Tema : Atap
—————
❝Kebahagiaan bisa tercipta oleh hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita sendiri, meskipun itu bersifat sementara.❞
▪️▪️▪️
Hujan yang berlangsung sore tadi masih menyisakan hawa dingin. Di atap sebuah gedung apartemen, seorang perempuan yang mengenakan baju tidur bermotif daun tengah diam membisu memperhatikan jalanan yang tampak sepi. Dia sesekali meneguk minuman bersoda yang ada di tangannya. Hidung dan kedua pipinya memerah, mungkin karena kedinginan. Sudah hampir dua jam berlalu, tetapi ia belum berniat untuk beranjak pergi. Memilih menikmati dingin dan kehampaan di malam hari ini.
"Mulai besok, tidak perlu datang lagi ke kantor. Kau dipecat."
Tanpa aba-aba, perkataan itu menyelinap dalam pikiran. Lunara menghela napas ketika kejadian tadi siang ikut menyapa ingatan. Dia resmi dipecat sebagai salah satu karyawan di perusahaan tekstil yang sudah hampir satu tahun ini menjadi sumber mata pencahariannya. Alasannya tentu cukup kuat, yaitu karena ia memukul wajah atasannya sendiri. Namun, Lunara sama sekali tidak merasa menyesal telah melakukan hal itu. Tentu saja, memangnya apa yang akan kau lakukan ketika mendapat pelecehan? Dalam kasusnya, memukul sang pelaku bagi Lunara adalah salah satu hal yang tepat.
"Setidaknya aku sudah berhasil membuat wajahnya penyok. Padahal, dia pantas mendapat yang lebih parah dari sebuah pukulan di wajah."
Untuk kesekian kalinya, Lunara meneguk minumannya hingga tandas. Perempuan itu mendongak hingga matanya menangkap satu-satunya bintang yang ada di langit. Bibirnya mendadak tersenyum. Dari kecil, dia adalah penggemar berat benda-benda di langit. Sudah sejak tiga tahun yang lalu pula selama tinggal di sini dia tidak pernah melewatkan malam tanpa datang ke tempat ini, meksipun terkadang hanya disambut dengan gelapnya langit yang kosong.
"Sepertinya rencanaku untuk merenung sendirian di sini gagal."
Suara itu mengejutkan Lunara. Dia menoleh ke belakang di mana ada seorang pria botak berdiri tak jauh dari posisinya berada. Siapa dia? Lunara tidak pernah melihat pria itu sebelumnya. Apakah penghuni baru apartemen?
Pria botak sekaligus kelewat kurus itu berjalan mendekat pada Lunara, kemudian mengulurkan tangan kanannya.
"Perkenalan adalah salah satu hal yang tidak boleh terlewatkan ketika bertemu dengan orang baru. Namaku Jay, penghuni baru di apartemen ini. Aku sempat melihatmu tadi pagi ketika mengemas barang-barang dari mobil."
Meskipun agak bingung, Lunara membalas jabatan tangan itu. Namun, hanya sebentar dan langsung menarik kembali tangannya.
"Aku Lunara. Maaf, aku tidak tahu kalau ada penghuni baru."
Jay tersenyum. Dia kini berdiri tepat di samping Lunara lalu menatap pada langit malam yang mendung. Hawa dingin semakin menguasai tempat terbuka itu.
"Sepertinya kau sering ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Page
Cerita Pendek| Antologi Cerpen | "Akan kutunjukkan sebuah kisah, di mana ketika kamu berada pada halaman pertama, kamu tidak bisa berhenti membuka halaman selanjutnya." • Ari Viani 🧚✨🤍 _____ • Berisi cerita pendek dengan berbagai genre • Semua gambar yang ada...