.............................
Kisah Langit dan bumi yang tidak pernah menyatu. Sebuah perbedaan membuat seseorang akan mengerti satu sama lain. Hal kecil yang membentuk suatu kesempurnaan. Namun, kesempurnaan bukanlah hal yang kecil.
Palembang 2006
"Langit, kamu gak usah sekolah dulu ya badan kamu masih sedikit panas." Wanita itu menempelkan telapak tangannya kedahi Langit. Memastikan keadaan badannya saat ini
"Ma, tapi aku bosen banget dirumah." Langit mengerutkan bibirnya, sementara wanita yang dipanggil mama tadi mengusap kedua pipinya
"Gak papa izin satu hari lagi, lagian kamu diajak ke dokter gak mau. Gak salah dong mama kalo nyuruh kamu buat istirahat dulu dirumah." Langit hanya pasrah menurut dengan perkataan mamanya.
"Mamaa, aku berangkat dulu ya udah ditungguin papa didepan." Salah seorang anak berlari menuju kamar Langit yang tak lain ialah adiknya.
"Sastra, pulang sekolah beliin somay yang didepan itu dong." Baru dua hari tidak masuk sekolah sepertinya Langit udah kangen sama jajanan yang biasa ia beli.
"Langit..kok somay si.." Ariana hanya menghela nafasnya.
"Oke kak, ma berangkat dulu ya." Sastra meraih tangan mamanya dan menciumnya.
"Hati-hati Sastra."
"Maa.. terus Langit ngapain dong huft bosen banget, lagian aku tuh udah sembuh." Ia menggerutu
"Tungguin Sastra pulang bawa somay." Ariana beranjak berdiri keluar dari kamar Langit.
"Maaa.." Teriaknya. Namun, tidak ada jawaban dari mamanya. Langit kembali menarik selimutnya dan menutupi wajahnya. Tanpa ia sadari pun Langit terlelap dalam mimpinya.
"Kak, bangun kak Satra udah bawain somay kesukaan kakak." Sastra menggoyang-goyangkan lengan Langit.
"Eunghh.." Langit menggeliat, ia segera bangun ketika melihat sebuah bungkus yang dibawa Sastra.
"Nah gini dong. Thank you bro." Langit segera memakannya. Sastra hanya tersenyum.
"Sastra, mama kemana?"
"Tadi, keluar sama papa mau belanja gitu."
"Baguss, ayok main kakak bosen banget." Tanpa pikir panjang Langit menarik lengan Sastra dan mengajaknya ke taman depan rumah.
"Kakak tuh belum sembuh kalo mama tau bisa dimarahin."
"Makanya jangan sampe tau, haha tenang aja kakak tuh udah gak demam lagi." Langit memang keras kepala, ia mengambil bola dan melemparnya kearah Sastra.
"Kak, serius mau main bola?" Sastra yang justru takut karena kakaknya mengajaknya bermain.
"Ayok cepet keburu mama sama papa dateng." Teriak Langit. Sastra hanya menurut dan mulai bermain. Langit dan Sastra hanya menikmati permainan mereka.
"Yes, 2-1 aku lebih unggul dari kakak hahaha.." Sastra memenangkan satu poin lagi, tak kalah cepat Langit merebut bola yang dibawa Sastra.
"Gak akan bisa kamu ngalahin kakak." Langit tersenyum, Setra kembali mengejar Langit dan berhasil merebut bola yang dibawa Langit.
"Hahaha, aku tuh lebih jago dari kakak." Sastra melempar bolanya kearah Langit. Namun, sepertinya lemparan Sastra terlalu kuat tanpa sadar Langit yang tidak bisa menangkap justru mengenai kepalanya.
YOU ARE READING
Langit
General FictionTerkadang seseorang itu tidak hanya ingin suatu kebohongan yang menyenangkan, namun suatu kejujuran walaupun itu menyakitkan.