-MyDiary-
Hari ini adalah hari istimewa untuk diriku, setiap tahunnya aku hanya menanti hari ini. Tapi setelah aku sadar, sekarang aku takut bertemu dengan hari ini. Hari dimana selalu saja ada kekacauan, kekecewaan, bahkan kesedihan.
Aku sudah memperkirakan dari hari hari sebelumnya, aku tidak mau ada yang tau hari ulang tahun ku sebelum hari itu tiba. Bukan tanpa alasan, tapi entah kenapa aku selalu takut menghadapi hari ini.
Aku juga sudah berjanji dengan diriku sendiri, tidak akan menangis untuk hari ini. Karena aku ingin mengawali lembaran baru dengan penuh kegembiraan seperti yang orang lain rasakan saat hari istimewa mereka tiba.
Aku sudah mendapat hiaan, bahkan sebelum hari itu tiba. Aku di anggap pembawa sial secara tidak langsung oleh orang yang aku anggap dekat dengan keluarga ku, tapi aku menahan amarah ini dan tidak untuk menjatuhkan air mata yang berharga.
Tapi aku salah, memang awalnya berjalan dengan baik. Semua nampak baik baik saja dan seperti biasa, bahkan aku mendapat kabar yang melegakan hati walau ada satu kabar lagi yang cukup mengganjal. Tapi aku cukup menghiraukan.
Dan sampai pada akhirnya semua terjadi, awalnya aku nampak tidak perduli dengan semua yang terjadi. Tapi semakin dibiarkan semua semakin menjadi.
Awalnya, saat aku dan ibuku sedang membakar sate hasil daging kurban raya lusa lalu. Lalu ayah ku datang, tapi semua nampak biasa saja.
Dimana, disaat aku sedang makan aku merasakan omongan ayah ku nampak sudah mulai kacau mengganggu pendengaran ku.
Dan sampai ketika, dia melempar hp ke arah ibu ku yang sedang meminta penjelasan akan perilaku yang dilakukanya. Tapi tidak sampai disitu, piring yang ada di atas meja dia lemparkan ke arah ibuku lagi.
Jujur aku tidak terkejut, tapi yang disayangkan diatas piring itu ada sate hasil bakaran ku sendiri yang tanpa permisi di lempar begitu saja. Semenyedihkan itu kah hasil kerja ku.
Aku tidak heran dengan apa yang dilakukan oleh nya, tapi aku kasihan kepada ibuku. Dia terluka fisik dan batin secara bersamaan saat itu juga. Dan terlebih adik ku yang masih terbilang kecil untuk menanggung ini semua.
Dada ku seperti terhantam saat itu juga, saat dimana kesekian kalinya ayah ku mengucapkan kata pisah. Tidak kau menyadari, disini aku juga tersakiti dengan kata itu, terlebih di hari istimewa ku ini. Aku seperti pecundang yang tidak bisa melakukan banyak hal.
Aku menuntut diriku untuk bisa banyak hal, tapi saat ini aku sangat tidak bisa melakukan hal apapun.
Dalam, kedalaman jurang aku mencoba untuk naik memberanikan diri. Aku memunguti hasil pecahan dan makanan yang terbuang sia sia karena masalah ini, dengan hati yang kesal aku tidak perduli dengan keadaan.
Dengan lancang aku menggenggam pecahan itu, tanpa memikirkan bagaimana darah mengalir dibawah lantai. Sungguh aku tidak peduli saat itu, hati ku kacau dan pikiran ku entah kapan akan meledak.
Saat dalam keadaan sendiri aku menangis dalam diam, menahan rasa sesak didada dan perih pada luka yang nyata.
Hari yang kacau, pikiran yang hampir meledak dan hati yang entah sudah kapan berantakan.
Aku mungkin akan lebih takut menghadapi hari istimewa ku berikutnya, tapi aku berharap aku lebih kuat dari sekarang.
Kalau lelah, aku memang sudah lelah dari dulu. Tapi untuk menyerah masih ada seorang ibu yang harus aku banggakan dan junjung nama baiknya.
Lagi pula, jika aku menyerah sekarang, apa ada yang mau mengantikan peranku? Hanya sebentar pun tidak masalah.
Terlebih dari itu, aku benar benar sangat menyayangi ayah ku. Sungguh, bahkan aku tidak perlu seorang pacar untuk Menggantikan peran ayah ku seperti yang lain. Tapi aku tidak mau memiliki seorang suami seperti dia.
•
•
•"Mencintai seseorang mungkin hal yang sudah wajar, tapi terobsesi bahkan terlalu posesif terhadap pasangan yang berujung pertengkaran itu sama sekali tidak wajar"
-220712-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary
AdventureSemua kisah yang telah tertulis dalam cerita ini, adalah sebuah penggalan kisah yang seorang gadis alami semenjak menginjak umur 17 tahun. Dia harus menghadapi banyaknya hujaman, badai dan terpaan yang entah kapan akan selesai. Lagi, kisah dimana di...