arwah ayah

9.7K 756 170
                                    

—sepuluh tahun—

"udah ganteng, enjoy your time ya mas~" Junghwan berujar setelah menepuk dada bidang suaminya, memastikan bahwa penampilan suaminya rapi dan keren.

yah, meski Jeongwoo sendiri hanya menggunakan kaos hitam, celana panjang ditambah aksesoris kalung salib serta gelang hitam serta rambut belah tengah andalannya yang mampu membuat setiap orang ditemuinya jatuh cinta.

jadi di hari libur ini, Jeongwoo akan hangout berdua bersama sahabatnya— Haruto, untuk sekedar melepas penat dari beban pekerjaan mereka.

sebenarnya, tak terpikirkan sekalipun bagi Jeongwoo untuk menghabiskan waktu bersama sahabatnya itu. namun ternyata Junghwan dan Junkyu justru merencanakannya, mereka bahkan sudah memesan sebuah meja untuk dua orang atas nama Jeongwoo.

ya, suami manis sang direktur itu beralasan bahwa mereka ingin para pemimpin itu tetap menjaga hubungan persahabatan layaknya masa SMA dahulu ditengah tengah kesibukan sebagai kepala keluarga dan sosok penting perusahaan.

jadi, di hari minggu yang cerah ini. Jeongwoo akan berkencan— bukan, bukan berkencan. mungkin ini disebut sebagai nongkrong berdua bersama manusia stress yang sialnya menjelma sebagai sahabat.

"mas berangkat ya sayang, adek kalau butuh apa apa telepon aja. mas paling pulang jam enam sore."

Junghwan mengangguk antusias, Jeongwoo yang me time dia yang senang. habis bagaimana lagi, suaminya itu terlalu sibuk memanjakannya dan berkutat dengan pekerjaan sehingga lupa untuk memberi reward pada dirinya sendiri.

"hati hati di jalan ya mas!"

"sumpah, si Lia tuh kerjaannya bagus. tapi ngejilat atasannya ketara banget." Haruto mendengus pelan sebelum sedetik kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi, menatap Jeongwoo yang sedang menyantap steaknya.

Jeongwoo sendiri mengangguk setuju lantas menelan makanannya. "tapi itu hal biasa di dunia kerja ru, ga heran gue."

"biasa sih biasa, tapi dia gatelnya ampe ke gue gue bangsat, sumpah ga ada malu malunya ngajak gue ketemuan di diskotik. pecat aja apa ya, kemaren kata HRD udah ada yang cocok nempatin posisi dia."

Jeongwoo membulatkan matanya, terkejut mendengar penuturan sang sahabat. dengan segera ia menyeruput minumannya dan bertepuk tangan tanpa alasan. "pecat aja kalo udah begitu mah, gue juga kepikiran mau mecat sekretaris gue. kelewatan dia ru, lo bayangin all of sudden dia nyentuh selangkangan gue pas kita duduk sebelahan di ruangan lo waktu itu. malemnya sih dia ngechat minta maaf, tapi ujung ujungnya ngajak staycation ke hotel buat permintaan maaf katanya. monyet banget dah."

kali ini gantian, Haruto lah yang menjatuhkan rahangnya terkejut. "anjir, si Jihan?! pelecehan seksual dong itu? kok gue ga tau?!"

Jeongwoo mendecih mendengarnya, pria itu mengulas senyum miring pada wajah rupawannya.

"gue juga kalo ga ngerasa ada yang aneh mah ga bakal nyadar ru lagi digituin. chat dia ga gue ladenin sama sekali. sekarang kalo ketemu gue dia tuh kaya ga ada dosa, tapi profesionalismenya anjlok parah. gue jadi canggung, ga nyaman sama di—"

"pecat. besok langsung gue pecat tanpa rasa hormat." Haruto memotong ucapan sahabatnya sambil menggebrak meja. pria pemimpin perusahaan itu tak terima Jeongwoo diperlakukan tak senonoh.

sepuluh tahun; iksan boys [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang