01. Kelahiran Si Kembar

1.4K 217 5
                                    

Happy Reading❤

"Aku ada di mana?"

Gelap

Itulah yang Albert rasakan saat ini.Perasaannya hampa, hingga sedikit demi sedikit potongan-potongan memori kehidupannya terlihat.

"Ti..tidak."

Potongan-potongan memori kehidupannya semakin cepat dan banyak terlihat di hadapannya.

"Perasaan apa ini?" Albert bertanya pada dirinya sendiri.

Ia tidak tahu perasaan apa yang dirinya rasakan saat ini. Rasanya aneh.. sedih, kesal, marah, rasa kehilangan. Hingga tanpa sadar buliran-buliran air keluar dari matanya. Perasaannya terombang ambing di tengah kegelapan. Hingga sedikit demi sedikit ia melihat setitik cahaya yang menyilaukan matanya.

"Cahaya.. apakah itu jalan keluarnya?"

Albert pun berlari menuju ke arah cahaya tersebut. Tetapi semakin mendekati cahaya itu dirinya malah mendengar suara tangisan.

"Aku seperti mendengar suara tangisan.."

"Ini.. bukannya suara tangisan seorang bayi?"

Tiba-tiba ia terseret ke dalam cahaya tersebut. Sangat menyilaukan hingga ia menutup matanya.

.
.
.

Albert berusaha membuka matanya dengan susah payah. Albert pun mengerjapkan matanya berusaha untuk menetralkan cahaya yang memasuki retinanya. Terlihatlah sepasang mata violetnya yang bersinar cerah.

"Oh, sepertinya tuan muda kita tidak menangis nyonya."

"Siapa itu? Seperti suara seorang wanita?" Batin Albert.

Hingga tak lama kemudian ia mendengar suara tangisan bayi.

Oekk..oekk..

Albert pun di bawa untuk dibersihkan karena masih banyak darah di tubuhnya.
Albert pun tersadar saat dirinya sudah selesai di bersihkan.

"Ta-tangan..tanganku mengecil! Oh tidak! Inikan tangan seorang bayi." Batin Albert.

"Apa aku terlahir kembali menjadi seorang bayi?" Ucapnya dalam hati.

Albert pun di serahkan kepada seorang wanita yang masih terlihat muda dan cantik. Wanita muda itu pun mengambil Albert dari seorang yang sepertinya adalah seorang dokter yang membantu proses persalinan.

"Selamat duke dan duchess. Anda berdua sekarang memiliki seorang putra kembar. Yang berada di gendongan duchess adalah yang pertama keluar sedangkan yang berada di gendongan duke adalah yang terakhir keluar." Jelas sang dokter kepada duke dan duchess di ruangan itu.

"Terima kasih..." Ucap lembut seorang wanita yang sedang menggendong Albert.

"Terima kasih tabib. Kau boleh keluar sekarang." Ucap sang duke.

Para tabib dan pelayan pun membungkuk dan memberi hormat lalu keluar dari ruangan tersebut.

Sang duke yang tengah menggendong seorang bayi yang sudah tidak menangis lagi mendekati duchess lalu duduk di sebelahnya.

"Terima kasih sayang.. kau telah berjuang untuk melahirkan putra kita." Ucap sang duke kepada istrinya.

Terlihat mata sang duke berkaca-kaca menatap sang pujaan hatinya. Duke pun mendekat lalu mengecup kening sang duchess. Mata sang duchess juga berkaca-kaca, walau wajahnya masih terlihat pucat tetapi ada pancaran kebahagiaan di dalam matanya.

"Terima kasih juga Ray.. kamu telah menjaga kami dengan baik." Ucap Aqilla menatap suaminya sambil tersenyum.

Raymond pun mengarahkan pandangannya ke Albert lalu mengecup pipi Albert.

"Aku akan memberinya nama Adalberto Mallory. Lalu.." Duke pun meihat ke arah bayi di gendongannya.

"Aku akan memberinya nama Adalrico Mallory." Ucapnya lalu mencium pipi Adalrico.

"Nama yang sangat indah.. Terima kasih Raymond."

"Hum.." Jawab Raymond.

"Anakku sangat tampan dan imut. Kamu terlihat sangat mirip dengan ibumu ini.. lihatlah rambut ibu yang berwarna putih sangat persis denganmu. Manik matamu pun mirip dengan ibu, berwarna violet yang indah." Ucap lembut Aqilla kepada Albert.

"Ibu..?" Batin Albert.

Matanya berkaca-kaca, dulu ia adalah anak yatim piatu yang tidak mengingat apapun tentang kedua orang tuanya. Dan seorang yang berharga baginya harus meninggal di hadapannya sendiri.

Sebelum Albert menyadarinya.. buliran-buliran air mata meluncur deras dari sepasang mata violetnya. Ia menangis, perasaannya antara sedih dan bahagia. Albert tidak tahu, yang ia rasakan sekarang adalah dirinya ingin menangis sepuasnya.

Oekk..oekk..

"Oh sayang.. mengapa menangis hmm..?" Tanya Aqilla dengan lembut.

"Cup..cup..tenanglah..ada ibu dan ayah di sini." Ucap Aqilla dengan suara lembutnya. Ia pun menimang-nimang bayinya agar tangisannya mereda. Sang duke pun membantu istrinya untuk menenangkan anaknya yang sedang menangis.

Mendengar suara tangisan, bayi yang berada di gendongan Raymond pun terbangun dan mulai menangis. Mata hijau emeraldnya pun terlihat berkaca-kaca.

Oekk..oekk..

"Oh,, sepertinya Adalrico ikut menangis karena mendengar suara tangisan kakaknya." Ucap sang ibu dengan kekehan kecil.

"Sepertinya begitu." Ucap sang duke sambil menimang -nimang bayinya agar berhenti menangis.

Duchess pun mulai memberikan asinya kepada Adalberto dan diterima baik olehnya.

"Sepertinya bayiku kelaparan hmm." Ucap Aqilla sambil tersenyum.

"Tunggu kakakmu selesai ya sayang.." Ucap Aqilla sambil melihat ke arah bayinya yang masih menangis di gendongan Raymond.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi muka dan telinga Albert memerah karena harus meminum asi. Dirinya sangat malu saat ini, ingatlah ia sudah berusia 17 tahun di kehidupannya yang dulu.

.
.
.

Tbc.

_____________

Terima kasih telah membaca cerita ini❤
Jangan lupa vote dan komen❤

I became the duke's sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang