yah, meskipun apa yang temannya itu katakan tidak sepenuhnya salah. Memang sedikit mencurigakan. Namun, untuk anak seusia Neal, dia tidak ingin memusingkan hal semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Page
Historia Corta| Antologi Cerpen | "Akan kutunjukkan sebuah kisah, di mana ketika kamu berada pada halaman pertama, kamu tidak bisa berhenti membuka halaman selanjutnya." • Ari Viani 🧚✨🤍 _____ • Berisi cerita pendek dengan berbagai genre • Semua gambar yang ada...