OVERTHINKING - 08

198 31 7
                                    

Yin meringis. Dia memerosotkan tubuhnya dari sofa ke lantai. Bersandar pada kursi itu sembari misuh misuh tak jelas. Dia menghentakkan kedua kakinya berkali-kali, mengusap kepalanya pusing.

Xavier diambil paksa darinya oleh Faramis. Setelah pulang dari acara itu, ilmuwan yang bahkan tidak punya waktu untuk makan siang bersamanya malah menyambutnya dengan beberapa penjaganya. Dia harus memeriksa Xavier karena sudah menjadi perjanjian. Yin bebas menciptakan robot sebanyak yang dia mau dengan catatan jika robotnya lepas kendali, Yin harus bertanggungjawab.

"Yin? Astaga aku memanggilmu daritadi. Kau terlihat menyedihkan sekali."

Melissa menatap miris ilmuwan itu. Dia mendengar berita dan bergegas kesini. Memastikan temannya itu baik baik saja.

"Melissa, mereka membawa Xavier... Bagaimana jika dihancurkan? Aku sudah mengorbankan setengah dari umurku untuk membuatnya."

Melissa menarik ujung bibirnya. "Bagaimana jika menciptakan yang lain? Xavier sudah kuno. Bukannya mudah—

Bugh!

Bantal sofa mendarat di wajah Melissa. Wanita itu mengeram. "Yin!"

"Xavier itu berbeda... Pokoknya beda."

"Kau se sayang itu padanya? Jatuh cinta kok sama robot. Buatan sendiri lagi."

"Diam!"

Melissa duduk di sebelah Yin. "Kau tahu Yin? Si gagak merah. Aku memperhatikannya saat di acara itu sampai ke rumahnya dan tebak apa? Dia berbicara dengan Natan! Tentang Xavier."

Yin sontak menoleh. "Kau menguntit mereka?"

Melissa menghela nafas. Menunjukkan robot kecil yang bisa menyusup. "Suaranya tidak terlalu jelas tapi intinya Natan bertanya pada Julian tentang Xavier. Memangnya si Raven tau apa?" ujar Melissa.

Yin semakin galau. Hidupnya yang tenang dan tentram lenyap dalam sekejap. "Sepertinya kau harus berbicara pada Natan, Pak Tua. Aku pulang yah. Sepertinya kau baik baik saja."

Melissa pergi begitu saja setelah menepuk kepala Yin dua kali. Yin memeluk bantal sofa. Pikirannya benar-benar kacau. Ya, dia sama terkejutnya dengan orang orang tapi tidak rela jika Xavier nya dihancurkan.

Xavier memang aneh akhir akhir ini tapi sisi kecil di hatinya mengatakan itu adalah kabar baik. Xavier nya hidup. Yin menggelengkan kepalanya. Dia menampar kedua pipinya. Menyingkirkan pikiran berlebihnya.

Humanoid itu yang mengurus segala kebutuhan. Sarapan, makan siang, air untuk mandi, merapihkan file file nya. Bagaimana bisa dia bekerja tanpa Xavier?

Sambungan telepon terhubung ke pendengaran Yin. Dia menjawabnya. "Halo, siapa ini?"

"Aku mendengar berita... Kau baik baik saja? Suaramu mengatakan tidak. Aku sudah bilang kan Xavier jadi aneh?"  - suara Natan

"Senpai? Berhentilah membahas itu kecuali kau dapat membantu membawa Xavier kembali."

"Oh? Faramis membawanya? Pftt... Maaf."

"Kenapa semua orang tertawa seolah suka melihatku sedih?"

"Tidak. Aku hanya membayangkan ekspresi Faramis saat melihatmu."

"Dia. Sangat. Marah."

"Tentu saja. Dia khawatir padamu Yin. Robot jika lepas kendali sangat mengerikan."

"Dia hanya ingin menenangkanku. Mungkin sistemnya mendeteksi tentang Kecemasanku."

"Memangnya kau mengaturnya supaya menciummu saat kau cemas? Kau ini memang punya ketertarikan pada robot atau bagaimana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IF WE JUST US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang