Part 4

18 1 0
                                    


.............................................................

Langit yang tengah duduk diruang tengah berkali-kali memandangi ponselnya. Mengharapkan ada balasan dari seseorang yang tengah ditunggunya saat ini. Ia kembali mengecek pesannya barangkali ada jawaban namun nihil. Tidak ada satupun notif yang masuk.

"Kemana sih ini anak, gak tau apa gue khawatir nyariin dia." Guman Langit. Ia sedari tadi hanya mondar-mandir.

"Mas Langit kenapa atuh, sedari tadi bibi perhatiin Mas Langit kok mondar-mandir terus, sarapan dulu mas udah siang." Ucap wanita separuh baya tersebut yang telah memperhatikan Langit dari kejauhan dan menghampirinya.

"Eh bi, ini bibi tau Sastra balik gak? Dia udah belik belum sih bi?" Tanya Langit dengan nada khawatirnya

"Maaf mas, saya gak tau ya kalo Mas Sastra keluar." Langit hanya membuang nafasnya

"Permisi ya Mas, saya mau belanja dulu."

"Iya oke bi." Biasanya Langit memang tidak terlalu sekhawatir ini dengan adiknya. Namun, karena semalam sikap dingin Sastra yang tiba-tiba muncul seperti itu, entah karena apa Langit jadi kepikiran tentang Sastra.

"Langit, ngapain dari tadi disitu?" Mama Ariana menghampiri Langit.

"Ma. Langit kepikiran Sastra aja sih ma, kok dia belum pulang ya." Ia menatap mamanya.

"Emang Sastra kemana?" tanya Mama Ariana

"Tadi malem dia keluar. Langit khawatir deh ma, kalo ada apa-apa sama Sastra." Mimik wajah Langit memang terlihat sangat khawatir.

"Paling juga nginep dirumah temennya." Ucap mamanya dengan santai. Entah apa tidak ada sedikit perasaan khawatir tentang putra keduanya itu. Berbeda dengan Langit, jika terjadi sesuatu sedikit pun kepadanya ia akan sangat khawatir.

"Tapi Sastra tuh gak pernah kayak gini ma. Dia kalau main pasti tetep pulang, sekalipun itu udah malem banget." Mamanya hanya terdiam. Ia terfikir soal tadi malam sempat bercangkrama dengan Sastra, bahkan dirinya tidak sengaja telah menampar Sastra. Apa karena hal itu Sastra tidak pulang kerumah. Apa karena dia merasa tidak pernah mendapat kasing sayang dirumah. Mama Ariana terus memikirkan kejadian semalam. Ia merasa bersalah karena sudah bersikap melebihi batas kepada Sastra.

"Ma." Panggil Langit. Namun mamanya masih melamun

"Mama."

"E-eh iya Langit?" Ia akhirnya merespon, setelah Langit kembali memanggilnya.

"Mama ada obrolan gak semalem sama Sastra?" Tidak mungkin mamanya akan memberitahu kepada Langit kalau mereka semalam memang beradu argumentasi.

"Ma, kok bengong lagi kenapa sih? Mama semalem ngobrol gak sama Sastra?"

"Em, itu mama gak ada obrolan sama Sastra." Ucapnya.

"Kamu sarapan dulu aja, nanti Sastra juga pulang sendiri. Palingan juga dia lagi dirumah Fares." Mama Ariana mengajak Langit keruang makan.

"Iya ma, nanti Langit nyusul."

"Oke, jangan telat makannya obat kamu harus diminum." Mama Ariana selalu rutin mengingatkan Langit untuk meminum obatnya. Walaupun terkadang Langit sudah sangat bosan karena harus minum obat setiap hari. Tapi apa boleh buat itu sudah jadi kebiasaannya.

Langit yang baru terfikirkan mungkin benar kata mamanya kalau Sastra menginap dirumah Fares, ia segera menghubungi Fares.

'Halo, ada apa bang?'

Langit sudah terhubung dengan panggilannya

"Res, Sastra mana? Dia ada sama lo kan?" Langit langsung menanyakan keberadaan adiknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LangitWhere stories live. Discover now