Hari ini Evelyn mulai masuk di sekolah barunya. Beberapa kali dia berdecak kagum melihat kemewahan di sekolah ini. Pantas saja, yang masuk ke sini adalah orang kaya.
"Vy!"
Evelyn menoleh ke belakang, ada Jevan dan Mora yang melambaikan tangannya. Dia langsung kesana menghampiri kedua sahabatnya.
"Belum mulai kan MPLS nya?" Tanya Evelyn.
"Santai, belom kok. Ini baru jam setengah tujuh," Kata Jevan.
Mereka berjalan-jalan di sekitar sekolah terlebih dahulu untuk menunggu.
Di lantai atas itu, ada seseorang yang memperhatikan mereka. Tatapan datarnya lebih mendominasi.
"Heh! Lo ngapain? Mau bunuh diri lo?!"
"Sialan! Lo bikin gue kaget," Sean memukul pundak sahabatnya.
"Lo lagi ngapain sih? Tumben banget lo diajak ngobrol Diem, kesambet setan lo," Ujar Carrel.
"Mana ada dia kesambet setan, orang dia kan setannya," timpal Kevan.
"Bacot!"
Sean menghela nafasnya, dia lalu pergi dari sana. Dia ingin jalan-jalan saja untuk menghilangkan perasaan kesalnya, dia tidak memperdulikan banyak wanita yang menyapanya dengan ramah.
Dia melihat Evelyn yang sedang berdiri di depan toilet, langsung saja dia menghampirinya dan menariknya ke dalam.
"Apa-apaan sih?!" Evelyn berusaha melepaskan cekalan tangan Sean.
"Gue gak mau sampe orang-orang tau kalo lo Adek gue. Kita disini pura-pura gak kenal, ngerti?"
Evelyn tersenyum remeh. "Oh, lo takut ya cewek lo pada kabur karena punya Adek jelek kayak gue?"
"Itu lo tau, gue minta lo jaga sikap!"
"Tenang aja, gak ada untungnya juga kan kalo mereka tau kalo lo kakak gue, gak ada gunanya."
Sean mencengkram dagu Evelyn, membuat Evelyn meringis karena terkejut sekaligus sakit,
"Udah berani lo jawab?"
Sean menatap tajam adiknya itu, namun entah mengapa jantungnya berdebar tidak karuan melihat wajah Evelyn.
"Vy? Lo di dalem? Ayo bentar lagi mulai,"
Evelyn terkejut, dia segera keluar dan menghampiri kedua sahabatnya itu. Meninggalkan Sean yang masih berada di dalam.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Jevan.
Evelyn menggeleng. "Ah enggak,"
.:.
"Oke, jadi kalian akan dapat beberapa tugas. Tugasnya adalah kalian harus dapat biodata dan tanda tangan dari senior kalian. Satu kelompok dua tanda tangan. Saya akan menyebutkannya satu persatu,"
"Kelompok Melati, kepada Kak Adrio sama Kak Kevan kelas 11 IPS 2,"
"Kelompok anggrek, kepada kak Seano sama kak Carrel kelas 11 IPS 1,"
"Kelompok Mawar, kepada Kak Arina dan Kak Juna kelas 11 MIPA 1,"
Evelyn menghela nafas kesal, mengapa dia harus kembali berurusan dengan Sean dan temannya itu.
"Oke, saya kasih waktu 15 menit, dimulai dari sekarang!"
Semua kelompok langsung berpencar sesuai tugasnya masing-masing. Begitupun dengan Evelyn yang ikut dengan kelompoknya.
"Permisi, ada Kak Seano dan Kak Carrel?"
"Ada, masuk aja!"
Mereka langsung masuk ke dalam, Carrel dan Sean menatap mereka heran. Apalagi saat melihat Evelyn, Sean berdecak tidak suka.
"Ngapain nih gue dikerubungin ciwi-ciwi?" Tanya Carrel sambil mengusap rambutnya ke belakang.
Semuanya menatap Evelyn agar dia yang berbicara.
"Maaf kak sebelumnya, kami dapat tugas dari OSIS untuk mendapat biodata dan tanda tangan dari kalian, apa kalian berkenan membantu tugas kami?" Jelas Evelyn seramah mungkin.
"Oh gitu, coba bilang dulu "kak Carrel ganteng" nanti gue bantu,"
Mereka serempak mengatakan itu, Carrel tertawa sombong. Dia lalu mengisi biodata itu dan menandatanganinya.
"Kak Sean?"
Sean tersenyum miring. "Gue minta lo bersihin dulu sepatu gue,"
"Ada yang bawa tisu?"
"Aduh, gue enggak. Gimana dong?"
Sean menunjuk Evelyn. "Lo, pake seragam lo,"
"Vy.."
Evelyn awalnya tidak mau, tapi dia juga Kasian dengan anggotanya yang lain, dia sebagai ketua kelompok yang harus bertanggung jawab.
"Gak apa-apa,"
Evelyn berjongkok, dia mengusap sepatu Sean dengan rok sekolahnya. Setelahnya dia tersenyum lalu menyerahkan biodata itu.
Sean hanya menandatangani itu, lalu pergi dari sana tanpa mengisi biodata itu.
Evelyn mengejarnya, lalu dia menarik tangannya.
"Tolong, buat kali ini aja."
Sean menepis tangannya. "Lo tau sendiri,"
Sean meninggalkan Evelyn yang kebingungan. Dia akhirnya mengisinya, tidak banyak hal yang dia tau tentang Sean.
"Udah Vy?"
Evelyn mengangguk sambil tersenyum, membuat semua anggotanya memekik senang. Akhirnya tugasnya selesai.
"Oh iya, kok ini tulisan lo?"
"Tadi dia minta gue yang nulis, katanya dia males haha,"
"Oke deh, kita balik ke lapang yuk!"
Mereka langsung kembali ke lapang, karena mereka yang pertama selesai jadi mereka dapat nilai tambahan dan hadiah.
Sedangkan di rooftop Carrel menggelengkan kepalanya melihat sikap sahabatnya itu.
"Kata gue lo keterlaluan, itu Adek lo."
Sedangkan Sean menggedikan bahunya acuh, dia kembali menikmati sebatang rokok sambil melihat ke bawah. Tepatnya para siswa yang mengikuti MPLS.
"Lo kenapa sih dari dulu gak suka sama dia, perasaan Evelyn itu baik deh, lo nya aja yang blagunya minta ampun," Carrel mengambil kotak rokok dari saku baju Sean, dia mengambilnya satu batang dan menyesapnya.
"Gue gak tau,"
Carrel menghela nafasnya. "Gue rasa lo perlu minta maaf ke dia, mungkin dia juga pengen kayak orang. Punya kakak yang bisa lindungin dia, yang bisa dia ajak bercanda, berbagi semuanya." Carrel menepuk bahu Sean beberapa kali, dia lalu pergi dari sana.
Pandangannya terpaku pada Evelyn yang sedang duduk di kursi bawah pohon bersama teman-temannya.
Mereka asyik bercanda sampai Evelyn tertawa lepas, bahkan dia tidak pernah melihat tawa itu ditujukan kepadanya.
Sedangkan Evelyn diberi waktu istirahat terlebih dahulu, mereka lebih memilih makan siang di kursi bawah pohon agar tidak terlalu panas.
"Vy, tuh cowok kok liatin lo terus sih dari dari perasaan,"
"Hah? Yang mana?"
Temannya menunjuk Sean yang berada di lantai atas, sebelum Evelyn menoleh Sean terlebih dahulu pergi dari sana.
"Mana? Gak ada,"
"Adaaa, cowok yang tadi itu looh. Suka kali dia sama lo," katanya.
Evelyn tertawa, dia menggelengkan kepalanya. "Gak mungkin lah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
Teen FictionTentang Seano Xaquille Pramudya yang selalu menghindari dan membenci adiknya sendiri karena suatu hal. Namun semakin lama dia merasakan perasaan aneh yang terlarang, dia jatuh cinta pada adiknya sendiri, Evelyn Auroae Pramudya.