Bab 2

5 0 0
                                    

"Tapi sayangnya, hati gua selamanya gak akan pernah bisa ikhlas akan kepergian bunda. Titip salam buat yang lain, mas. Wassalamu'alaikum." , Ia melanjutkan langkahnya kembali, Ken memang tak akan pernah bisa mengalahkan ego nya sendiri, bahkan nyatanya Rayn  yang penuh kedewasaan dan paling pandai mengondisikan keadaan tetap kalah.

Perlahan bayangan tubuh Ken menjauh hingga tak ada lagi. Rayn berteriak keras frustasi, hampir saja air mata menetes namun berhasil ditahannya, ini kegagalannya yang pertama, membiarkan seseorang pergi dari rumah setelah bunda tiada.

Tak ada yang tahu tentang kepergian Ken sampai pagi menjelang kembali, Rayn membangunkan adiknya satu persatu lalu stay di meja makan tengah, menunggu semuanya datang berkumpul untuk sarapan seperti biasanya, namun sudah lebih dari 2 jam yang ada hanya Alen yang terduduk di hadapan Rayn, menanti yang tak mungkin datang lagi.

Pagi itu selalu bising dari dulu hingga sekarang, bedanya kalau dulu ramai dengan tawa siapa teriakan canda keusilan tapi kini hanya musik yang disetel keras oleh Zhelo karena ia benci sunyi namun ia pun terlalu malas menyadarkan si serumah bahwa kini mereka terlalu diam.

Sebenarnya masih sama, keriwehan di awal aktivitas berangkat sekolah, pergi kuliah, ataupun kantor, tetapi ketika bertemu di meja makan Varen hanya akan meminum segelas air lalu pergi, Zhelo dan Nicho hanya akan mengambil dua helai roti tawar selai coklat sambil berjalan mengikat dasi dan Reyka hanya akan mengambil 3 kotak susu di kulkas lalu meminumnya di mobil, sedangkan El, David dan Shega tidak pernah datang sejak bunda tidak ada lagi di kursi tengah meja makan, memarahi ketiganya untuk duduk rapi. lalu yang tersisa hanya Alen yang terduduk sendirian dan Rayn yang menunggu adik kecilnya itu selesai makan.

"Alen makan rotinya ntar telat!", ucap Rayn lembut sementara Alen hanya menatap makanan di hadapannya itu tanpa memakannya sedikitpun.

"Astagfirullah, maaf mas lupa", pria itu menarik piring berisi roti tawar. Sejak kecil Alen alergi roti tawar dan susu sapi.

Rayn memasak nasi goreng untuk Alen,  lalu pria kecil itu memakannya.

"Alen udah siap?", tanya Rayn sembari mengambil tas kerja dan kunci mobilnya di ruang tengah. Alen masih berusaha menali sepatunya namun berkali-kali gagal.

"Sini mas taliin",  Rayn mengambil alih, menali sepatunya hingga tertali rapih.

Semua orang sudah pergi, kecuali keduanya. Shega dan David mereka baru saja mengeluarkan mobilnya masing-masing dari bagasi.

"Mas nebeng dong!" ujar Shega membuat David membuka pintu mobil sebelah kirinya membiarkan adiknya itu masuk.

"Emang mobil lu kenapa, Ga?  rusak lagi?", tanya David mengintrogasi.

"Sayang bensin, bang",  jawab Shega membuat David menatapnya tak percaya, "kesambet setan apaan lo, Ga?  biasanya juga clubbing ngabisin uang"

"Tobat gua, bang",  David terkekeh pelan mendengar pernyataan adik brutalnya itu.

****

Selesai jam kuliah Shega memilih untuk pergi ke sekolah SMA tempat Reyka yang tak jauh dari kampusnya, biasanya setiap hari Minggu akan ada lomba balap mobil yang selalu diikuti pria itu.

"Rey lo bawa mobil nggak? gua pinjem dong!"  Reyka melempar kunci mobilnya ke arah Shega.

Sudah bukan hal aneh jika Shega menerobos masuk sekolahnya saat jam istirahat sekolah, tapi biasanya para gadis di sekolahnya itu akan ricuh seketika melihat kedatangan si tampan, Shega.

"Mau balapan mobil lagi? kalau menang traktir ya!"

"Emang kapan sih gua pernah kalah?" Tekan Shega sangat percaya diri membuat Reyka muak seketika.

Re-YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang