JULIAN - 06

494 91 67
                                    

Pasal masa lalu. Natan pergi ke beberapa tahun sebelum bertemu dengan Yin. Saat lelaki itu masih menjadi bocah kelas sepuluh sekolah menengah atas. Penampilannya tak jauh berbeda, awet muda.

"Pantas saja jadi ilmuwan muda, disaat orang lain pulang dia masih mengerjakan tugasnya. Terlalu rajin."

Natan mengintip dari balik jendela. Kelas kosong hanya terdapat Yin dengan beberapa buku matematika. Sepertinya anak itu sedang kesulitan.

"Astaga!"

Pintu dibuka dengan tidak santai. Natan menutup mulutnya supaya tidak mengeluarkan suara. Sosok laki-laki bersurai biru yang persis seperti Xavier masuk kemudian duduk di sebelah Yin. Natan perlu mendekat supaya bisa menguping. Dia berjalan ke dekat pintu.

"Kak, kau bisa merusak fasilitas sekolah lagi," ujar Yin.

"Kukira kau menolak kencan karena hal yang lebih penting daripada Olimpiade matematika," ucap lelaki itu.

"Kita sama sama siswa ingat? Kak Xavier tampan, pasti banyak orang yang mau berkencan denganmu."

"Aku maunya denganmu."

"Sayang sekali aku tidak mau dengan pria," Yin kembali fokus dengan buku catatannya.

"Aku akan membuatmu menelan ludah sendiri. Lihat saja. Kau akan jatuh cinta padaku sampai tak bisa hidup tanpaku."

"Jika itu terjadi artinya aku akan menjagamu dengan baik karena dengan kata lain kakak adalah nyawaku kan?"

"Ya ya ya. Itu benar. Aku akan tidur disini sampai kau selesai. Nanti bangunkan yah?"

"Apa tidak sebaiknya tidur di rumah?"

"Terserah padaku."

"Tidak salah. Yasudah nanti ku bangunkan. Jam berapa?"

"Setelah kau selesai."

"Itu akan lama."

"Apa aku terlihat seperti orang yang tidur hanya tiga puluh detik?"

"Mungkin... Ya..."

"Salah. Aku butuh tidur lama."

"Ah baiklah."

Percakapan yang manis. Natan tau sekarang kenapa Yin memilih Xavier dari banyak orang yang bisa dia buat untuk visualisasi humanoid nya. Tujuan Natan kemari hanya untuk mencari informasi tentang Xavier. Kenapa dia tidak ada di masa depan?

Natan pernah pergi ke masa depan, tepatnya masa depan dari waktu yang asli Natan jalani. Eh? Bagaimana? Pokoknya masa depan!

Yin mati bunuh diri karena frustasi yang belum Natan ketahui alasannya sementara sedang ada kekacauan besar di kota tempat laboratorium mereka berdiri. Natan harus mencegahnya demi masa depan.

"Apa mereka akan jadi sepasang kekasih? Cara yang lucu untuk pendekatan."

Natan melangkahkan kakinya ke ruang guru, pasti ada satu atau dua data tentang Xavier. Ini sudah hampir sore jadi seharusnya ruang guru sepi. Benar dugaannya. Tak ada siapapun.

"Dimana mereka menyimpannya? Tak ada data tentang Xavier di laboratorium. Jadi harusnya ada seseorang yang menghapusnya kan? Kemungkinan besar itu keluarganya."

Setengah jam berlalu, Natan menemukan absensi dan dokumen laporan Xavier. "Anak yang cerdas. Baguslah, kukira brandal. Apa apaan ini? Dia mengulang kelas hanya karena ingin? Yang benar saja!"

Natan hampir berteriak. Seharusnya Xavier sudah lulus tahun lalu tapi dia sekarang masih diam di kelas dua belas. Dia memikirkan dirinya dulu yang susah susah mendapatkan cumlaude demi mengejar cita-cita anak ini malah tinggal di kelas? Padahal dia bisa lulus di umur enam belas tahun!

IF WE JUST US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang