37.AKUR.

94 14 0
                                    

Kini Tiara tengah menenangkan Ica yang masih menangis di bangkunya. Cewek itu menangis tersedu-sedu karena merasa sakit hati oleh kata-kata yang baru David keluarkan tadi.
Kemudian sorot mata Tiara mengarah ke cowok yang baru memasuki kelas, ia memandang Ica sejenak, lalu memutar bola matanya malas dan segera mengambil tempat duduk.

"Cengeng." Ujar David menenggelamkan wajahnya ke tas berwarna hitam pekat.

Karena merasa terpanggil, Ica yang masih tersedu-sedu itu pun akhirnya menengok ke arah David dan berkata. "Gue sakit hati, Vid!"

David yang mendengar perkataan itu lantas terbangun dari tasnya. "Ummh, apa lagi sih?" Kemudian tangannya meraih roda di kursinya, lalu mendorongnya ke arah Ica.

Cewek itu memandang dengan tatapan sendu. Saat David sudah tepat di hadapannya, Tiara dengan cepat menyela. "Jangan sakitin temen gue lagi, anjing!"

"Apaan sih, gue gak ada urusan sama lo. Pergi dulu, gue mau sama Ica di sini."

"M-maksud lo?" Tiara menyatukan alisnya bingung.

"Lo sekarang pergi, tinggalin Ica sama gue di sini."

Tiara yang mulai paham akhirnya meninggalkan kelas tersebut, lalu keadaan kembali ke Ica yang berusaha memberhentikan air matanya.

"Gimana, udah belum nangisnya?" Tanya David lembut.

Ica memalingkan pandangannya ke arah depan, mengusap air mata yang masih mengalir deras. "Apaan sih, cuma kelilipan."

David sedikit menyipitkan matanya, lalu mulai meraih wajah Ica agar menoleh kembali ke hadapannya. "Beneran cuma kelilipan? Mana sini coba liat,"

"Apaan sih, David!" Kekeh Ica tidak bisa menahan rasa salah tingkah.

"Noh kan nangis, sini gue bantu biar gak nangis lagi,"

"Emang bisa? Kan, lo juga yang udah bikin gue nangis,"

"Beneran gue yang udah bikin lo nangis? Ututu kasian banget sih, yaudah maaf... tadi cuma khilaf." perlahan tangan cowok itu meraih pipi Ica yang masih basah, lalu mengusapnya dengan lembut. Kemudian ia merenggangkan tangan, bermaksud agar Ica segera memeluk tubuh kekarnya.

"Apa?"

"Yakin gak mau?"

"Mauuu!"

Ica meraih tubuh David yang sudah bersiap, lalu berkata. "Lo cuma lakik gue, gak boleh sama yang lain!"

"Iya-iya gue lakik lo,"

"Tapi camat dulu!"

"Iya gue camat iya, Icaa cantik!"

Setelah beberapa menit berpelukan, atensi ke 2 remaja itu mengarah ke pintu kelas yang perlahan terbuka karena dorongan seseorang.

"Ngapain lo di kelas berduaan!" Sentak Reza mengagetkan keduanya.

"Ica lagi open BO ke gue," jawab David terkekeh kecil.

"Uwidih, laku berapa lo, Ca." Sahut Destin dan Richo dari luar pintu kelas.

"Apaan sih, David gak lucu!" Ica memukul punggung David yang masih belum sembuh, membuat cowok itu sedikit merasa ngilu.

"Udah akur nih ceritanya?" Tanya Alvin sambil menggendong Rea ke bangkunya.

"Kita mah akur terus," jawanb Ica menahan sesegukan.

"Yakin? Perasaan dari kemaren udah kayak suami istri mau talak-talakan," kekeh Rea.

"Gak jadi, wacana doang." David memutar bola matanya malas, lalu kembali ke tempatnya.

"Lain kali jangan sakitin cewek, Vid. Dia juga perlahan bakalan punya perasaan kok, ke lo,"

Alvin Anggara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang